Dalam setiap penerbangan, penumpang sering kali membutuhkan beberapa hal yang mungkin tak begitu diperhatikan oleh maskapai. Terlebih kelas ekonomi. Sudah bukan rahasia lagi bila harga mahal yang dikeluarkan penumpang kelas bisnis memungkinkan mereka mendapatkan fasilitas lebih. Padahal, penumpang ekonomi juga membutuhkan fasilitas lebih yang juga mesti diperhatikan oleh maskapai, sekalipun terlihat kecil.
Baca juga: Pan Am, Maskapai Pelopor Kelas Ekonomi Modern di Penerbangan Jarak Jauh
Seperti dikutip KabarPenumpang.com dari laman runwaygirlnetwork.com, Senin, (10/2), belum lama ini, dalam sebuah acara diskusi Aircraft Interiors Conference, ide untuk menghadirkan kemudahan bagi penumpang kelas ekonomi pun lahir. Dalam acara yang dihelat oleh salah satu event organizer spesialis konferensi internasional di bidang industri penerbangan dan otomotif tersebut (RedCabin), desain baru apa yang disebut “A/B Seat” tercetus setelah mendengarkan keluh-kesah salah satu panelis.
Matthew Coder, salah satu panelis yang malang-melintang di industri penerbangan sebagai manajer di Alaska Airlines sebetulnya hanya coba menjawab pertanyaan yang datang dari seorang peserta. Ketika itu ia ditanya terkait rincian kursi impian di kelas ekonomi. Ia pun menyampaikan sedemikan rupa. Belum jelas apa yang diterangkannya secara detail. Namun, dari mulutnya-lah kemudian Sekisui SPI, TrendWorks, appLab, dan Rollon coba menyaring dan menyerap (perkataan Coder), serta menyatukan ide hingga lahir konsep kursi A/B baru.
“Kursi konsep A/B mengeksplorasi sejumlah teknologi berbeda dengan material dan inovasi penerbangan tradisional. Salah satu peningkatan utama bagi penumpang kelas ekonomi adalah menciptakan solusi ‘micro-nesting’ untuk mengatur penyimpanan pribadi di ruang terbatas, seperti halnya kami akan mengatur konsol atau laci di kabin premium. Dengan menggerakkan kantong penyimpanan lebih tinggi di sandaran kursi, kami menciptakan ruang kaki tambahan di lutut dan menyediakan solusi multi-saku untuk ponsel, tablet, buku, kacamata baca, dll yang cukup fleksibel untuk sejumlah alat yang berbeda,” kata salah satu petinggi TrendWorks, Elina Kopola.
Micro-nesting atau penyimpanan multi-fungsi, lanjutnya, saat ini sebetulnya merupakan fenomena menarik di industri fashion, misalnya produk-produk tas dengan beberapa kantong atau penyimpanan untuk ponsel, notebook, kacamata, dan botol minum. Hal itu kemudian coba diaplikasikan di pesawat sebagai jawaban dari kebutuhan para penumpang dengan mobilitas tinggi namun tidak punya cukup uang untuk mendapatkan fasilitas kelas bisnis.
Akan tetapi, ide tersebut bukan berarti tanpa halangan. Selain masalah budget maskapai yang tidak terlalu besar untuk mewujudkannya, kebutuhan pelanggan terhadap konsep (micro-nesting) tersebut juga masih diragukan. Menurut sejumlah pihak, tak semua pelanggan mungkin akan membutuhkan hal tersebut. Pada akhirnya, para inovator coba mencari jalan keluar terbaik, agar uang yang dikeluarkan tidak terlalu besar, namun konsep tersebut tetap bisa diterapkan demi pelayanan terbaik, khususnya kepada pelanggan kelas ekonomi.
Baca juga: Terbang dari Jepang ke Inggris, Pangeran Harry Kepergok Duduk di Kelas Ekonomi
“Kami ingin membawa beberapa manfaat tekstil ke dalam kabin penerbangan. Rajutan 3D adalah cara yang hemat biaya untuk membuat struktur saku dalam sekali potong, dengan kata lain saku lengkap berasal dari mesin rajut sebagai satu bagian siap pakai. Hal ini memungkinkan proses produksi menjadi lebih cepat dan efisien,” jelas Kopola
Saat ini, maskapai yang sudah mulai menerapkan konsep tersebut pada kelas ekonomi baru JAL pada armada A350-nya. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, hal tersebut memungkinkan pelanggan untuk menyimpang beberapa barang-barang tak terpisahkan dari penumpang, seperti ponsel, botol minum, pena, notepad, hingga kacamata.