McDonnell Douglas DC-10 dahulu cukup kesohor di jagat penerbangan komersial, termasuk di Indonesia. Pada dekade tahun 70an, pesawat tersebut menjadi salah satu armada andalan flag carrier Garuda Indonesia.
Baca juga: DC-10 30, Kenangan Pesawat Trijet Jarak Jauh di Era Keemasan Garuda Indonesia
Meski saat ini pesawat tersebut sudah disuntik mati, namun pesawat yang dibangun berdasarkan DC-10 masih terbang sampai sekarang, salah satunya pesawat pengisi bahan bakar KC-10 Extender, yang baru saja membukukan 42 tahun operasi.
Dihimpun dari Simple Flying dan Indomiliter.com, DC-10 lahir sebagai jawaban McDonnel Douglas setelah kemunculan Boeing 747-100.
DC-10 pertama kali meluncur pada 29 Agustus 1970, dan dioperasikan perdana oleh maskapai American Airlines pada 5 Agustus 1971. Pesawat ini disasar untuk memenuhi permintaan maskapai yang melayani rute penerbangan jarak menengah – jauh, yaitu penerbangan dengan jarak di rentang 3 ribu sampai 9 ribu kilometer.
Setelah sukses di sipil, manufaktur mulai menggarap versi militer untuk memenuhi pesanan Angkatan Laut Amerika Serikat (USAF). Alih-alih memilih DC-10, USAF justru memilih MD-10 dan diamini oleh McDonnell Douglas untuk melengkapi sekaligus menggantikan KC-135 Stratotanker dalam operasi pengisian bahan bakar udara.
Militer AS merasa perlu pesawat pengisi bahan bakar baru usai Perang Vietnam karena KC-135 Stratotanker gagal dalam beberapa parameter.
Tak butuh waktu lama, KC-10 Extender sukses terbang perdana pada 12 Juli 1980 dan sortie pengisian bahan bakar udara pertama dilakukan kemudian pada tahun yang sama pada 30 Oktober dengan pesawat angkut C-5. Setahun berikutnya atau pada 17 Maret 1981 pesawat pertama KC-10 Extender pun resmi dikirim ke USAF.
Meskipun 88 persen komponen didasari versi komersial, KC-10 Extender diklaim dan terbukti sangat mumpuni sebagai pesawat pengisi bahan bakar.
Modifikasi besar pada versi militer termasuk avionik militer yang ditingkatkan, komunikasi satelit, mekanisme pengisian bahan bakar udara-ke-udara, dan penambahan enam tangki bahan bakar tambahan. Akibatnya, KC-10 dapat membawa lebih dari 160.200 kg bahan bakar, yang hampir dua kali lipat KC-135.
Selain itu, KC-10 Extender juga mampu melakukan pengisian bahan bakar ke pesawat lain menggunakan dua teknik berbeda, refueling boom dan sistem selang & drogue. Refuiling boom, dari segi kecepatan pengisian, jauh lebih cepat daripada sistem selang & drogue, mencapai 4.180 liter per menit, berbanding 1.786 liter per menit.
Baca juga: Sulap Pesawat Komersial Jadi Pesawat Militer Jadi Cara Terbaik Selamatkan Maskapai?
KC-10 Extender juga dapat mengangkut penumpang dan kargo. Kapasitas penumpang maksimum dibatasi 75 orang dan ada cukup ruang untuk 17 hingga 27 palet kargo, tergantung pada jumlah penumpang di dalamnya. KC-10 Extender yang terisi penuh bahan bakar dapat terbang sejauh 4.400 mil tanpa pengisian bahan bakar di udara.
Sampai saat ini, USAF tercatat di ch-aviation memiliki dan aktif mengoperasikan 59 unit KC-10 Extender dan masih akan terus menggunakannya sampai di masa mendatang.