Meski tak terlalu sukses di pasaran, namun pesawat angkut jarak jauh empat mesin Airbus A340 dapat dikatakan legendaris, lantaran pamornya pernah sukses dan kemudian terjepit karena munculnya rival Boeing 777 series yang menawarkan lebih efisien dengan daya angkut dan jarak jangkau relatif sama. Meski begitu, A340 populasi masih cukup besar sampai saat ini, yaitu mencapai 370 unit yang sebagian besar digunakan maskapai Jerman, Lufthansa.
Baca Juga: Airbus Rayakan Ulang Tahun ‘Emas,’ Digdaya Hampir di Semua Lini
Bukan saja kondang di segmen maskapai, A340 series juga dipercaya sebagai pesawat VVIP (Very Very Important Person). Sebut saja pesawat resmi perdana menteri Jerman, pesawat sultan Brunui Hassanal Bolkia, dan pesawat Emir Qatar, kesemuanya mengguanakan varian A340. Pesawat dengan teknologi fly by wire yang kecanggihannya setara A330 ini resmi terbang perdana pada 25 Oktober 1991 dan diluncurkan pada 15 Maret 1993.
Jika Anda masih ingat, pada Indonesia AirShow 1996, Airbus pernah mendatangkan A340 ke Bandara Soekarno-Hatta, saat itu A340 berhadapan langsung dengan rivalnya, Boeing 777. Tidak ada masalah serius pada A340, namun proyek pengembangan A340 terpaksa dihentikan Airbus pada tahun 2011, sebab utamanya A340 tak mampu melawan efisensi yang ditawarkan rival-rivalnya di segmen pesawat jarak jauh. Dan melihat kondisi saat ini, muncul pertanyaan, mampukah Airbus ‘menyulap’ dan membangkitkan kembali pamor dari A340?
Sebagaimana diketahui, strategi Airbus untuk tetap bertahan di jalur persaingan adalah dengan cara menciptakan kembali pesawat yang sebelumnya sudah mereka rakit, dimana mayoritas pesawat yang mereka ambil ini merupakan varian terlaris. Setelah itu, pihak Airbus akan melakukan eksplorasi lebih lanjut, menambahkan sejumlah fitur terbaru, dan menyematkan embel-embel “NEO” pada bagian belakang varian terkait.
Kendati saat kemunculannya sempat menggoyang singgasana Boeing 747, namun bukan berarti Airbus tidak memiliki kendala dengan varian A340nya ini. Ya, beroperasi dengan empat mesin jet membuat varian ini sangat boros bahan bakar. Hal ini semakin diperparah dengan daya angkutnya yang bisa dibilang sangat tanggung – hanya 375 penumpang dengan konfigurasi standar.
Jika dibandingkan dengan lawan sepadannya, Boeing 747 mampu mengangkut hingga 416 penumpang dengan pembagian tiga kelas. Jika hendak dibandingkan lebih jauh lagi, varian Boeing 787 Dreamliner saja yang menggunakan dua mesin jet mampu menangkut hingga 335 penumpang. Padahal, Dreamliner masuk ke dalam kategori mid-size wide-body aircraft, tidak seperti A340 yang tergolong sebagai pesawat wide-body.
Baca juga: Alami Masalah pada “Ventilasi,” Airbus A340 Air France Terpaksa Mendarat Darurat di Iran
Diwartakan KabarPenumpang.com dari laman simpleflying.com (1/7/2019), tentu saja masalah borosnya bahan bakar dan kapasitas angkut dari A340 menjadi masalah utama bagi Airbus yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum merilisnya kembali dengan embel-embel “NEO” pada bagian belakang namanya.
Secara hipotesis, diperkirakan akan ada dua varian dari A340NEO, dimana:
1. A340-700NEO – varian A340NEO yang memiliki ukuran lebih kecil, berkapasitas 340 penumpang, dan mampu mengudara hingga ke kisaran 9.700 nmi (17.964 km)
2. A340-800NEO – lebih besar dari A340-700NEO yang mampu menangkut hingga 400 penumpang dengan jarak tempuh mencapai 9.000 nmi (16.668 km)
Menimbang masalah kenyamanan penumpang, nampaknya sudah tidak perlu dibahas lagi karena Airbus sudah pasti akan memberikan pelayanan terbaiknya, sehingga penumpang yang menunggangi armada buatannya akan kerasan.
Lalu, kapan rencananya Airbus akan mengeksekusi ide brilian yang akan menjadikannya penguasa angkasa? Jawabannya adalah nyaris tidak mungkin. Karena secara spesifikasi, Airbus sudah memiliki A350 yang hampir menyerupai kembangan dari A340 ini, punya kemampuan serupa dengan hanya menggunakan dua mesin. Namun sepenuhnya keputusan ada di pihak Airbus, akankah pabrikan pesawat yang bermarkas di Leiden ini menghadirkan varian A340NEO?