Jikalau penumpang Singapore Airlines sempat mengeluhkan perihal kamera pengintai yang terletak di atas layar hiburan salah satu pesawatnya, kini berita lain terkait eksistensi kamera datang dari flag carrier Hong Kong, Cathay Pacific yang dengan sengaja menggunakan kamera di dalam pesawat untuk merekam aktivitas penumpang ketika tengah mengudara. Menurut pihak maskapai, apa yang dilakukannya ini sudah sesuai dengan kebijakan privasi yang diperbarui pada bulan Juli kemarin.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman channelnewsasia.com (6/8), pihak Cathay Pacific juga telah menuturkan bahwa mereka telah mencatat aktivitas penumpang yang berada di ruang tunggu bandara melalui kamera CCTV. Wah, itu berarti gerak-gerik Anda akan diperhatikan oleh pihak maskapai nih!
Tapi jangan salah sangka dulu, karena pihak Cathay Pacific menggunakan kamera CCTV yang terpasang di ruang tunggu bandara dan salah satu sudut pesawat untuk merekam aktivitas penumpang – tepatnya berada di dekat pintu kokpit.
Pihak maskapai menekankan bahwa, “sistem hiburan dalam penerbangan kami tidak memiliki kamera, mikrofon, atau sensor untuk memonitor penumpang, juga di masa lalu.”
“Ini sejalan dengan praktik standar dan untuk melindungi pelanggan dan staf kami,” tutur pihak maskapai, Selasa (6/8).
“Kami memasang satu kamera di dekat pintu kokpit untuk tujuan keamanan,” tandasnya.
Kendati begitu, pihak Cathay Pacific juga tetap bisa memantau penggunaan sistem hiburan di dalam pesawat yang dilakukan oleh penumpang.
“Kami akan menyimpan data pribadi selama diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Informasi yang tidak lagi dibutuhkan akan dianonimkan atau dihancurkan,” tandasnya.
Menurut kebijakan privasi yang diperbarui, pihak Cathay Pacific juga mengumpulkan data seperti jadwal perjalanan penumpang, rincian bagasi yang hilang dan klaim lainnya, serta pembelian produk bebas bea.
Baca Juga: Cathay Pacific Hong Kong, Ternyata Didirikan oleh Orang Australia dan Amerika
Sebelumnya, Cathay Pacific dikecam pada Oktober tahun 2018 lalu setelah terungkap bahwa pihak maskapai membutuhkan waktu sekira lima bulan untuk mengakui bahwa laman web mereka telah diretas. Walhasil, sebanyak 9,4 juta data pelanggan berada dalam bahay, termasuk nomor paspor dan detail kartu kredit.