Tepat pada 11 Januari 2021 lalu menandai satu abad Kwon Ki-ok, lahirnya pilot wanita pertama Korea Selatan dan Korea Utara serta Cina. Semasa hidupnya, ia berhasil menorehkan 7.000 jam terbang, tak terlalu menonjol memang. Namun, hal itu cukup bagi Kwon untuk membuktikan bahwa kodratnya sebagai wanita mungkin tak bisa diubah namun mimpinya sebagai pilot tak bisa terhalang hanya karena ia wanita.
Dilansir peacemaker.prkorea.com, impian Kwon Ki-ok menjadi pilot datang setelah ia menyaksikan aksi aerobatik atau pertunjukan udara dari pilot AS bernama Art Smith pada bulan Mei 1917. Cita-citanya menjadi pilot bukan untuk gagah-gagahan atau sekedar untuk cita-cita biasa, melainkan untuk turut berperang melawan penjajahan Jepang saat perang merebut kemerdekaan tiba.
Petualangannya mengejar mimpi menjadi pilot dimulai dengan bergabung ke Sekolah Angkatan Udara Republik Cina di Yunnan, dengan dukungan dan rekomendasi dari Pemerintah Sementara Republik Korea yang berbasis di Shanghai.
Ia dipuji atas kemampuannya menghadapi berbagai materi pelatihan yang pada saat itu dianggap akan sangat sulit bagi perempuan karena laki-laki pun kesulitan dengan tuntutan fisiknya. Namun, ia menjawab itu bukan dengan biasa-biasa saja melainkan menjawabnya dengan sempurna. Kwon Ki-ok berhasil lulus dari sekolah penerbangan itu sebagai satu-satunya wanita di kelas dan resmi menyandanggelar sebagai pilot wanita pertama Korea dan Cina.
Setelah melanglang buana menjadi pilot, Kwon Ki-ok berhasil mencatat lebih dari 7.000 jam terbang. Berkat kemampuannya itu, ia bahwa mendapat promosi jabatan di angkatan udara militer Cina pada 1940 dengan pangkat letnan kolonel.
Sekalipun mimpinya menjadi pilot berhasil dicapai, namun, ia tak pernah sekalipun membantu kemerdekaan Korea atau berperang melawan pendudukan Jepang sebagai pilot pesawat tempur. Meski demikian, ia tetap berjuang mengusir Jepang dari tanah Korea bersama pemerintahan darurat di Shanghai.
Usai Perang Dunia II berakhir dan Republik Korea resmi merdeka, pilot pertama wanita Korea dan Cina ini bukan berarti berhenti berkarya. Di negaranya, ia menjadi salah satu bagian terpenting dalam sejarah pembentukan Angkatan Udara Republik Korea dan terus mengabdi di instansi tersebut bahkan saat Perang Korea meletus sebagai anggota Kementerian Pertahanan Nasional.
Baca juga: Tahun 2038: Dunia Butuh 804 Ribu Pilot Wanita
Atas dedikasinya itu, ia menerima penghargaan presiden pada tahun 1968 dan Order of Merit untuk Yayasan Nasional pada tahun 1977.
Ada yang menarik dibalik kisah hidupnya sebagai warga negara. Kendati ia lahir di desa Sangsugu, Pyongyang, Korea Utara, Kwon Ki-ok lebih memilih bergabung dengan Republik Korea Selatan. Namun, keputusannya itu berarti bahwa ia bukan hanya menjadi pilot wanita pertama Korea Selatan dan Cina, namun juga pilot wanita pertama Korea Utara.