Penyesuaian Perjalanan Kereta Api Dimulai Awal Desember 2025, Apa Dampaknya?

Perjalanan kereta api (KA) saat ini sangat ditentukan oleh kecepatan di setiap wilayah. Jika wilayah yang memiliki area datar biasanya ditempuh hingga kecepatan maksimum 120 km/jam, namun jika memiliki dataran tinggi seperti tanjakan, turunan, bahkan tikungan tajam maka kecepatan akan dibatasi hingga 50 km/jam.

PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) akan melakukan penyesuaian jadwal dan pola perjalanan kereta api mulai 1 Desember 2025. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keselamatan, efisiensi operasional dan kenyamanan pelanggan. Penerapan penyesuaian perjalanan ini berlaku di semua Daerah Operasi (Daop).

Penyesuaian perjalanan di gadang-gadang adanya penurunan kecepatan kereta api di beberapa titik untuk kenyamanan yang lebih nyaman. KAI selalu menghimbau bagi penumpang yang menggunakan kereta api dari awal keberangkatan hingga ke tempat tujuan untuk selalu memeriksa kembali jadwal di tiket kereta api yang sudah dipesan.

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan kepada penumpang bagi yang ingin menggunakan perjalanan kereta api, yang terangkum dari laman Detik:

– Mulai 1 Desember 2025, terdapat beberapa perjalanan kereta api yang waktu keberangkatannya maju atau mundur dari jadwal sebelumnya.

– Terdapat penyesuaian stasiun perhentian di beberapa perjalanan kereta api.

– Jadwal keberangkatan KA yang tertera pada tiket Anda, “sudah disesuaikan” dengan jadwal baru pada pemberlakuan 1 Desember 2025.

Pelanggan juga diimbau untuk memastikan kembali jam keberangkatan, sesuai dengan yang tertera di tiketnya.

Dari dampak akibat penyesuaian perjalanan kereta api ini sebetulnya tidak terlalu signifikan. Yang ada hanyalah waktu tempuh kereta api dari stasiun keberangkatan hingga stasiun tujuan sedikit lambat beberapa menit dari biasanya.

KAI juga mengingatkan kepada calon penumpang yang sudah memiliki tiket untuk meluangkan waktu atau datang ke stasiun keberangkatan lebih awal dari jadwal yang sudah tertera pada tiket yang dimiliki masing-masing.

Sementara itu, Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menyampaikan bahwa pembaruan ini merupakan bagian dari upaya untuk menghadirkan perjalanan yang lebih andal dan tepat waktu. “KAI memastikan seluruh proses penyesuaian berjalan dengan baik agar perjalanan pelanggan tetap aman, nyaman, dan tepat waktu,” ujar Anne.

Cara Mudah Pelajari Kodefikasi Batas Kecepatan Kereta Api

Kenapa Pilot Pakai Kacamata Hitam? Ternyata Gegara Hal Ini

Saat dalam penerbangan di kokpit, pilot lazim memakai kacamata hitam. Bagi orang awam, mungkin itu sekadar artistik saja atau tak lebih dari sekedar bergaya. Nyatanya tidak demikian. Pilot memakai kacamata hitam saat bertugas memuliki fungsi kesehatan dan lebih dari itu berhubungan erat dengan keselamatan dan keamanan penerbangan.

Baca juga: 10 Barang Bawaan Penting Bagi Pilot, Nomor 7 Tak Dibawa, Gagal Terbang!

Menurut mantan pilot Angkatan Laut AS, David Tussey, seperti dikutip di Quora, kacamata hitam merupakan salah satu barang bawaan wajib dan menjadi kebutuhan pilot saat terbang.

Mengingat itu wajib dan menjadi sebuah kebutuhan, tentu saja kacamata hitam pilot yang dikenakan selama bertugas, khususnya saat cruising di ketinggian jelajah, memiliki sederet manfaat.

Disebutkan, pesawat komersial umumnya terbang antara 37 ribu kaki sampai 43 ribu kaki di atas permukaan laut. Di atas itu, pesawat akan mengalami apa yang disebut sebagai Coffin Corner. Tentu saja tergantung pesawatnya.

Sepanjang sejarah dirgantara dunia, ada satu pesawat komersial yang diizinkan terbang di atas 43 ribu kaki dan itu menjadi pesawat komersial tertinggi di dunia yang terbang di ketinggian 60 ribu kaki lebih.

Pesawat itu adalah pesawat supersonik Concorde dan Concorde dari Rusia, Tupolev Tu-144. Ada beberapa hal yang membuatnya mampu dan diizinkan terbang di ketinggian tersebut, mulai dari efisiensi hingga teknologi.

Di ketinggian tersebut, 37 ribu kaki – 43 ribu kaki bahkan 60 ribu kaki lebih, sinar matahari sangat menyilaukan dan tingkat radiasi mataharinya jauh lebih tinggi dari di darat. Ini tentu sangat berbahaya bagi pengelihatan.

David Tussey bahkan menyebut andai tidak menggunakan kacamata hitam, pilot mungkin akan mengalami kebutaan bila terus memaksa melihat keluar kokpit. Itu berarti pilihannya pilot perlu memejamkan mata dan ini tentu saja bukan pilihan terbaik.

Karenanya, pilot wajib membawa kacamata. Kacamatanya pun bukan sembarang kacamata melainkan kacamata khusus yang bisa melindungi dari paparan sinar ultraviolet hingga radiasi.

Baca juga: Apakah Pilot Pernah Bosan Melihat Keluar Jendela Selama Penerbangan Jarak Jauh?

Tak cukup sampai di situ, kacamata hitam pilot juga tidak boleh berlensa karena polarisasi. Pilot juga harus memastikan bahwa kacamata hitam yang dipakai bisa mengurangi mata lelah dan bisa meminimalisir perubahan warna. Jadi, betul-betul kacamata khusus pilot dan harganya pun tak main-main, seperti aksesoris pendukung kerja pilot lainnya, mulai dari jam tangan, headset, dan lainnya.

Meski begitu, David Tussey mengakui, terlepas dari fungsi medisnya, pilot memakai kacamata hitam lebih sering karena untuk meningkatkan citra seorang pilot agar terlihat keren, menumbuhkan kepercayaan diri, dan sedikit sikat ego atau sombong.

Terkait Grounded Armada A320, Ini Update Terbaru dari Airbus

Terkait dengan kabar grounding akibat isu radiasi Matahari pada armada pesawat jet komersial A320, hari ini, pihak Airbus memberikan update informasi terbaru. Menyusul penerbitan Alert Operators Transmission (AOT) pada 28 November yang menyerukan tindakan pencegahan segera terhadap sejumlah pesawat dari keluarga A320 yang sedang beroperasi, Airbus memberikan informasi terbaru tentang status penerapan langkah-langkah ini di seluruh armada global.

Dari total sekitar 6.000 pesawat yang berpotensi terdampak, sebagian besar kini telah menerima modifikasi yang diperlukan. “Kami bekerja sama dengan maskapai pelanggani untuk mendukung modifikasi kurang dari 100 pesawat yang tersisa guna memastikan pesawat-pesawat tersebut dapat kembali beroperasi,” ujar juru bicara Airbus dalam siaran pers.

Darurat Keselamatan Penerbangan: 38 Airbus A320 di Indonesia Wajib Grounding Akibat Isu Radiasi Matahari

Airbus memohon maaf atas segala tantangan dan keterlambatan yang dialami penumpang dan maskapai akibat kejadian ini. Perusahaan berterima kasih kepada para pelanggan, pihak berwenang, karyawan, dan seluruh pemangku kepentingan terkait atas dukungan mereka dalam menerapkan langkah-langkah ini, dan atas pengertian mereka terhadap keputusan Airbus untuk mengutamakan keselamatan di atas semua pertimbangan lainnya.

Isu ini berakar dari cacat kritis yang ditemukan pada sistem kendali penerbangan pesawat Airbus A320 Family (meliputi A319, A320, dan A321). Masalah berpusat pada komponen vital yang disebut Elevator Aileron Computer (ELAC), khususnya unit dengan batch tertentu (ELAC B L104). Komputer ini bertanggung jawab mengirimkan perintah dari sidestick pilot ke kendali penerbangan utama (elevator dan aileron).

Kondisi darurat ini dipicu oleh insiden yang melibatkan pesawat JetBlue A320 pada 30 Oktober 2025. Dalam insiden tersebut, pesawat mengalami pitch-down (hidung menukik) secara tiba-tiba dan tidak terduga, yang kemudian ditelusuri terkait dengan malfungsi ELAC. EASA memperingatkan, dalam skenario terburuk, kondisi ini dapat menyebabkan pergerakan elevator yang tidak terkendali, berpotensi melebihi batas struktural pesawat.

Dari total 143 unit pesawat A320 Family yang aktif beroperasi di Indonesia, 38 unit (sekitar 26%) terdampak langsung oleh perintah perbaikan ini.

Petugas ATC Tertidur, Airbus A320 Air Corsica Terpaksa Terbang Berputar-putar di Udara Selama 1 Jam

Mukhtara Air Siap Mengudara Januari 2026: Maskapai Full Service Arab Saudi di Langit Nusantara

Industri penerbangan di Indonesia akan segera kedatangan pemain baru yang berfokus pada layanan penuh (full service), yaitu Mukhtara Air. Maskapai ini, yang merupakan investasi besar dari Arab Saudi, menargetkan penerbangan komersial perdana dapat dilakukan paling lambat pada Januari 2026, setelah tuntas mengantongi sertifikat operasional utama (Air Operator Certificate atau AOC) dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Kehadiran Mukhtara Air di Indonesia ditandai dengan pendaratan pesawat pertama mereka, Airbus A320, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada akhir November 2025 sebagai langkah awal untuk proses perizinan dan persiapan operasional.

Mukhtara Air bernaung di bawah payung perusahaan induk Manazil Al Mukhtara Company Holding yang berbasis di Madinah, Arab Saudi. Perusahaan ini sudah dikenal luas sebagai pemain utama di sektor Haji, Umrah, dan Perhotelan di Arab Saudi, khususnya di kota suci Madinah dan Jeddah.

Dipimpin oleh Chairman Sami Al Harbi, perusahaan induk ini melihat Indonesia sebagai pasar strategis yang sangat besar, terutama mengingat volume jemaah umrah dan haji yang selalu tinggi. Mukhtara Air diposisikan sebagai maskapai full service internasional yang menjanjikan layanan premium bagi jemaah maupun penumpang umum yang bepergian. Kantor pusat operasional Mukhtara Air di Indonesia telah didirikan di Komplek Perkantoran CBC dekat Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Dalam strategi operasionalnya, Mukhtara Air berencana mengadopsi model hub and spoke, menggunakan armada Airbus yang beragam untuk melayani rute domestik dan internasional.

Untuk fase awal operasionalnya, maskapai ini akan menggunakan Airbus A320 (dengan rencana awal dua unit, dan akan ditambah menjadi empat unit pada tahun 2026) untuk melayani rute-rute domestik atau feeder. Pesawat A320 ini dikonfigurasi dengan 152 kursi, yang mencakup delapan kursi Bisnis dan 144 kursi Ekonomi.

Sementara itu, untuk rute internasional jarak jauh, Mukhtara Air akan mengandalkan armada Airbus A330, di mana mereka menargetkan penambahan dua hingga enam unit sepanjang tahun 2026. Secara keseluruhan, maskapai ini menargetkan memiliki total 10 unit pesawat pada akhir tahun pertama operasinya.

Strategi rute Mukhtara Air dirancang untuk mengoptimalkan potensi pasar perjalanan ibadah. Rute-rute mereka akan menghubungkan berbagai kota besar di Indonesia sebagai titik kumpul sebelum terbang ke Arab Saudi.

Di sektor domestik, rute yang diprioritaskan meliputi Jakarta (sebagai bandara penghubung utama) menuju Surabaya, Denpasar (Bali), dan Kualanamu (Medan). Rute domestik ini berfungsi vital sebagai pengumpul jemaah dari berbagai pulau di Indonesia.

Di sektor internasional, rute utamanya adalah dari Jakarta menuju Jeddah, Madinah, dan Thaif. Penerbangan internasional ini akan berjalan secara reguler, tidak hanya berfokus pada musim haji, melainkan melayani penumpang umum dan perjalanan umrah sepanjang tahun, sekaligus menawarkan pilihan layanan full service baru di jalur Timur Tengah.

Dengan komitmen investasi dan fokus pada layanan premium, kehadiran Mukhtara Air diharapkan dapat meningkatkan standar layanan penerbangan, khususnya bagi jemaah umrah dan haji di Indonesia.

Berapa Banyak Maskapai yang Teregistrasi di Singapura?

Catat! Ini Syaratnya Jika Penumpang Ingin Naik Kereta Petani dan Pedagang

Menggunakan Kereta Lokal/Commuter Line Merak rute Rangkasbitung – Merak sudah menjadi keseharian warga Banten untuk menempuh perjalanan ke berbagai daerah yang dituju. Stasiun-stasiun kereta api yang dilewati kereta ini pun sebagian besar masyarakatnya adalah petani dan pedagang.

Diketahui sebelumnya, masih banyak yang kebingungan jika menggunakan kereta lokal ini harus membawa barang dagangan yang beragam bentuk dan beratnya, apakah diperbolehkan naik ke kereta api.

Mengingat dahulu kereta lokal dengan rute Rangkasbitung – Merak ini sudah turun temurun bagi penumpang membawa barang dagangannya ke atas kereta api. Karena waktu itu terdapat kereta khusus bagasi yang tersambung dengan kereta penumpang. Masyarakat sudah mulai ramai setiap hari pada perjalanan saat pagi menjelang. Adapun yang mereka bawa pun beragam, tentunya untuk menjual dagangannya di pasar tradisional.

Nah, informasi per 1 Desember 2025 PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) sudah menjalankan atau dioperasikannya Kereta Petani dan Pedagang bagi masyarakat khususnya wilayah Banten dan sekitarnya. Tak hanya itu, masyarakat yang pekerjaannya mayoritas petani dan pedagang diikutsertakan sebagai penumpang khusus dalam rangkaian tersebut.

Interior kereta petani dan pedagang dengan kursi yang diposisikan menyamping. (Foto: Dok. KAI)

Namun, untuk penumpang yang berprofesi sebagai petani dan pedagang tak sama seperti penumpang biasa. Mereka yang berprofesi tersebut di prioritaskan saat naik ke kereta khusus ini. Untuk bisa menggunakan layanan ini, petani dan pedagang perlu melakukan registrasi terlebih dahulu dan mendapatkan kartu khusus tanpa dipungut biaya. Caranya mudah, cukup datang ke loket yang disediakan dengan membawa kartu identitas dan mengisi formulir registrasi.

Petugas akan melakukan verifikasi terlebih dahulu dalam waktu singkat, dan kemudian kartu khusus untuk petani dan pedagang bisa diberikan. Registrasi ini sudah bisa dilakukan sebelum jadwal hari keberangkatan dan pada saat akan menggunakan perjalanan kereta petani dan pedagang. Pedagang dan petani dapat melakukan boarding atau masuk ke area ruang tunggu di stasiun dua jam sebelum jadwal keberangkatannya.

Memang dari namanya adalah ‘kereta petani dan pedagang’, namun penumpangnya tak harus yang berprofesi sebagai petani pedagang. Penumpang biasa pun bisa ikut merasakan naik kereta tersebut seperti biasa.

Untuk penumpang lain yang ingin menggunakan layanan ini dan belum melakukan registrasi, tetap bisa membeli tiket kereta petani dan pedagang pada hari keberangkatannya di loket, dengan catatan tiket perjalanannya masih tersedia dengan tarif hanya Rp3.000 saja.

Tentunya, dengan memiliki kartu tersebut, para petani dan pedagang dapat melakukan pemesanan dan pembelian tiket kereta khusus mulai H-7 sebelum keberangkatan di loket-loket stasiun yang dilalui KA Lokal Merak.

Mulai Hari Ini Kereta Pedagang dan Petani Beroperasi, Ini Aturan Barang Dagangan yang Bisa Dibawa

 

Darurat Keselamatan Penerbangan: 38 Airbus A320 di Indonesia Wajib Grounding Akibat Isu Radiasi Matahari

Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mengambil langkah tegas dengan memerintahkan grounding terhadap 38 unit pesawat Airbus A320 Family yang beroperasi di dalam negeri. Tindakan ini merupakan respons cepat terhadap mandat keselamatan penerbangan darurat yang dikeluarkan oleh Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) pada akhir November 2025.

Isu ini berakar dari cacat kritis yang ditemukan pada sistem kendali penerbangan pesawat Airbus A320 Family (meliputi A319, A320, dan A321). Masalah berpusat pada komponen vital yang disebut Elevator Aileron Computer (ELAC), khususnya unit dengan batch tertentu (ELAC B L104). Komputer ini bertanggung jawab mengirimkan perintah dari sidestick pilot ke kendali penerbangan utama (elevator dan aileron).

Analisis teknis dari Airbus dan EASA menunjukkan bahwa radiasi matahari yang kuat (intense solar radiation) memiliki potensi untuk merusak (corrupt) data yang sangat penting di dalam komputer ELAC.

Kenapa Mayoritas Badan Pesawat Berwarna Putih? Ini Dia Alasan Ilmiahnya!

Kondisi darurat ini dipicu oleh insiden yang melibatkan pesawat JetBlue A320 pada 30 Oktober 2025. Dalam insiden tersebut, pesawat mengalami pitch-down (hidung menukik) secara tiba-tiba dan tidak terduga, yang kemudian ditelusuri terkait dengan malfungsi ELAC. EASA memperingatkan, dalam skenario terburuk, kondisi ini dapat menyebabkan pergerakan elevator yang tidak terkendali, berpotensi melebihi batas struktural pesawat.

EASA mengeluarkan Emergency Airworthiness Directive (EAD 2025-0268-E) yang berlaku efektif mulai 30 November 2025, yang mengharuskan operator seluruh dunia untuk segera bertindak.

Dari total 143 unit pesawat A320 Family yang aktif beroperasi di Indonesia, 38 unit (sekitar 26%) terdampak langsung oleh perintah perbaikan ini.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kemenhub mengadopsi mandat EASA tersebut dan mewajibkan semua operator untuk memastikan pesawat yang terdampak telah mengganti atau memodifikasi komputer ELAC dengan versi yang serviceable (ELAC B L103 atau lebih tinggi) sebelum penerbangan berikutnya.

Grounding mendadak terhadap 38 pesawat di tengah masa puncak perjalanan akhir tahun memiliki dampak operasional dan finansial yang signifikan bagi maskapai domestik. 38 pesawat yang grounding tersebar di enam maskapai penerbangan domestik utama yang mengandalkan armada A320 Family, yaitu Batik Air, Super Air Jet, Citilink Indonesia, Indonesia AirAsia, Pelita Air dan TransNusa

Kekurangan Armada: Armada A320 adalah tulang punggung penerbangan domestik dan regional di Indonesia. Grounding massal ini menyebabkan kekurangan armada yang parah. Terjadi tepat menjelang lonjakan volume penumpang akhir tahun (Natal dan Tahun Baru), memaksa maskapai melakukan banyak pembatalan dan penundaan jadwal (delay) untuk menyesuaikan dengan ketersediaan pesawat yang tersisa.

Maskapai didorong untuk membuat rencana mitigasi risiko yang ketat, termasuk menyediakan refund atau penjadwalan ulang (rebooking) bagi penumpang yang terdampak.

Kemenhub mengimbau masyarakat yang memiliki jadwal penerbangan pada periode 30 November hingga 4 Desember 2025 untuk segera menghubungi maskapai guna konfirmasi jadwal keberangkatan, sekaligus menekankan bahwa keselamatan penerbangan adalah prioritas tertinggi.

Kenapa Pilot Pakai Kacamata Hitam? Ternyata Gegara Hal Ini

Mulai Hari Ini Kereta Pedagang dan Petani Beroperasi, Ini Aturan Barang Dagangan yang Bisa Dibawa

Yang ditunggu pun akhirnya tiba. Ya, rangkaian kereta petani dan pedagang resmi beroperasi melayani penumpang mulai dari Stasiun Rangkasbitung hingga Stasiun Merak pulang pergi. Kereta ini sudah bisa digunakan masyarakat per 1 Desember 2025 sebagai langkah dan terobosan baru dari PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI).

Layanan kereta pedagang dan petani akan dirangkaikan pada KA Lokal/Commuter Line Merak dengan kapasitas 73 tempat duduk. Per hari akan ada 7 perjalanan bolak-balik, dari Merak dan Rangkasbitung. Jadwal disesuaikan dengan jadwal KA Lokal Merak dari Stasiun Rangkasbitung.

Untuk bisa menikmati layanan ini, pengguna kereta petani dan pedagang hanya perlu datang ke loket registrasi yang sudah disiapkan dengan membawa kartu identitas dan mengisi formulir registrasi untuk diverifikasi petugas terlebih dahulu untuk mendapatkan kartu petani dan pedagang.

Registrasi ini sudah bisa dilakukan sebelum jadwal hari keberangkatan dan pada saat akan menggunakan perjalanan kereta petani dan pedagang. Dengan memiliki kartu petani dan pedagang ini, pengguna dapat dengan menggunakan layanan perjalanan ke depan. Salah satunya pelanggan bisa melakukan pemesanan dan pembelian tiket kereta petani dan pedagang mulai H-7 keberangkatan di loket-loket stasiun Commuter Line Merak.

Namun, perlu diketahui juga, tidak semua barang diperbolehkan untuk dibawa di kereta tersebut. KAI Commuter dalam keterangannya, Minggu (30/11/2025), merinci sederet barang yang tidak bisa dibawa pada layanan kereta khusus pedagang dan petani.

Dilansir dari laman Detik menyebutkan:
• Barang bawaan yang berbau menyengat dan barang yang mudah terbakar dilarang dibawa di kereta.
• Hewan ternak juga dilarang dibawa di kereta.
• senjata tajam atau senjata api dilarang dibawa di kereta.

Dalam hal ini KAI Commuter juga memberlakukan aturan-aturan lainnya dalam layanan kereta petani dan pedagang ini, salah satunya barang dagangan yang bisa dibawa adalah sebanyak 2 koli atau 2 tentengan, dengan dimensi maksimal 100 cm x 40 cm x 30 cm per koli.

Seperti layanan Commuter Line Merak, kereta petani dan pedagang ini dipatok tarif PSO sebesar Rp3.000. Diketahui, PSO adalah insentif berupa subsidi dari Pemerintah melalui DJKA yang ditujukan untuk menekan tarif layanan kereta api sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat dengan harga terjangkau.

Pengujian dilakukan juga untuk memastikan pengoperasian Kereta Petani dan Pedagang ini dilakukan dengan memperhatikan aspek keselamatan, keamanan, keandalan, kenyamanan, kemudahan, dan kesetaraan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum.

Inovasi Baru, Ternyata Ini Alasan KAI Membuat Kereta Petani dan Pedagang

Argo Wilis Masih ‘Tertinggal’ Gunakan Rangkaian Stainless Steel Biasa, Ini Alasannya

Memiliki julukan Si Raja Selatan. Ya, siapa lagi kalo bukan Kereta Api (KA) Argo Wilis. Rangkaian kelas eksekutif dan kelas wisata Panoramic ini digadang-gadang sebagai kereta kebanggaan masyarakat yang melintasi jalur selatan. KA Argo Wilis juga memiliki perjalanan yang mampu berkecepatan hingga 120 km/jam (Gapeka 2025).

Kereta berusia 18 tahun ini menempuh jarak Bandung – Surabaya, atau sebaliknya, sejauh 699 kilometer dengan kecepatan rata-rata 70 – 100 kilometer per jam. Durasi perjalanan KA Argo Wilis adalah sekitar 11 jam 50 menit sampai 12 jam sekali jalan.

KA Argo Wilis pertama kali beroperasi pada 8 November 1998. Sejak peluncuran perdananya, kereta ini sudah menggunakan rangkaian stainless steel dari PT INKA. Kereta ini adalah satu-satunya dari kereta kelas eksekutif argo yang melayani jalur di luar Jakarta. Hal tersebut menjadikannya ikon transportasi Surabaya – Bandung, dan sebaliknya.

KA Argo Wilis yang saat ini beroperasi menggunakan Lokomotif CC206. Lokomotif yang terkenal nyaman dan minim getaran ini memiliki rangkaian yang terdiri dari satu kereta pembangkit listrik, satu kereta makan, serta tujuh hingga sembilan unit kereta kelas eksekutif dengan kapasitas masing-masing 50 penumpang.

Selain hal tersebut ternyata KA Argo Wilis bisa dikatakan ‘tertinggal’ dari kawan-kawannya yang sesama brand ‘argo’ tersebut. Ya, karena KA Argo Wilis masih menggunakan rangkaian jenis stainless steel biasa, sedangkam yang lainnya mayoritas sudah berganti menjadi jenis stainless steel New Generation yang sama-sama di produksi dari PT INKA.

Nah, sebenarnya rangkaian KA Argo Wilis sudah bisa diganti menjadi stainless steel New Generation lantaran rangkaiannya sedang digunakan oleh kereta lain. Ini karena imbas kejadian anjlok hebat pada rangkaian KA Argo Bromo Anggrek beberapa waktu lalu di Stasiun Pegadenbaru. Rangkaian stainless steel New Generation tersebut sempat digunakan sementara.

Rangkaian eksekutif New Generation yang terparkir di Stasiun Cimahi, digadang-gadang akan digunakan untuk KA Argo Wilis.

Lalu kira-kira kapan KA Argo Wilis bisa menggunakan rangkaian baru? Jawabannya adalah, segera. Banyak unggahan di media sosial bahwa ada rangkaian stainless steel New Generation (kelas eksekutif) yang stabling atau parkir di Stasiun Cimahi. Ya, rangkaian tersebut rencananya akan digunakan untuk KA Argo Wilis.

Desas desus rangkaian KA Argo Wilis New Generation digadang-gadang akan digunakan pada Desember nanti terutama saat jelang Nataru 2025. Diharapkan saat menggunakan rangkaian baru ini, penumpang yang menggunakan KA Argo Wilis akan merasa lebih nyaman dengan fasilitas yang lebih modern.

Nge-Trip KA Serayu – Tiketnya Murah, Pemandangannya Pun Indah

Mengapa Pesawat Regional Turboprop Kurang Populer di Langit Amerika dan Eropa?

Pesawat komersial regional bermesin baling-baling (turboprop), seperti ATR 72 dan De Havilland Dash 8, adalah tulang punggung penerbangan jarak pendek di banyak negara, terkenal karena efisiensi bahan bakarnya. Namun, di Amerika Serikat (AS) dan sebagian besar Eropa Barat, popularitas mereka jauh tertinggal dibandingkan dengan jet regional kecil (regional jet).

Analisis ini menguraikan alasan utama mengapa turboprop gagal mendominasi pasar penerbangan regional yang kompetitif di Barat. Alasan utama mengapa jet regional (seperti Embraer E-Jets dan CRJ Series) mengalahkan turboprop adalah faktor waktu tempuh dan persepsi kenyamanan.

Turboprop terbang lebih lambat (sekitar 250–300 knot) dibandingkan jet regional (sekitar 400–450 knot). Di pasar AS yang didorong oleh konektivitas yang cepat, penumpang sering memilih penerbangan jet, bahkan jika perbedaannya hanya 15–20 menit pada rute pendek.

ATR-72 600, Pesawat Tercanggih Untuk Penerbangan Perintis Nasional

Secara historis, turboprop memiliki reputasi sebagai pesawat yang lebih bising dan lebih banyak getaran di kabin, meskipun teknologi modern (Active Noise and Vibration Suppression/ANVS) telah banyak meredam masalah ini. Namun, stigma “turboprop = pesawat kuno/kurang nyaman” sulit dihilangkan.

Sebagian besar kontrak pilot maskapai utama AS (seperti Delta, United, American) mencakup Klausul Lingkup. Klausul ini membatasi ukuran dan berat pesawat yang boleh dioperasikan oleh maskapai regional afiliasi (seperti SkyWest atau Republic Airways).

Secara historis, batasan kapasitas tempat duduk (misalnya, maksimum 76 kursi) sangat cocok dengan model jet regional yang lebih kecil (misalnya CRJ700 atau Embraer E175). Turboprop modern yang lebih besar (seperti Dash 8-Q400 atau ATR 72) sering kali memiliki kapasitas yang sama atau bahkan lebih besar, tetapi maskapai AS memilih jet untuk konsistensi operasional dan kenyamanan penumpang.

Klausul ini secara efektif membatasi permintaan maskapai regional AS untuk model turboprop berkapasitas tinggi.

Meskipun turboprop jauh lebih efisien bahan bakar per mil kursi terbang, maskapai besar AS dan Eropa mengutamakan efisiensi dalam hal waktu turnaround (waktu antara kedatangan dan keberangkatan) dan utilisasi blok waktu. Sebagian besar rute regional di AS adalah rute feeder (pengumpan) yang masuk ke hub besar (misalnya Chicago, Dallas, Frankfurt). Turboprop, yang bergerak lebih lambat, dapat mengganggu kelancaran lalu lintas jet yang padat di hub tersebut, menciptakan masalah slot waktu dan flow lalu lintas udara.

Penghematan bahan bakar turboprop tidak selalu menutupi biaya operasional keseluruhan jika pesawat menghabiskan lebih banyak waktu di udara (karena lebih lambat), yang mengurangi jumlah penerbangan yang dapat dilakukan per hari.

Popularitas turboprop di pasar lain membuktikan bahwa kelemahan di Barat adalah masalah strategis, bukan teknis, di pasar yang memiliki landasan pacu pendek, medan pegunungan, atau harga bahan bakar sangat tinggi (seperti Indonesia, Filipina, atau Australia), turboprop adalah pilihan logis karena kemampuan lepas landas dan mendarat yang lebih baik di landasan pendek (Short Takeoff and Landing/STOL).

Arah Baling-baling pada Mesin Pesawat Turbopropeller Ada Dua Jenis, Co-rotating dan Counter Rotating

Hari Ini 17 Tahun Lalu, COMAC ARJ21 Terbang Perdana, Tandai Kebangkitan Jet Regional Pertama Buatan Cina

Tepat 17 tahun lalu, pada tanggal 28 November 2008, prototipe jet regional COMAC ARJ21 Xiangfeng (Flying Phoenix) lepas landas dari Lapangan Udara Dachang, Shanghai, menandai penerbangan perdananya yang sukses. Momen ini adalah titik balik penting dalam ambisi Cina untuk menjadi pemain utama dalam industri kedirgantaraan global.

Program ARJ21 (Advanced Regional Jet for the 21st Century) dimulai pada awal tahun 2002 di bawah konsorsium ACAC (kemudian diakuisisi oleh Commercial Aircraft Corporation of China – COMAC).

Desain ARJ21 banyak mengambil inspirasi dari pesawat McDonnell Douglas MD-90 yang pernah diproduksi di Cina di bawah lisensi. Ini terlihat dari penempatan mesin ganda di bagian belakang badan pesawat (aft-fuselage mounted engines).

Meskipun diklaim sebagai desain mandiri, ARJ21 mengandalkan komponen kritis dari Barat, termasuk mesin General Electric CF34-10A dan avionik dari Rockwell Collins. Pesawat ini dirancang khusus untuk memenuhi kondisi geografis Cina yang beragam, terutama rute dengan suhu tinggi dan ketinggian (hot and high), seperti di Cina bagian barat.

35 Persen Saham Dikuasai Perusahaan Cina, Jadi Alasan TransNusa Gunakan Pesawat Cina ARJ21?

Penerbangan perdana seharusnya dilakukan pada tahun 2005, tetapi mengalami penundaan besar selama tiga tahun karena kompleksitas perancangan dan proses sertifikasi.

Pada hari bersejarah 28 November 2008, prototipe ARJ21-700 berhasil lepas landas dan terbang selama sekitar satu jam, mencapai ketinggian 9.000 kaki. Penerbangan tersebut diklaim sangat sukses oleh COMAC dan memulai program uji coba penerbangan yang panjang.

Namun, uji coba penerbangan dan proses sertifikasi oleh Otoritas Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC) berlangsung selama enam tahun tambahan, yang membuat pesawat ini baru mendapatkan Sertifikasi Tipe CAAC pada Desember 2014.

ARJ21-700 secara resmi memasuki layanan komersial pada 28 Juni 2016 dengan maskapai peluncur (launch customer) adalah Chengdu Airlines. ARJ21 kini menjadi tulang punggung penerbangan regional di Cina, menghubungkan kota-kota kecil dan menengah.

Pesawat ini telah mencatat keberhasilan ekspor perdananya ke Asia Tenggara, dengan maskapai TransNusa (Indonesia) menjadi pelanggan internasional pertamanya pada akhir 2022. Hingga saat ini (akhir tahun 2025), COMAC telah mengirimkan lebih dari 170 unit ARJ21 kepada maskapai domestik dan internasional. Jumlah ini terus bertambah seiring peningkatan kapasitas produksi COMAC.

Gallop Air dari Brunei, Jadi Maskapai Internasional Kedua Pengguna COMAC ARJ21 Setelah TransNusa