Selain Kenyamanan, Ini Alasan Lainnya KAI Perbanyak Kelas Ekonomi New Generation

Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) khususnya kelas ekonomi rasanya sudah sangat diperlukan dengan tingkat kenyamanan. Bagaimana tidak, masyarakat yang biasa menggunakan kereta api (KA) untuk perjalanan jauh kini sudah semakin terlihat antusiasmenya. Terlebih saat ini fasilitas kereta api pun sudah sangat diperhatikan khususnya pada kelas ekonomi.

Nah, siapa yang tak mau menggunakan KAJJ untuk kelas ekonomi tapi fasilitas layaknya eksekutif? Ya, seperti halnya kelas ekonomi New Generation yang satu ini. PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) saat ini memiliki dua tipe kereta kelas ekonomi New Generation, yaitu versi modifikasi dari Balai Yasa Manggarai dan buatan PT Industri Kereta Api (INKA), Madiun. Keduanya memiliki kenyamanan yang sama meskipun berbeda produksinya.

Serupa Tapi Tak Sama. Inilah Perbedaan Kelas Ekonomi New Generation Buatan Balai Yasa Manggarai dan INKA

Selain itu, seluruh kursi pada interiornya kini tersusun searah dengan jalannya kereta, sehingga tidak ada lagi pengalaman duduk mundur. Inovasi tersebut diharapkan membuat perjalanan menjadi lebih nyaman bagi pelanggan kelas ekonomi. Tentunya pembaruan ini merupakan bagian dari transformasi layanan.

Saat ini, sejumlah kereta telah menggunakan rangkaian Ekonomi New Generation Modifikasi di berbagai rute utama. Beberapa di antaranya ialah KA Blambangan Ekspres, Dharmawangsa Ekspres, Joglosemarkerto, dan Brantas. Selain itu, KA Pangrango, Ranggajati, Kamandaka, dan Pasundan juga telah beroperasi dengan rangkaian baru tersebut.

Sementara itu, KAI juga mengoperasikan layanan Ekonomi Stainless Steel New Generation untuk meningkatkan kualitas transportasi. Jenis rangkaian ini sudah digunakan pada KA Lodaya, Gumarang, Majapahit, serta sejumlah layanan lain di jalur strategis. Langkah ini menunjukkan perluasan implementasi teknologi kenyamanan bagi perjalanan jarak menengah hingga jauh.

Dari segi kenyamanan tentu ada harga tiket yang wajar. Perjalanan jarak jauh baik menggunakan ekonomi New Generation modifikasi maupun Stainless Steel memiliki harga yang tak jauh berbeda tergantung dari rute perjalanan yang ditempuh. Tentunya, sejauh ini kereta api jarak jauh selalu memberikan kenyamanan dalam pelayanannya.

Pelanggan yang setia menggunakan kereta api pun menyambut positif peningkatan layanan tersebut. Mereka menilai transformasi yang dilakukan KAI memberikan pengalaman perjalanan yang lebih baik bagi penumpang ekonomi. Yang pasti, KAI terus berkomitmen menjawab kebutuhan transportasi masa kini yang nyaman, aman, dan sesuai standar modern. Kedepannya KAI akan terus perbanyak kelas ekonomi New Generation untuk kenyamanan bersama.

Bye bye Kursi Tegak! Mulai 28 September 2025 KA Matarmaja Ganti Rangkaian Jadi Ekonomi New Generation

Beda Stasiun Purwosari (Solo) dan Purwoasri (Kediri): Jangan Sampai Salah Beli Tiket Kereta!

Ada bermacam – macam keunikan nama stasiun di jalur Jawa dan Sumatera. Bahkan ada pula stasiun yang sama persis namanya namun berbeda lokasinya. Ya, perbedaan nama stasiun yang hampir mirip ini sudah tak heran lagi. Seperti halnya stasiun yang akan kabarpenumpang bahas kali ini, yaitu Stasiun Purwosari dan Stasiun Purwoasri.

Kedua nama stasiun itu memang jelas berbeda dari segi penulisan maupun lokasinya, tapi hampir mirip jika dalam penyebutan. Selain itu, kedua stasiun ini pun dari segi bangunannya berbeda tapi sama – sama dibangun pada masa era kolonial Belanda. Apalagi wilayah operasional yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) pun berbeda. Nah, kita bahas satu – satu persatu, yuk.

Kereta api commuter line Dhoho memasuki Staisun Purwoasri. (Fotot: Dok. Facebook/Riyan Aditya)

• Stasiun Purwosari (PWS)
Stasiun ini berada di wilayah Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta. Stasiun ini berada satu petak dengan Stasiun Solo Balapan yang juga merupakan stasiun percabangan menuju Wonogiri menggunakan Kereta Perintis Bathara Kresna. Beberapa Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) pun berhenti di stasiun ini termasuk Kereta Commuter Line Yogyakarta menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL).

Dari segi sejarah, Stasiun Purwosari pun menyimpan sejarah yang menarik. Stasiun ini didirikan pada 1875 di lahan yang dihadiahkan Mangkunagara IV dan menjadi stasiun tertua kedua di Surakarta, awalnya melayani jalur trem kuda milik Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM). Stasiun ini kemudian diakuisisi NISM (Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij) dan menjadi bagian dari jalur kereta api antar kota.

Stasiun yang memiliki desain arsitektur bergaya klasik kolonial ini, juga memiliki beberapa renovasi modern untuk memastikan kenyamanan pengguna. Fasilitas yang tersedia mencakup ruang tunggu nyaman, area parkir luas, loket tiket kereta, toilet bersih, serta mushola.

Hingga kini, stasiun ini tetap beroperasi menjadi pemberhentian kereta api kelas ekonomi yang melewati jalur selatan setelah Stasiun Solo Jebres dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Surakarta.

• Stasiun Purwoasri (PWA)
Berada di wilayah Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun, Stasiun Purwoasri merupakan jalur kereta api yang menghubungkan dari Stasiun Kertosono menuju Stasiun Malang dan berakhir di percabangan Stasiun Bangil. Berbeda dari Purwosari, stasiun dengan bangunannya yang kecil dan hanya memiliki dua jalur aktif yang tersedia.

Meskipun termasuk stasiun kecil, Stasiun Purwoasri yanh berada di Kabupaten Kediri ini tetap memainkan peran penting dalam perjalanan kereta api di lintas selatan Jawa Timur. Sistem persinyalan disini pun masih menggunakan mekanik (manual). Jadi makin terlihat keasliannya, kan sejak digunakan pada masa kolonial Belanda.

Sejak dibuka, stasiun ini berfungsi sebagai tempat pemberhentian kereta api lokal maupun jarak jauh yang melayani rute Kediri dan sekitarnya. Bangunan stasiun mempertahankan gaya arsitektur klasik sederhana, dengan peron yang memadai untuk mendukung aktivitas naik-turun penumpang.

Beberapa layanan kereta api yang berhenti di Stasiun Purwoasri Kediri meliputi: Commuter Line Dhoho: Menghubungkan Blitar – Kediri – Kertosono – Surabaya, serta Commuter Line Penataran: Melayani rute Blitar – Malang – Surabaya Kota. Jadi meskipun memilki bangunan yang kecil dan sederhana, Stasiun Purwoasri tetap diminati warga yang bepergian dengan kereta api.

Nah, itulah perbedaan antara Stasiun Purwosari dengan Stasiun Purwoasri yang berbeda wilayah namun hampir mirip pada penyebutannya. Bagaimana, sudah memahami perbedaannya, kan?

Merasa Jenuh? Yuk Kunjungi Destinasi Wisata Menarik Dekat dengan Stasiun Purwosari

LRT Jabodebek Pecahkan Rekor! Penumpang Tembus 7,7 Juta di Triwulan III 2025, Naik 15,6%

Jumlah pengguna LRT Jabodebek terus menunjukkan tren peningkatan positif. Sepanjang Triwulan III 2025, tercatat sebanyak 7.729.511 pengguna telah memanfaatkan layanan LRT Jabodebek. Angka ini naik 15,6% dibandingkan Triwulan II 2025 dengan 6.689.120 pengguna, serta meningkat 21,7% dibandingkan Triwulan I 2025 yang mencatat 6.351.283 pengguna.

Kenaikan ini menunjukkan semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap transportasi publik modern yang membantu mobilitas harian dengan lebih efisien, nyaman, dan ramah lingkungan.

Peningkatan jumlah pengguna ini sejalan dengan optimalisasi operasional LRT Jabodebek yang dilakukan KAI. Sejak Maret 2025, jumlah trainset yang dioperasikan bertambah dari 20 menjadi 22 trainset, sehingga frekuensi perjalanan naik dari 348 menjadi 366 perjalanan per hari. Optimalisasi berlanjut pada Juli 2025, dengan pengoperasian 24 trainset dan total 396 perjalanan per hari, untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.

Pertumbuhan jumlah pengguna terus terlihat konsisten. Pada Juli 2025, rata-rata pengguna harian mencapai 102.353 pengguna di hari kerja dan 47.265 pengguna di akhir pekan. Bahkan pada 1 Juli 2025 KAI mencatat rekor tertinggi sejak beroperasi yaitu 118.114 pengguna dalam satu hari, yang menjadi bukti nyata bahwa layanan ini semakin dipercaya masyarakat.

Sementara itu, pada Agustus 2025, rata-rata pengguna harian LRT Jabodebek mencapai 101.538 orang pada hari kerja dan 47.020 orang di akhir pekan. Pada September 2025, tercatat rata-rata 99.060 pengguna di hari kerja dan 41.006 pengguna di akhir pekan. Angka tersebut mencerminkan antusiasme masyarakat yang terus tinggi dalam memanfaatkan layanan LRT Jabodebek sebagai bagian dari aktivitas harian mereka.

Executive Vice President LRT Jabodebek Mochamad Purnomosidi menyampaikan apresiasi kepada seluruh pengguna atas kepercayaan dan dukungan yang diberikan.

“Peningkatan ini adalah cerminan dari kepercayaan masyarakat terhadap layanan LRT Jabodebek. Kami terus berupaya menghadirkan perjalanan yang aman, nyaman, dan tepat waktu, agar setiap pengguna dapat merasakan manfaat transportasi publik modern yang efisien dan terpercaya,” ujar Purnomosidi.

KAI akan terus meningkatkan kualitas layanan LRT Jabodebek, baik dari sisi operasional maupun fasilitas di stasiun dan kereta. Setiap langkah pengembangan yang dilakukan bertujuan agar LRT Jabodebek semakin dekat dengan masyarakat dan menjadi pilihan mobilitas sehari-hari.

“Kami ingin LRT Jabodebek tidak hanya menjadi moda transportasi yang andal, tetapi juga bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan yang cerdas dan berkelanjutan,” tutup Purnomosidi.

Sebagai bagian dari komitmen menghadirkan layanan transportasi publik yang semakin dekat dengan kebutuhan masyarakat, KAI menargetkan dapat melayani 6,9 juta pengguna LRT Jabodebek pada Triwulan IV 2025. Sepanjang bulan Oktober, KAI telah melayani 739.166 pengguna LRT Jabodebek, dengan rata-rata harian pada hari kerja dan akhir pekan mencapai 105.074 dan 54.362 pengguna.

Dengan capaian tersebut, KAI optimistis dapat memenuhi target melayani 27 juta pengguna LRT Jabodebek sepanjang tahun 2025, sekaligus terus memberikan manfaat bagi masyarakat dalam mendukung mobilitas perkotaan yang lebih mudah, cepat, dan berkelanjutan.

Harjamukti yang Ini Terminal di Cirebon, Bukan Stasiun LRT Jabodebek!

Terminal Mengwi, Gantikan Terminal Ubung Jadi Pusat Perhentian Bus AKAP di Bali

Terminal Mengwi merupakan terminal bus tipe A dan juga merupakan terminal induk terbesar di Provinsi Bali. Terletak di luar perbatasan kota Denpasar dengan Kabupaten Badung, tepatnya di Jalan Mengwi-Mengwitani, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Terminal Mengwi melayani trayek angkutan antarkota jarak jauh yakni bus antarkota antarprovinsi dan antarpulau ke Nusa Tenggara, Jawa dan Sumatra. Sejak tanggal 23 Oktober 2017, bus antarkota antarprovinsi (AKAP) diwajibkan untuk melakukan pemberangkatan dan pemberhentian terakhir di Terminal Mengwi serta tidak lagi di Terminal Ubung.

Bus AKAP sendiri resmi beroperasi di Terminal Mengwi setelah dipindah dari Terminal Ubung, Kota Denpasar. Kementerian Perhubungan pun telah resmi mengelola Terminal Mengwi sebagai terminal pusat di Bali sejak dioperasikan delapan tahun lalu itu.

Kewenangan terminal yang memiliki luas 15 hektar ini sekarang di bawah Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) XII Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat. Sesuai UU No.23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, Terminal Mengwi tidak lagi menjadi hak milik Kabupaten Badung, melainkan di Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Dengan demikian, bus AKAP yang biasanya beroperasi di Terminal Ubung, kini tidak dapat lagi mengangkut atau menurunkan penumpang. Semua operasinya dipusatkan di Terminal Mengwi. Sebagai terminal tipe C, maka fungsi Terminal Ubung hanya untuk angkutan perkotaan (angkot) dan angkutan pedesaan (angdes).

Sebagai akibat relokasi penurunan akhir penumpang bertujuan Denpasar di Terminal Mengwi, maka penumpang diharuskan untuk transit angkutan umum untuk menuju pusat kota Denpasar dan sekitarnya melalui terminal ini. Terdapat beberapa jenis angkutan umum yang melayani penumpang menuju kota Denpasar, seperti angkutan kota, AKDP Ubung-Gilimanuk, angkutan pedesaan, juga termasuk bus kota Trans Sarbagita.

Pihak BPTD XII bekerja sama dengan Perum DAMRI melayani trayek Terminal Mengwi-Terminal Ubung PP. Harga karcis Trans Sarbagita rute ini dipatok sebesar Rp7 ibu per orang. Frekuensi kedatangan bus sekali dalam 30-60 menit, walaupun keterlambatan masih sering terjadi.

Trans Sarbagita beroperasi dari pukul 05.00 WITA hingga pukul 19.00 WITA. Biasanya bus akan berangkat ke Terminal Ubung jika jika kursi penumpang dari Terminal Mengwi penuh, yang mana bisa memakan waktu berjam-jam, tergantung bus AKAP yang datang dari luar Bali.

Kochi Ekimae Kanko Hadirkan Sleeper Bus Paling Aman di Jepang

Wajib Tahu! Ini Kompensasi Penumpang Jika Perjalanan Kereta Api Terlambat

Menggunakan kereta api (KA) tentu penumpang ingin tiba tepat pada waktunya. Apalagi kecepatan KA saat ini hingga 120 km/jam. Ini membuat masyarakat makin setia dengan kereta api sebagai transportasi yang makin nyaman dan praktis untuk bepergian ke berbagai kota di Jawa maupun Sumatera. Selain itu menggunakan kereta api sudah bisa merasakan fasilitas yang relatif bagus bagi penumpangnya.

Namun, dari perjalanan yang nyaman dan tepat waktu tersebut tentu ada saja kekurangannya. Salah satunya adalah jika terjadi keterlambatan saat tiba ditujuan. Keterlambatan dalam perjalanan KA tentu ada berbagai macam faktor, seperti adanya rel putus, gangguan kereta/lokomotif, bencana alam dan lain sebagainya. Keterlambatan yang terjadi tentu membuat penumpang merasa jenuh dan kecewa.

Nah, jika terjadi keterlambatan tentu PT Kereta Api Indoneaia Persero (KAI) mempersiapkan berupa kompensasi untuk penumpangnya. Diketahui, kompensasi diberikan sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum. Penumpang yang mengalami keterlambatan lebih dari satu jam bisa membatalkan tiket dan menerima pengembalian penuh.

Penumpang kereta api di Stasiun Pasar Senen. (Foto: Dok. KAI)

Jika tetap melanjutkan perjalanan, penumpang akan diberikan minuman ringan tanpa biaya tambahan. Bila keterlambatan melebihi tiga jam, mereka juga berhak mendapat makanan ringan dan minuman. Namun, jika lebih dari lima jam, penumpang memperoleh makanan berat setelah tiga jam keterlambatan. Makanan dan minuman berat diberikan setelah memasuki jam kelima keterlambatan.

Tapi kemudahan tentu tetap diberikan kepada penumpang. Jika penumpang memilih tidak melanjutkan perjalanan, KAI akan mengembalikan bea tiket sebesar 100 persen. Ketentuan ini berlaku juga untuk perjalanan yang dialihkan ke rute memutar. Kemudian penumpang yang tidak jadi berangkat juga akan mendapat pengembalian penuh untuk bea bagasi. Tiket pengganti pada kelas lebih tinggi diberikan tanpa tambahan biaya.

Ketentuan lainnya adalah proses pengembalian dapat dilakukan di loket stasiun yang menyediakan layanan pengembalian secara langsung atau melalui transfer, paling lambat 1×24 jam setelah pembatalan. Batas waktu proses pembatalan dan pengembalian adalah hingga 7 (tujuh) hari (7×24 jam) dari tanggal dan jam keberangkatan yang tertera di tiket.

Itulah informasi menarik terkait jenis kompensasi penumpang kereta api saat terlambat berangkat. Dengan adanya kompensasi ini, diharapkan dapat mengurangi ketidaknyamanan yang dialami oleh penumpang akibat keterlambatan yang disebabkan oleh insiden tersebut. Untuk informasi lebih lanjut, penumpang bisa menghubungi nomor resmi WhatsApp KAI121: 0811-1211-1121.

Kereta Api di Indonesia Masih Suka Telat, Ini Penyebabnya!

Warga Cianjur Antusias dengan Kehadiran Kereta Api yang Terhubung Langsung ke Jakarta

Mendengar kabar bahwa akan diberlakukan pengoperasian rute kereta api (KA) dengan rute Jakarta – Cianjur, ternyata membuat warga Cianjur pun merasa senang. Pasalnya KA yang melintas di jalur Bogor hingga Cianjur maupun sebaliknya hanya ada satu rangkaian kereta. Itu pun mengharuskan penumpang berpindah kereta (transit) di Stasiun Sukabumi.

Diketahui Stasiun Sukabumi hanya melayani satu rangkaian kereta yakni KA Siliwangi rute Sukabumi – Cianjur – Cipatat pp. Tak heran, dengan harga tiket yang relatif murah yaitu Rp3.000 saja selalu cepat habis terjual. Dalam satu hari, KA Siliwangi dari Cianjur menuju Sukabumi maupun Cipatat sebanyak 6 kali perjalanan. Itu berarti masyarakat harus memesan tiket beberapa hari sebelum keberangkatan agar tidak kehabisan.

Nah, beberapa hari yang lalu ada kabar yang mengejutkan dan sekaligus kabar baik buat warga Sukabumi dan Cianjur mengenai perencanaan pengoperasian kereta api dengan rute Stasiun Gambir hingga Stasiun Cianjur pulang – pergi. Jadwal keberangkatan yang direncanakan pun sudah terbit di media sosial. Namun, lebih jelasnya apakah jadwal tersebut terbukti diberlakukan atau tidak masih menunggu keputusan resmi dari PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI).

Ilustrasi KA Wisata Java Priority rute Gambir – Yogyakarta. (Foto: Dok. Threads/@insta.rail)

Namun begitu, mendengar kabar tersebut, masyarakat khususnya warga Cianjur dan sekitarnya sangat terbantu dan merupakan kabar baik. Informasi sementara, rangkaian kereta api yang akan dijalankan nantinya adalah KA Wisata. Untuk harga pun masih belum ada informasi lebih lanjut terkait perjalanan kereta ini.

Rencana perjalanan istimewa ini akan singgah di 17 stasiun sepanjang lintasannya. Program reaktivasi rute ini merupakan bagian dari Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (Ripnas) 2030, yang menargetkan panjang jalur kereta aktif mencapai 10.524 kilometer di seluruh Indonesia.

Dikutip dari laman Radar Cianjur yang menemui warga khususnya Cianjur mengenai perencanaan dioperasikannya KA wisata ini menuai dukungan dan menyambut baik. Dengan adanya kereta ini tentu dapat menjadi sarana transportasi alternatif yang terjangkau dan membantu mengurangi kemacetan.

Selain itu menurut warga lainnya, dioperasikannya kereta wisata Gambir – Sukabumi – Cianjur dapat menjadi sarana angkutan yang efisien bagi warga yang beraktivitas ke Jakarta. Tak hanya itu, sebagian warga Cianjur maupun Sukabumi dan sekitarnya merupakan pekerja di wilayah Jakarta. Jadi tentu saja bisa memanfaatkan layanan KA wisata tersebut.

Tentunya dengan antusiasme warga, rencana KA Wisata ini tidak hanya diharapkan menjadi sarana rekreasi, tetapi juga dapat berfungsi sebagai moda transportasi umum yang praktis dan nyaman bagi masyarakat Cianjur dan sekitarnya.

Terungkap! Kereta Wisata Gambir – Cianjur Bakal Diberlakukan, Ini Jadwalnya

Emirates Luncurkan Fasilitas Pelatihan Mewah Senilai US$8 Juta untuk 25.000 Awak Kabin

Emirates telah membuka fasilitas kelas dunia baru di Dubai, untuk memberikan pengalaman pelatihan mewah kepada hampir 25.000 awak kabin, yang berfokus pada seni keunggulan perhotelan. Zona pembelajaran dan program senilai US$8 juta ini mencakup restoran dan lounge yang luas untuk hingga 170 tamu, dapur presentasi yang elegan, dan 8 ruang kelas berteknologi tinggi. Lebih dari 10.000 awak kabin Emirates akan dilatih di fasilitas baru ini pada akhir tahun.

Pusat Keunggulan Perhotelan Emirates merupakan rumah bagi beragam pelatihan layanan tingkat lanjut, yang dirancang berdasarkan standar bintang Michelin, termasuk protokol santapan mewah, keterlibatan tamu premium, dan layanan meja yang prima.

Pada tahun 2020, Emirates memulai kolaborasi dengan salah satu sekolah manajemen perhotelan terkemuka dunia – Ecole hôtelière de Lausanne di Swiss untuk membangun strategi perhotelan baru yang lebih baik, yang merupakan kesuksesan besar. Pusat Keunggulan Perhotelan Emirates kini menjadi lambang strategi ini, menginspirasi awak kabin untuk mewujudkan empat pilar keramahtamahan Emirates di angkasa – keunggulan, perhatian, inovasi, dan semangat.

Mau Jadi Awak Kabin Emirates? Inilah 4 Standar Pelatihan yang Harus Dilalui

‘Emirates terus meningkatkan pengalaman ‘terbang lebih baik’ bagi para pelanggan kami yang berharga. Kami telah berinvestasi dalam pelatihan keramahtamahan mewah tingkat tertinggi bagi awak kabin kami, yang memungkinkan mereka untuk benar-benar terhubung dengan pelanggan yang mereka layani dan menciptakan momen istimewa yang tak terlupakan. Kami senang dapat memberikan pelatihan imersif kepada awak kami, yang memungkinkan mereka untuk secara langsung mencicipi hidangan, minuman, suasana, dan pada akhirnya, keramahtamahan yang menjadi ciri khas Emirates. Inilah cara kami memberdayakan awak kabin kelas dunia.’

Meningkatkan keramahtamahan ke tingkat yang lebih tinggi, Pusat Keunggulan Perhotelan Emirates menawarkan beragam pelatihan dan fasilitas untuk keterlibatan awak kabin. Awak kabin Emirates yang baru direkrut akan dilatih di fasilitas ini, begitu pula awak kabin berpengalaman – yang akan menerima pelatihan penyegaran dan peningkatan berkali-kali sepanjang karier mereka.

Punya Standar Tinggi, Inilah Rasanya Jadi Awak Kabin Emirates

Sebagai bukti tingkat investasi dan detail yang dicurahkan dalam pelatihan awak kabin Emirates, Emirates Centre of Hospitality Excellence menawarkan kesempatan unik bagi awak kabin untuk bersantap sebagai tamu dan menikmati makan siang gastronomi 4 hidangan yang lezat. Pengalaman bersantap mewah ini dikurasi oleh para koki ahli Emirates, yang menyajikan beberapa hidangan Kelas Utama dan Bisnis serta hidangan khas Emirates yang paling terkenal.

Awak kabin akan dilayani secara langsung oleh tim pelatihan elit Emirates, untuk menampilkan yang terbaik dari keramahan bintang 7 Emirates, memimpin dengan memberi contoh dan mencontohkan praktik terbaik kepada awak kabin. Tujuan keramahan bintang 7 Emirates berfokus pada pelatihan yang ditingkatkan bagi awak kabin, untuk menanamkan autentisitas, kepribadian, dan koneksi dalam interaksi pelanggan mereka.

Di pusat kuliner Emirates Centre of Hospitality Excellence, dapur pelatihan yang dibangun khusus telah dirancang sebagai perpaduan antara dapur restoran profesional dan dapur maskapai. Di area ini, awak kabin Emirates mempelajari seni penyajian hidangan dari tim pelatih koki berpengalaman. Dengan menyeimbangkan tekstur, warna, dan bentuk, awak kabin belajar cara mengolah hidangan yang tampak seperti karya seni di atas piring, menambah eksplorasi sensorik bersantap bersama Emirates.

Emirates Centre of Hospitality Excellence juga akan menjadi tempat penyelenggaraan acara mencicipi anggur dan acara khusus yang dipandu oleh pelatih dan sommelier anggur ahli, melanjutkan kesuksesan L’art du Vin, program pembelajaran anggur Emirates untuk awak kabin.

Pusat Keunggulan Perhotelan merupakan tambahan terbaru dalam rangkaian fasilitas pelatihan mutakhir Emirates untuk awak kabin. Awal tahun ini, Emirates juga membuka Zona Kru baru di Kantor Pusat Grup Emirates, Dubai – ruang khusus 24/7 untuk awak kabin. Zona Kru menyediakan lokakarya edukasi, zona teknologi, dukungan staf 24 jam, pusat kecantikan dan kesehatan, area lounge interaktif, dan berbagai layanan lainnya untuk membantu awak kabin.

Direkrut dari lebih dari 140 negara dan berbicara dalam lebih dari 70 bahasa, Emirates bangga dengan layanan, keamanan, dan keramahan luar biasa yang diberikan oleh awak kabinnya. Saat ini Emirates mempekerjakan hampir 25.000 awak kabin, yang semuanya telah dilatih di Pusat Pelatihan Awak Emirates yang terkemuka di Dubai.

Pelatihan awal berdurasi delapan minggu ini mencakup semua aspek peran, termasuk Orientasi Perusahaan, Prosedur Keselamatan & Darurat, Manajemen Sumber Daya Awak, Medis Grup, Keamanan Penerbangan, Standar Citra dan Seragam, serta Pelatihan Layanan & Perhotelan.

Di fasilitas yang mengesankan, awak kabin mengikuti sesi kelas teori dan pengalaman praktis, yang banyak di antaranya berupa simulator gerak penuh dari semua jenis pesawat Emirates. Sepanjang karier mereka di Emirates, awak kabin menerima pelatihan berkelanjutan dan beragam kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan memajukan peluang mereka.

Memo Internal Tersebar, Emirates Peringatkan Awak Kabin yang ‘Layover’ untuk Bersikap Sopan

Kecewa! Kontroversi Pembatalan Penamaan Baru Stasiun Cirebon, Ternyata Ini Alasan Utamanya

Stasiun Cirebon atau yang lebih dikenal sebagai Stasiun Cirebon Kejaksan sempat menuai kontroversi. Bagaimana tidak, kabarpenumpang telah membahas mengenai penamaan stasiun ini yang digadang-gadang akan menggunakan nama baru, yaitu Stasiun Cirebon BT Batik Trusmi. Namun, dari berbagai pihak ternyata ada ketidaksepakatan mengenai nama stasiun yang digabungkan dengan brand batik asal Cirebon tersebut.

Naming rights yang ada di Stasiun Cirebon sebenarnya sudah terpasang di berbagai titik. Ada yang dipasang di pintu masuk stasiun dan ada pula yang dipasang papan nama di pinggir rel kereta api.

Ada Rencana Perubahan Nama di Stasiun Cirebon, Ternyata Ini Nama Barunya

Namun semua tulisan yang terpasang, tidak jadi untuk di perlihatkan. Lantaran tulisan BT Batik Trusmi kini ditutup menggunakan plester warna merah dan ada pula yang ditutup dengan kain berwarna hitam. Bahkan beberapa hari lalu, tulisan brand tersebut sudah dicabut.

Polemik perubahan nama ini pun akhirnya berujung pada pembatalan. Padahal perubahan nama tersebut sebelumnya muncul akibat kesepakatan kerja sama antara PT KAI dengan salah satu brand batik asal Cirebon, BT Batik Trusmi.

Pencopotan tulisan “BT Batik Trusmi” di papan nama Stasiun Cirebon. (Foto: Dok. Republika)

Dari pembatalan tersebut, kekecewaan pun mencuat dari pihak Batik Trusmi. Pemilik BT Batik Trusmi, Sally Giovani, menyayangkan pembatalan tersebut. Menurutnya, keputusan itu diambil secara sepihak oleh PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI).

Kekecewaan yang dirasakan lantaran pembatalan baru disampaikan dua hari menjelang acara peluncuran, padahal sudah ada pembahasan antara kedua belah pihak selama lima bulan. Terlebih hal tersebut, nama stasiun sudah sempat berubah menjadi Stasiun Cirebon BT Batik Trusmi. Sally menjelaskan bahwa ia sudah 90% mempersiapkan acara termasuk mengundang tamu spesial yang nantinya akan menyemarakkan saat peluncuran nama baru tersebut.

Kerja sama naming rights antara BT Batik Trusmi dan PT KAI sebelumnya menyepakati penamaan BT Batik Tursmi pada Stasiun Cirebon. Launching perubahan nama Stasiun Cirebon menjadi Stasiun Cirebon BT Batik Trusmi rencananya digelar pada 1 Oktober 2025 lalu.

Namun, kerja sama naming rights itu mendapat kritikan tajam dari masyarakat luas, terutama dari anggota DPRD Kota Cirebon dan para budayawan Cirebon. Hingga akhirnya, PT KAI memutuskan untuk menunda peluncuran perubahan nama Stasiun Cirebon menjadi Stasiun Cirebon BT Batik Trusmi pada 30 September 2025.

Menurut anggota Komisi III DPRD Kota Cirebon, Umar Stanis Clau menilai, naming rights tersebut adalah monopoli. Dengan munculnya nama BT Batik Trusmi pada Stasiun Cirebon maka UMKM lain yang berbisnis di bidang batik akan tertutup. Karena itu, ia mendukung penolakan dari sejumlah elemen terkait kerja sama tersebut.

Vice President PT KAI Daerah Operasi (Daop) 3 Cirebon, Arie Fathurrochman, menegaskan aspirasi masyarakat menjadi pertimbangan utama. Ia pun menyampaikan permintaan maaf karena penamaan baru tidak mempertimbangkan aspek kultural. Untuk saat ini, nama resmi stasiun kembali menjadi Stasiun Cirebon, dan Daop 3 Cirebon akan mengusulkan perubahan nama resmi ke pusat menjadi Stasiun Cirebon Kejaksan.

Hingga kini, pihak BT Batik Trusmi belum menerima kejelasan tindak lanjut. Informasi terakhir yang didapat Sally, persoalan itu masih dibahas di tingkat pusat PT KAI. Menurutnya, intervensi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta DPRD Kota Cirebon menjadi faktor yang memengaruhi keputusan tersebut.

Selain itu, dari pihak PT KAI sendiri sangat menghargai aspirasi masyarakat yang akan ditampung. Termasuk, adanya aspirasi untuk penambahan kata Kejaksan di belakang nama Stasiun Cirebon hingga menjadi Stasiun Cirebon Kejaksan.

Stasiun Cirebon, Bernilai Strategis dan Menyandang Bangunan Cagar Budaya

Hari Ini, 96 Tahun Lalu, Stasiun Jakarta Kota Resmi Beroperasi

Siapa yang tak kenal Stasiun Jakarta Kota, stasiun kereta api yang ada di Kawasan Kota Tua Jakarta ini merupakan salah satu yang bertipe terminus yakni perjalanan awal ataupun akhir. Merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A yang memiliki ketinggian +4 meter di atas permukaan laut dan berada di bawah Daerah Operasional atau Daop 1 Jakarta.

Baca juga: Manggarai, dari Tempat Budak Hingga Menjadi Stasiun Terbesar di Jakarta

Stasiun Jakarta Kota sendiri sering disebut dengan Stasiun Beos atau Kota, padahal memiliki nama asli Stasiun Batavia-benedenstad. KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, nama Beos sendiri ternyata berasal dari nama stasiun Batavia BOS Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), yang berada pada lokasi yang sama sebelum dibongkar.

Stasiun Beos (heritage.kai.id)

Ternyata Stasiun Jakarta Kota sendiri di masa lalu memiliki banyak nama sebutan yakni Batavia Zuid atau Stasun Batavia Selatan. Nama ini muncul pada akhir abad ke-19, di mana saat itu Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api.

Satunya adalah Stasiun Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg.

Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia. Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1887, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk direnovasi menjadi bangunan yang kini ada.

Selama stasiun ini dibangun, kereta-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 meter dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.

Stasiun ini dibangun oleh seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882, yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels bersama dengan teman-temannya yakni Hein von Essen dan F. Stolts, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di Delft itu mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA).

Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan.

Siluet stasiun Jakarta Kota dapat dirasakan melalui komposisi unit-unit massa dengan ketinggian dan bentuk atap berbeda. Unit-unit massa Stasiun Jakarta Kota terbagi menjadi unit massa kepala; unit massa sayap, gerbang masuk utama dan peron; unit massa menara (utama/depan, samping, dan gerbang samping). Konfigurasi massa bangunan linier secara keseluruhan membentuk huruf “T”.

Peron menggunakan rangka atap frame berbentuk butterfly shed (kupu-kupu) dengan penyangga kolom baja profil dipakai pada stasiun ini. Dinding bagian dalam hall diselesaikan dengan keramik berwarna coklat bertekstur kasar, sedangkan dinding luar bagian bawah seluruh bangunan ditutup dengan plesteran berbutir berwarna hitam.

Dinding yang sama pada concourse diselesaikan dengan ubin pola waffle berwarna kuning kehijauan. Lantai stasiun menggunakan ubin berwarna kuning dan abu-abu, dan untuk lantai peron dipakai ubin pola waffle berwarna kuning. Atap barrel-vault yang digunakan pada stasiun Jakarta Kota terlihat jelas pada hall utama.

Dinding bagian dalam hall diselesaikan dengan keramik berwarna coklat bertekstur kasar. Bukaan terbesar terdapat pada lunette yang berfungsi sebagai jendela. Lunette berbentuk busur semisirkular dengan unit bukaan vertikal sebanyak tujuh buah pada lunette utama.

Baca juga: Menapaki Sentuhan Belanda di 10 Stasiun Tua di Indonesia

Bukaan pintu pada Stasiun Jakarta Kota terbentuk akibat penggunaan kolom-kolom penyangga atap (kanopi) yang menghasilkan suatu unit massa sendiri. Pengolahan bidang di sekitar bukaan dengan penggunaan bata kerawang di atas pintu dan ubin waffle pada dinding bagian bawah serta daun pintu tambahan yang berfungsi sebagai pintu angin. Saat ini, Stasiun Jakarta Kota ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993.

Hari Ini, 142 Tahun Lalu, Kapal Udara Bertenaga Listrik Pertama di Dunia Terbang Perdana

Pada hari ini, 142 tahun lalu, bertepatan dengan 8 Oktober 1883, kapal udara pertama yang digerakkan motor listrik berhasil diterbangkan oleh Albert-Charles Tissandier dan Gaston Tissandier di Auteuil, pinggiran kota Paris, Perancis.

Baca juga: Hari Ini, 169 Tahun Lalu, Kapal Udara Bertenaga Pertama di Dunia Sukses Terbang Perdana

Keberhasilan menerbangkan kapal udara pertama dengan motor listrik oleh keduanya tentu tidak instan. Bertahun-tahun, kedua aeronaut itu berpacu dengan waktu untuk berinovasi di kapal udara, sampai akhirnya keinginan tersebut tercapai. Sebelum terbang perdana, berbagai persiapan pun dilakukan.

Dikisahkan oleh Gaston Tissandier, seperti dikutip dari thisdayinaviation.com, mulai akhir September, tabung-tabung gas beserta peralatan pendukungnya disiapkan. Balon atau kapal udara direntangkan di atas tanah dan langsung diisi dengan gas. Setelah balon atau kapal udara tadi terisi gas, itu didiamkan sambil menunggu cuaca cerah untuk melakukan uji terbang perdana.

Sayangnya, itu tidak terjadi sampai beberapa hari lamanya. Berkali-kali ada kesempatan, berkali-kali itu pula cuaca buruk menghadang. Sampai akhirnya pada tanggal 7 Oktober, cuaca cerah sepanjang hari. Tetapi, anginnya cukup kuat sehingga penerbangan pun ditunda.

Barulah pada 8 Oktober uji coba penerbangan kapal udara pun dilakukan. Tepat pukul delapan pagi, kapal udara diisi dengan gas dan berhasil mengembang sesuai rencana. Proses pengisiannya cukup lama sampai berjam-jam dan baru selesai pada pukul dua siang.

Penerbangan perdana pun dilakukan. Kokpit atau dek tempat Albert-Charles Tissandier dan Gaston Tissandier berdiri juga mengangkut 30 liter larutan asam bikromat kalium. Pukul tiga siang waktu setempat, kapal udara perlahan naik. Hembusan angin perlahan juga mulai kencang kendati di permukaan angin sangat tenang.

Beberapa menit kemudian, kapal udara tersebut berhasil mencapai ketinggian 500 meter dan mencapai kecepatan tiga meter per detik atau 4,8 kilometer per jam akibat hembusan angin kencang.

Selain angin kencang, tentu saja kecepatan tersebut berasal dari motor listrik Siemens 1,5 tenaga kuda. Listrik sendiri dihasilkan dari 30 liter larutan asam bikromat kalium yang dibawa kapal udara dan membuat rotor dengan dua bilah itu menghasilkan 26 pon daya dorong.

Agar kapal udara tetap berada di ketinggian yang normal, ia dilengkapi dengan pemberat dan selama penerbangan, Albert-Charles Tissandier diperintahkan Gaston memantau itu.

Baca juga: Bukan Zeppelin, Kapal Udara Pertama di Dunia Adalah Star System Airship

Pukul 4.35 sore, penerbangan perdana kapal udara dengan motor listrik pertama di dunia ini akhirnya mendarat di sekitar Croissy-sur-Seine, pinggiran Paris.

Sayangnya, usai penerbangan perdana, kemana kapal udara yang memiliki panjang 28 meter, diameter maksimum 9,2 meter, dan berat total mencapai 1.240 kilogram itu dibawa dan diapakan.