Perusahaan teknologi dabungan Swiss dan Swedia, ABB baru-baru ini mengumumkan kemitraan dengan King Long Motor Group guna mengembangkan armada e-bus untuk pasar moda transportasi umum di Cina. Perusahaan-perusahaan otobus di sana nantinya akan menggunakan sistem pengisian cepat ABB Trolleybus Optimization Système Alimentation (TOSA), yang diklaim perusahaan sebagai pengisi daya kendaraan listrik tercepat di dunia.
Baca Juga: Bus Listrik Untuk TransJakarta, Antara Harapan dan Realita
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman engineering.com, sejatinya, e-bus membutuhkan kapasitas baterai lebih dari 300kWh untuk menyelesaikan operasional harian di jalan-jalan perkotaan hanya dengan sekali pengisian daya.
Itu memandakan bahwa e-bus ini harus diengkapi dengan cell baterai yang berkapasitas sangat besar dan otomatis harganya juga sangat mahal, sehingga para insinyur telah menemukan cara kreatif untuk mengurangi ongkos pada pengadaan baterai e-bus ini. Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan baterai yang lebih kecil, isi penuh di depot semalaman, dan melakukan pengisian singkat di setiap halte penumpang di sepanjang rute. Ya, ini merupakan prinsip yang mendasari hadirnya TOSA milik ABB tersebut.
Gagasan di balik TOSA sejatinya bus akan dilengkapi dengan baterai ringan berkapasitas kecil — mungkin sekitar 50 kWh — yang dapat diisi dalam tiga cara: pertama pengisian daya rendah pada malam hari di depot, kedua sesekali melakukan pengisian daya berkecepatan sedang di terminal, dan terakhir pengisian daya kilat berdaya tinggi di halte penumpang.
Jika teknologi dan metodologi semacam yang dikembangkan oleh ABB ini terbukti ampuh dalam melayani bus listrik yang beroperasi di seluruh dunia, bukan tidak mungkin hal serupa akan diterapkan oleh perusahaan lain – atau mungkin mereka akan dapat menciptakan sesuatu yang lebih ampuh lagi.
Baca Juga: Operasional Bus Listrik di Jakarta Masih Menanti Regulasi
Belakangan ini, teknologi e-bus atau yang biasa disebut bus listrik ini memang menjadi fokus pengembangan di beberapa negara, mengingat polusi udara yang makin hari, makin tidak bisa ditoleransi ini. Satu per satu, moda transportasi ‘tiga alam’ mulai memberikan sumbangsihnya masing-masing guna memerangi polusi. Rata-rata dari mereka akan mentransformasikan penggunaan bahan bakar fosil menjadi listrik, sebut saja mobil listrik, bus listrik, kapal ferry bertenaga listrik, hingga drone yang mampu mengangkut beberapa penumpang.
Sementara untuk jagad penerbangan penumpang massal, beberapa maskapai yang ada di luar sana sudah mulai bergerak memberantas polusi dengan menggunakan bahan bakar campuran agar kadar gas rumah kaca yang dihasilkan bisa direduksi.