Boeing mengaku rugi sebesar US$318 juta atau setara Rp4 triliun lebih (kurs 14.270) dalam proyek pembangunan dua pesawat VC-25B atau Air Force One.
Baca juga: Boeing Selidiki Botol Miras Kosong di Dalam Pesawat Air Force One yang Sedang Dibangun
Meski belum lama ini temuan botol tequila kosong di pesawat Air Force One yang sedang dibangun viral dan jadi sorotan, namun, dipastikan ini tak ada hubungannya dengan kerugian yang dialami Boeing. Ini murni karena bisnis dan dinamika yang menyertainya.
Dilansir Flight Global, CEO Boeing, David Calhoun, menyebut program Revitalisasi Pesawat Kepresidenan berbasis Boeing 747-8 itu menjadi rugi lantaran mobilitas karyawan dan barang terkendala pandemi virus Corona, entah itu karena terinfeksi, karantina mandiri usai bepergian dari luar negeri, lockdown, dan lain sebagainya. Banyaknya kendala membuat target rampungnya dua pesawat itu di 2024 molor.
Molornya proyek ini tentu berdampak negatif bagi Boeing. Sebab, Angkatan Udara AS (USAF) mengontrak Boeing dalam proyek ini dengan skema fixed-price. Artinya, segala pembengkakan biaya yang terjadi harus ditanggung Boeing, bukan USAF atau pemerintah AS.
Selain itu, Boeing juga terlibat berbagai masalah dengan subkontraktor program VC-25B. Ini dikonfirmasi langsung oleh Chief Financial Officer Boeing, Greg Smith. Meski tak menyebut siapa subkontraktor yang dimaksud, namun, kuat dugaan itu adalah GDC Technics of Fort Worth yang berbasis di Texas.
April lalu, GDC Technics digugat Boeing karena diduga gagal memberikan sistem dan komponen pesawat interior yang sudah disepakati untuk pesawat VVIP sekelas Air Force One. Tak tinggal diam, GDC Technics, yang mengajukan perlindungan kebangkrutan pada 26 April, menggugat balik Boeing dengan menuduh bahwa perusahaan salah kelola dalam program VC-25B.
USAF pada Juli 2018 telah menandatangani kontrak senilai US$3,9 miliar dengan Boeing untuk merancang, memodifikasi, menguji, menyempurnakan, dan mengirimkan dua pesawat 747 untuk menggantikan pesawat yang lebih tua pada akhir 2024.
Belakangan target tersebut mundur menjadi tahun 2025 dan membuat Boeing sementara ini terkoreksi merugi sampai US$318 juta atau sekitar Rp4 triliun lebih (kurs 14.270).
Dua pesawat Air Force One atau VC-25A yang ada saat ini diketahui merupakan pesawat berbasis 747-200 yang dikirim pada tahun 1991. Ini dianggap sudah terlalu tua dan butuh modifikasi di berbagai lini untuk menjamin keamanan presiden, staf, dan para tamu VVIP.
Proses pengerjaan Air Force One atau VC-25B berbasis Boeing 747-8 sudah dimulai sejak tahun 2018, tak lama setelah kontrak diteken.
Baca juga: Boeing Terlibat Masalah dengan Kontraktor, Jadwal Penyelesaian Air Force One Terancam Molor
Disebutkan, pesawat yang juga dijadikan pusat komando dan kontrol saat dalam penerbangan ini dilengkapi interior mewah, lengkap dengan kantor untuk presiden dan kamar tidur terpisah, serta ruang konferensi dan fasilitas medis.
Air Force One VC-25B juga sudah dilengkapi fitur integrasi GPS militer ke dalam sistem manajemen penerbangan dan kemampuan identifikasi teman atau musuh. Unit daya tambahan (APU) yang ada, biasanya Pratt & Whitney PW901A/C, diganti dengan dua APU dari sumber yang tidak disebutkan namanya untuk memungkinkan pesawat memiliki pembangkit tenaga listrik sendiri saat berada di darat.