Pada hari ini, 64 tahun lalu, bertepatan dengan 6 Desember 1957, Lockheed L-188 Electra sukses melakukan penerbangan perdana. Sayangnya, produksi pesawat turboprop sayap rendah yang dibuat oleh Lockheed Corporation ini harus dihentikan lantaran dua kecelakaan beruntun dalam tempo tujuh bulan. Hal itu pun menjadi sekaligus menjadi pertanda redupnya pesawat yang pernah menjadi andalan Garuda Indonesia itu.
Baca juga: Ada Convair 990 Garuda Indonesia (Juga) dalam Komik Tintin
Dikutip dari airliners.net, proses pengembangan pesawat paling populer di dunia ini dimulai sejak tahun 1951. Saat itu, Lockheed didatangi Capital Airlines untuk mengembangkan sebuah pesawat turboprop baru yang diberi nama YC-130. Namun, maskapai lain tidak berminat. Alhasil, proyek tersebut dibatalkan.
Hal serupa kemudian kembali terulang pada 1954 saat American Airlines datang dan meminta pengembangan pesawat twin jet dengan spesifikasi tertentu. Meski sempat bergairah, proyek itu kemudian redup dan digantikan dengan desain lain yang juga diminati oleh banyak maskapai.
Desain itu kemudian dikenal sebagai Model 188 yang pada akhirnya berhasil terbang perdana pada tanggal tersebut sebagai Model 188A. Di sini, disebutkan, Lockheed sudah berhasil mendapat 129 unit. Karenanya, Lockheed L-188 Electra sempat digadang bakal memiliki masa depan yang cerah.
Usai penerbangan perdana selesai, Lockheed baru bisa mendapat sertifikasi penerbangan oleh Regulator Penerbangan Sipil Amerika Serikat (FAA) setahun setelahnya dan baru bisa mengirim pesawat ke maskapai Eastern Airlines pada 8 Oktober 1958.
Sejak pengiriman pertama ke maskapai, pesanan terus membanjiri Lockheed sampai akhirnya kecelakaan perdana terjadi pada 29 September 1959. Saat itu, Lockheed L-188 Electra Braniff Airways dengan nomor penerbangan 542, jatuh saat dalam perjalanan antara Houston dan Dallas.
Pasca kecelakaan yang menewaskan 34 orang itu, pesanan tetap datang namun dengan ritme agak slow. Petaka datang tujuh bulan kemudian, ketika Lockheed L-188 Electra Northwest Orient fligh 710 mengalami kecelakaan pada 17 Maret 1960 saat menempuh rute Chicago – Miami dan menewaskan seluruh penumpang serta kru (63 orang).
Sejak kecelakaan tersebut, Lockheed sama sekali tak mendapat pesanan pesawat Lockheed L-188 Electra. Saking sepinya pesanan, perusahaan akhirnya menyetop produksi pesawat diangka 170 unit setahun setelahnya atau pada 1961.
Meski sudah mendapat akar permasalahan atas dua kecelakaan itu, dimana, menurut ahli dari NASA, kecelakaan terjadi akibat kegagalan desain serta mesin, Lockheed L-188 Electra tetap tidak dilirik maskapai. Justru, enam tahun berikutnya, Lockheed L-188 Electra semakin membuat dunia takut dengan serangkaian kecelakaan yang melibatkan banyak maskapai di dunia, termasuk kecelakaan Garuda Indonesia Airways flight (penerbangan) 708 pada 16 Februari 1967.
Saat itu, Lockheed L-188 Electra Garuda Indonesia Airways kecelakaan saat melakukan pendaratan di Manado, Sulawesi Utara dan mengakibatkan 22 dari 84 penumpangnya tewas.
Lockheed L-188 Electra diproduksi dalam enam versi, yakni L-188A, L-188AF (All Freight version), L-188PF (Passenger-Freight version), L-188C versi jarak jauh, L-188CF versi tak resmi kargo, dan YP-3A Orion versi uji coba yang pada akhirnya gagal.
Baca juga: Convair 340, Pesawat Garuda Indonesia yang Terbangkan Jemaah Haji di Tahun 1956
Secara umum, spesifikasi pesawat punya kecepatan maksimal sampai 721 km per jam, jarak tempuh 3.450 km, serta kecepatan jelajah sampai 620 km per jam. Selain itu, pesawat dengan bentang sayap 30 m ini memakai empat mesin turboprop Allison T56.