Jika kita naik kereta api pasti tak heran saat memasuki dan singgah di stasiun besar mendengar alunan musik khas kedatangan kereta api. Tak cuma itu, walaupun terdengar hanya instrumen pasti kita mengetahui judul lagu yang dimainkan petugas stasiun karena merupakan lagu tradisional khas dari daerah tersebut.
Tapi informasi yang beredar di media sosial tengah ramai soal adanya royalti musik dari pencipta lagu tersebut. Banyak yang mengira bahwa lagu khas stasiun tidak masalah untuk diputar, karena menurut penumpang bisa mengetahui ciri khas lagu kedatangan kereta api di stasiun daerahnya masing-masing.
Namun pada 28 Agustus 2025 lalu, PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta menghentikan sementara pemutaran lagu di stasiun-stasiun yang berada di wilayahnya, seperti Stasiun Yogyakarta, Lempuyangan, hingga Solo Balapan.
Adapun lagu yang biasa diputar di Stasiun Yogyakarta dan Lempuyangan adalah Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki, sedangkan di Solo Balapan adalah Bengawan Solo karya Gesang Martohartono.
Stasiun Solo Balapan tak Lagi Putar Lagu Bengawan Solo Saat Kedatangan Kereta Api. Royalti?
Manajer Humas KAI Daop 6 Yogyakarta, Feni Novida Saragih, menjelaskan bahwa penghentian ini dilakukan untuk memastikan penggunaan karya musik di lingkungan KAI sesuai dengan ketentuan hak cipta.
Lagu Bengawan Solo selama ini diputar saat kedatangan dan keberangkatan kereta api di Stasiun Solo Balapan. Hingga kini, suasana di keberangkatan kereta api terasa hening. Tak ada alunan lagu Bengawan Solo saat kereta rel listrik (KRL) Jogja-Solo tiba. Pun juga saat kereta lainnya di berhenti di stasiun lainnya seperti Yogyakarta dan Lempuyangan.
Sebelumnya ada 8 stasiun kereta api yang mengalunkan lagu khas kedatangan stasiun di wilayahnya masing-masing. Berikut daftarnya:
Stasiun Pekalongan
Stasiun yang terkenal dengan Kota Batiknya ini memiliki ciri khas lagu instrumental berjudul “Nyidam Sari”. Lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi campur Sari Manthous ini berkisah tentang seorang lelaki yang tengah kasamaran.
Stasiun Bandung
Stasiun Bandung mempunyai lagu kedatangan kereta dengan judul “Sabilulungan”. Arti Sabilulungan dalam bahasa sunda adalah kesatuan, gotong royong, atau kerjasama. Dilansir dari laman kemdikbud.go.id, Sabilulungan adalah kearifan lokal yang menjadi filosofi masyarakat di bumi Pasundan.
Stasiun Purwokerto
Berjudul “Di Tepinya Sungai Serayu” yang merupakan sebuah lagu keroncong legendaris ciptaan R Sutedjo. Lagu ini mengisahkan tentang keindahan sungai Serayu, dimana jalur kereta Purwokerto menyusuri tepi sungai Serayu. Musik ini selalu membuat penumpang adem dan rindu akan Kota Purwokerto.
Stasiun Surabaya Gubeng dan Pasar Turi
Per akhir Mei 2021, Stasiun Surabaya Gubeng memiliki melodi penyambutan kereta api berirama keroncong berjudul “Soerabaja”. Pada awalnya, melodi yang digunakan berupa bel bersuara lagu instrumental berjudul “Rek Ayo Rek”. Sekarang kedua lagu tersebut menjadi bel penyambutan kereta api semua stasiun terminus kereta api antarkota di Kota Surabaya.
Stasiun Cirebon
Memiliki ciri khas, yaitu adanya pemutaran lagu instrumental berjudul “Kota Cirebon” setiap kedatangan dan keberangkatan kereta api penumpang. Lagu ini dipopulerkan oleh Diana Sastra, salah satu tokoh tarling cirebonan.
Stasiun Semarang Tawang dan Poncol
Mempunyai lagu khas instrumental untuk menyambut para penumpang yaitu Gambang Semarang. Sementara di Stasiun Semarang Poncol, alunan musik ini biasanya dimainkan saat kereta akan melintas, datang, dan berangkat dari Stasiun Semarang Poncol.
Stasiun Gambir
Suara bel kedatangan kereta api kini dapat didengar unik dengan bel bersuara lagu instrumen “Kicir-Kicir” setiap kedatangan kereta api antarkota. Selain Stasiun Gambir, di wilayah Daop 1 Jakarta ada beberapa stasiun yang memutar ciri khas lagu kedatangan tersebut, yaitu Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Jatinegara.
Yang Unik dari Stasiun Tawang, Alunan Gambang Semarang Gantikan Bunyi Bel