Friday, April 26, 2024
HomeDaratMotif Profit, Jadi Makna Perubahan PJKA Menjadi PT KAI

Motif Profit, Jadi Makna Perubahan PJKA Menjadi PT KAI

Dalam rangka HUT ke 54 Tahun Perpenka, masyarakat diajak untuk kembali mengingat bagaimana sejarah perjalanan panjang kereta api hingga saat ini menyongsong masa depan. Edie Haryoto, mantan direksi 3 zaman kereta api mengatakan, pada masa PJKA hingga berubah menjadi PT KAI sebelumnya ada perumka.

Baca juga: Ternyata Kereta Api Indonesia Sudah Berganti Logo 3 Kali

Perubahan ini sendiri mengandung tujuan sebab pada masa PJKA. Dikatakan Edie, saat itu PJKA hanya memberikan penyediaan jasa serta pelayanan bagi masyarakat. Sehingga tidak ada tujuan untuk keuntungan, karena tarif ditentukan oleh pemerintah sehingga di masa itu ada pengurangan pegawai yang tadinya 72 ribu menjadi 42 ribu.

“Di masa PJKA, pengelolaan dilakukan oleh direktur utama PJKA yang disebut dengan Kaperjanka dan diangkat langsung oleh Presiden,” ujar Edie dalam webinar, Kamis (18/2/2021).

Ini membedakan antara masa Perum dan Persero yang mana pengelolaan dilakukan oleh direksi yang diangkat oleh Menteri. Selain itu masa PJKA, hanya ada empat direktur. Edie menjelaskan, masa PJKA pengadaan sarana dan prasarana diadakah oleh pemerintah melalui APBN.

Sehingga meski mengalami kerugian tetapi PJKA tidak memiliki hutang sama sekali. Kemudian ada bantuan dari bank dunia untuk menyusun sistem akuntansi baru yang mulai mengarahkan PJKA ke rencana komersialisasi. Bahkan saat itu, diminta langsung menjadi sebuah persero tetapi pemerintah menolak.

“Pemerintah tidak mau langsung ke persero, sehingga ada Perumka dan saat inilah dibuat undang–undang kereta api,” jelas Edi.

Masa kejayaan Perumka, dikatakan Edie yakni pada saat adanya kereta kelas eksekutif. Sehingga bisa diktakan adanya perbaikan lauanan yang signifikan dan disukai oleh masyarakat. Kemudian, ketika perubahan menjadi PT KAI, kebiasaan yang dulu di Perumka pun masih dilakukan. Namun seiring berjalannya waktu, mantan direktur keuangan PJKA tersebut mengatakan, semuanya menjadi mudah ketika PT KAI melakukan perubahan tiketing hingga administrasi.

Baca juga: KRL BN-Holec Pernah Beroperasi Sebagai “Prameks,” Ternyata Sering Bermasalah

“Di masa sekarang, PT KAI juga ikut dalam berbagai proyek infrastruktur pemerintah seperti kereta cepat dan lainnya. Sehingga pendulum bergeser ke arah komersial atau bisnis di mana stasiun bisa menjadi tempat untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu juga mengarah ke privatisasi seperti juga negara lain,” tutur Edie.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru