Dianggap Ilegal, Pengemudi Uber di Hong Kong Harus Bayar Denda Rp5,3 Juta

Seorang pengemudi Uber dikenakan denda HK$3 ribu atau setara Rp5,3 juta oleh pengadilan kota Kowloon. Denda ini dikenakan setelah pengemudi tersebut mengaku bersalah karena membawa penumpang tanpa izin yang tepat. Baca juga: Uber Hadirkan Fitur Keamanan Untuk Penumpang dan Pengemudi Di Hong Kong sendiri, Uber atau kendaraan ridesharing saat ini belum memiliki izin yang jelas. KabarPenumpang.com melansir dari laman coconuts.co (9/5/2018), bahwa putusan ini dilaporkan oleh HK01 menyusul penangkapan yang dilakukan terhadap 23 pengemudi rideshare dengan tuduhan yang sama. Pengemudi pria tersebut bernama Sham Chung-man yang mengaku bersalah saat itu mengambil penumpang dari Yuen Long dengan tujuan ke Tsuen Wan tepatnya di Nam Fung Center pada 22 Juni 2017 kemarin. Penumpang Chung-man yakni Liu menggunakan aplikasi Uber untuk memesan ridesharing tersebut dan membayar tarifnya degan kartu kredit senilai HK$155 atau sekitar Rp276 ribu. Sedangkan enam pengemudi yang disidang bersamaan dengan Chung-man membantah tuduhan tersebut dan kasus mereka ditunda sampai 21 Juni 2018 mendatang. Tak hanya itu beberapa waktu lalu sejumlah pengemudi rideshare ini berdiskusi dengan Coconuts HK terkait pengalaman mereka bekerja di sektor ini. Apalagi sektor ridesharing sangat dikecam oleh pengemudi taksi konvensional dan dianggap ilegal oleh para pejabat. Peraturan lalu lintas jalan di Hong Kong mentapkan denda maksimal hingga HK$5 ribu atau sekitar Rp8,9 juta dengan masa tahanan tiga bulan saat kedapatan membawa penumpang sewaan dengan aplikasi tanpa izin. Sampai saat ini sebanyak 30 ribu pengemudi Uber yang beroperasi di Hong Kong bekerja tanpa izin dengan mobil pribadi mereka. Padahal industri taksi konvensional tetap menentang operasional Uber di Hong Kong. Tetapi pengguna dan Dewan Konsumen Kota ingin pihak berwenang untuk melegalkan layanan seperti Uber karena untuk memacu persaingan agar meningkatkan sektor ini. Sebab menurut mereka peraturan saat ini menghalangi untuk persaingan terhadap taksi konvensional dan ridesharing. Baca juga: Dampak Grab Akuisisi Uber, Tarif di Filipina Melonjak Hampir 50 Persen Pada 2015 lalu, petugas yang menggunakan pakaian preman melakukan operasi dan menangkap tujuh orang pengemudi. Dua diantaranya mengaku bersalah pada sidang Januari 2016 karena mengangkut penumpang dengan kendaraan pribadi. Keduanya dikenakan denda HK$7 ribu atau sekitar Rp12,4 juta dan surat izin mengemudi mereka ditangguhkan selama satu tahun. Sedangkan Maret 2017 lalu, lima orang pengemudi dihukum atas tuduhan yang sama dan masing-masing dikenakan HK$10 ribu atau sekitar Rp17,8 juta dan tidak diperbolehkan mengemudi selama satu tahun.

Istilah ‘Chikan’ Masuk Kamus Internasional Berkat Tingginya Angka Pelecehan Seksual di Kereta Jepang

Kasus pelecehan seksual yang terjadi di moda transportasi massal memang sempat menggelayuti headline sejumlah media lokal belakangan ini. Para pelaku tindak asusila ini biasanya memanfaatkan momen kepadatan penumpang yang terjadi ketika peak hours. Ternyata, kasus seperti ini tidak hanya terjadi di dalam negeri. Para komuter wanita di Jepang pun turut menjadi korban dari aksi pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pria hidung belang ini. Baca Juga: Antisipasi Pelecehan Seksual di KRL, Ikuti Tips Berikut Ini Dalam laporan yang berhasil dirangkum KabarPenumpang.com dari laman japantimes.co.jp (21/4/2018), Departemen Kepolisian Metropolitan Jepang menunjukkan bahwa 1.750 kasus ‘meraba-raba’ atau penganiayaan dilaporkan pada tahun 2017, dimana 30 persen terjadi antara pukul tujuh dan sembilan pagi selama peak hours. Dari angka tersebut, lebih dari 50 persen kasus tersebut terjadi di dalam rangkaian kereta, sementara 20 persen lainnya terjadi di stasiun. Adapun rentang usia korban pelecehan ini sangatlah jauh, yakni dari umur 10 hingga 50 tahun. Tepatnya, 0,4 persen korban dalam laporan tersebut berada di bawah usia 10 tahun, diikuti oleh 28,3 persen remaja, 42,6 persen dari korban di usia 20-an, 11,3 persen di usia 30-an, 3,3 persen di usia 40-an, 1 persen di usia 50-an dan 13,1 persen sisanya tidak diketahui. Sampai-sampai, warga Jepang menambahkan kata ‘Chikan’ ke dalam kamus mereka, yang berarti seseorang yang melakukan tindakan pelecehan publik secara terus-menerus, seperti meraba-raba dan tindakan lainnya yang masuk ke dalam kategori pelecehan seksual. Uniknya lagi, istilah Chikan ini sendiri sudah diakui secara internasional. Baca Juga: Gagal Kencani Wanita di Toilet Stasiun, Pria ini Malah Mendekap di Balik Jeruji Besi Guna menekan angka pelecehan ini, beragam kampanye melalui media sosial pun digalakkan. Fungsinya, untuk mendorong para korban membuka mulut tentang pengalaman burukyang pernah mereka alami. Terlepas dari aksi kampanye yang dilakukan di luaran sana, Pemerintah Inggris yant juga turut memperhatikan perkembangan kasus ini menyarankan kepada para korban pelecehan ini untuk, “berteriak pada pelaku untuk menarik perhatian dan meminta sesama penumpang untuk memanggil staf keamanan kereta,”

I-SAW-U, Teknologi Anti Blind Spot Pada Angkutan Bus

Masalah ruang gelap atau yang akrab disebut blind spot memang terkadang membuat seorang pengemudi merasa kagok untuk menyusul kendaraan yang berada di depannya. Ya,ruang yang tidak terlihat di kaca spion ini kerap menjadi salah satu faktor kecelakaan lalu lintas di berbagai belahan dunia. Sudut terluar dari kaca spion merupakan ancaman blond spot paling lumrah yang ditemukan dari berbagai kasus kecelakaan. Selain itu, tiang penyangga kaca depan pun kerap kali masuk ke dalam celah blind spot. Baca Juga: Bus Singapura Gunakan Aroma Terapi Sebagai Tanda Guna mengatasi permasalahan semacam ini, sebanyak 20 bus akan menjalani uji coba selama enam bulan guna mengetes keandalan dari sistem peringatan blind spot. Dikutip KabarPenumpang.com dari laman channelnewsasia.com, Land Transport Authority (LTA) Singapura mengatakan bahwa pengujian inovasi ini dimulai per tanggal 16 April kemarin. Sistem peringatan blind spot ini sendiri dikembangkan oleh Singapore Technologies Kinetics, dimana sistem ini akan memberikan sinyal kepada pengemudi semisal ada pejalan kaki, pengendara sepeda, atau pengguna jalan lain yang mendekat dan tidak terlihat oleh si pengemudi melalui kaca spion. Go-Ahead Singapore, SBS Transit, SMRT Corporation, dan Tower Transit Singapore merupakan empat operator bus yang menjajal teknologi ini terlebih dahulu sebelum peluncuran resmi. Ada pun komposisi dari uji coba ini terdiri dari 10 bus tingkat dan sisanya merupakan bus konvensional. Sistem yang dikenal dengan nama Integrated Smart Advanced Warning Unit (I-SAW-U) ini sendiri terdiri dari empat kamera dan enam sensor yang dipasang di beberapa sudut bus, seperti bagian depan, belakang, dan di atas bus. Ketika sensor tersebut berhasil menangkap obstacle, maka alarm yang terpasang di kabin pengemudi akan berbunyi dan menampilkannya secara visual. Cara kerja yang hampir mirip dengan sensor mundur pada kendaraan-kendaraan modern dewasa ini.
Sumber: channelnewsasia.com
Sensor pengingat ini sendiri memiliki dua tingkat, kuning dan merah. Sensor kuning akan menyala jika ada kendaraan yang berjarak satu meter dari tubuh bus, sedangkan sensor akan menjadi merah semisal ada kendaraan yang berjarak 0,5 hingga 0,8m dari bus. Insinyur Utama Singapore Technologies Kinetics, Mr Lewis Tan mengatakan bahwa sistem ini memungkinkan para pengemudi untuk lebih awas terhadap lingkungan sekitar. “Dapat mencegah terjadinya kecelakaan,” tutur Mr Lewis. “Kami ingin mewujudkan kesadaran situasional yang lebih baik di sekitar kendaraan. Dengan begitu, kami telah berperan serta dalam meningkatkan keselamatan pengemudi dan penumpang,” tandasnya. Ia melanjutkan bahwa sudah ada 40 tenaga pengemudi yang dilatih menggunakan I-SAW-U, salah satunya adalah Azman Tumin. Pengemudi layanan Go-Ahead Singapore ini mengatakan bahwa sistem baru yang tengah ia pelajari ini tidaklah terlalu sulit untuk dioperasikan. Baca Juga: Ini Dia! Beberapa Rambu Lalu Lintas Yang Aneh di Singapura “Sangat mudah untuk menggunakan peralatan (I-SAW-U) dan itu akan membantu kami memastikan keamanan mengemudi kami. Ini mengingatkan kita tentang berbagai rintangan yang dapat kita hadapi ketika di jalan, ”katanya. Kendati masih belum turunnya putusan dari pihak berwenang akan penggunaan teknologi ini, namun Mr Lewis berjanji untuk terus melakukan pengembangan sembari mengumpulkan data-data tidak valid yang timnya temukan selama masa uji coba tersebut.

Niat Berbagi Minuman Justru Bikin Heboh di Kabin, Penumpang Ini Terpaksa Diturunkan dari Pesawat

Bepergian bersama teman ke suatu tempat memang sangatlah menyenangkan. Namun apa jadinya jika dalam perjalanan tersebut, Anda dan teman-teman justru duduk dikelas penerbangan yang berbeda? Mungkin Anda akan merasa tidak enak dan ingin berbagi apa yang dirasakan di penerbangan kelas satu dengan teman yang duduk di kelas ekonomi. Baca juga: Delta Airlines Berikan Prosecco Gratis di Penerbangan Jarak Jauh KabarPenumpang.com melansir dari laman inc.com (13/5/2018), penerbangan American Airlines dari Philadelphia menuju Atlanta mau tak mau harus menurunkan salah seorang penumpang yang berada di kelas satu. Hal tersebut dikarenakan penumpang yang dimaksud bersama dua orang temannya yang duduk dikelas ekonomi awalnya bersikeras untuk naik bersamaan. Apalagi barang bawaan untuk masuk kompartemen atas terlalu banyak. Kemudian penumpang kelas satu tersebut duduk di kursinya sedangkan dua temannya menuju kelas ekonomi tempat dimana kursi mereka berada. Setelah itu, awak kabin menyapa delapan penumpang yang berada di kelas satu dan menanyakan apakah mereka menginginkan minuman sebelum keberangkatan, kemudian penumpang tersebut meminta minuman dua gelas tetapi awak kabin mengatakan, dirinya hanya boleh memesan satu minuman pada satu waktu. Hal ini membuat penumpang tersebut memesan double shot satu untuk dirinya dan satu untuk penumpang wanita disebelahnya. Padahal wanita tersebut bukanlah teman penumpang itu alias orang asing. Setelah kedua pesanan tersebut diantarkan, penumpang itu langsung menuju ke kabin ekonomi. Sayangnya awak kabin menghentikannya dan mengatakan penumpang tersebut harus tetap di kabin kelas satu. Penumpang pria itu kemudian mengatakan bahwa dirinya harus ke toilet dengan minuman tersebut, tetapi awak kabin menegaskan toilet penumpang kelas satu ada di bagian depan pesawat. Pria tersebut akhirnya duduk kembali di kursinya dan mengirimi teman-temannya pesan untuk menggunakan toilet. Sayang, temannya terhenti oleh awak kabin yang berdiri diperbatasan kelas satu dan ekonomi. Awak kabin kemudian menyuruh dua orang itu ke bagian belakang pesawat karena toilet untuk kelas ekonomi ada di bagian belakang. Brian Kelly dari The Points Guy yang melihat hal tersebut memuji awak kabin yang menunjukkan bahwa ada perbedaan dari kelas satu dengan ekonomi. Bahkan dia tahu aturan yang berlaku pada maskapai American Airlines tersebut. Adanya cerita Kelly ini dibenarkan oleh seorang juru bicara American Airlines dimana pelanggan yang menyebabkan gangguan selama proses boarding tersebut diturunkan dari pesawat dan dua temannya yang ada di kabin ekonomi tidak diturunkan. Baca juga: Tangkal Masuknya Penumpang Mabuk, Inggris Perketat Peredaran Alkohol di Bandara “Kami menawarkan untuk penerbangan selanjutnya tetapi dia menolak dan kami memberikan pengembalian dana penuh,” ujar juru bicara American Airlines. Penumpang pria tersebut sebenarnya tidak dipermasalahkan memberikan minuman ketemannya. Tetapi hal yang dilakukannya bertentangan dengan hukum federal dimana peraturan 14 CFR 121.575 menyatakan, tidak ada orang yang boleh minum minuman beralkohol di dalam pesawat kecuali pemegang sertifikat yang mengoperasikan pesawat telah menyajikan minuman itu kepadanya.

Hiba Utama, PO Legendaris yang Berkibar di Bisnis Bus Pariwisata

Siapa yang tak kenal dengan Perusahaan Otobus Hiba Utama? PO ini sangatlah legendaris dibandingkan dengan yang lainnya. Hadir di Indonesia sejak 1949, PO Hiba Utama tumbuh untuk memenuhi kebutuhan transportasi yang nyaman, aman dan berkualitas. Baca juga: PO Pahala Kencana, dari Kudus Hingga Akhirnya Berpusat di Jakarta Kini, banyak PO yang menutup garasinya dan PO Hiba Utama justru bertahan dari persaingan yang ada. PO Hiba Utama kini menjadi salah satu yang terus berkembang meski sengitnya persaingan bus sekarang. Bahkan kini PO Hiba Utama sudah berkembang menjadi sebuah grup perusahaan bus bernama Hiba Group. KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, PO Hiba Utama sendiri memiliki perbedaan dengan PO lainnya, dimana Hiba Utama lebih mengutamakan layanananya pada pariwisata dan antar jemput karyawan. Sedangkan PO lainnya membuka trayek baik itu pulau Jawa maupun ke luar pulau Jawa seperti Bali, Sumatera hingga Lombok. Namun, setelah melebarkan perusahaanya, Hiba Utama mendirikan PO Laju Prima pada akhir tahun 90-an. PO Laju Prima ini yang kemudian memiliki layanan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Awal pendirian PO Laju Prima ini memiliki trayek Merak-Bandung PP dan Merak-Kampung Rambutan PP. Dengan berkembangnya perusahaan ini, dengan memiliki keberagaman armada, PO Hiba Utama memiliki pool yang tersebar dikawasan Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Tahun 1998 hingga 2003, Hiba Group terpilih sebagai pilot project udara bersih yang diadakan oleh Swiss Foundation for Technical Cooperation (Swiss Contact). Ini adalah sebuah proyek peduli lingkungan dalam pengurangan emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar. Pada proyek ini Hiba Group dengan armadanya berhasil mengurangi emisi gas buang sampai dengan 70 persen dan melanjutkan proyek tersebut hingga mencapai target mengurangi emisi gas buang hingga lebih dari 95 persen. Melihat komitmen dan keberhasilan Hiba Group selama ini, Swiss Contact akan melanjutkan kerja sama dalam proyek Eco Driving, di mana pengemudi akan diajarkan cara mengemudi yang baik dan benar agar kendaraan dapat lebih hemat bahan bakar. Tak hanya itu, PO Hiba Utama sendiri selalu memilih bus premium dengan sasis terbaik selain menggunakan body buatan karoseri dalam negeri, PO yang satu ini juga tak segan mengimpor bus build up dari luar negeri seperti Golden Dragon. Baca juga: PO Sinar Jaya, Tawarkan Kenyamanan dengan Harga Bersahabat Tetapi Hiba Utama kini lebih banyak terlihat menggunakan bus dari karoseri dalam negeri seperti beberapa seri bus menggunakan body Legacy Sky SR-1 dari Laksana. Body Jetbus SHD 2 milih Hiba Utama menggunakan dari karoseri Adiputro. Hiba Utama pernah mendapatkan penghargaan Adi Karya Wisata selama empat tahun berturut yakni tahun 1993, 1994, 1995 dan 1996. Mereka juga mendapatkan penghargaan dari Adikaryottama Wisata pada 1996 dan 2001 lalu.

Sambut Ramadhan, Awak Kabin Citilink Hadir dengan Seragam Baru dan Beri Takjil Gratis

Dalam hitungan dua hari kedepan, Bulan Suci Ramadhan akan dijelang. Dalam upaya untuk menarik minat dan meningkatkan pelayanan untuk para pengguna jasa, maka serangkaian program dijalankan selama satu bulan penuh, seperti yang dilakukan maskapai Citilink mulai 14 Mei kemarin dengan tampilan seragam awak kabin yang lebih segar, baik untuk awak kabin yang berhijab maupun tidak. Baca juga: Citilink Punya Rute Baru Jakarta-Penang, Negara Kedua Penerbangan Internasional Setelah Timor Leste Tak hanya itu, Citilink juga memberikan takjil gratis untuk seluruh penerbangan yang mendekati jam berbuka puasa serta menghadirkan menu tambahan sebagai pilihan berbuka puasa di Udara. Vice President Corporate Secretary & CSR Citilink Indonesia Ranty Astari Rachman mengatakan, pada 14 Mei 2018 secara resmi seluruh awak kabin Citilink Indonesia menggunakan seragam baru yang menunjukkan semangat baru untuk terus maju kedepan sebagai maskapai LCC premium. Mengambil momentum Bulan Suci Ramadhan, Citilink tidak hanya memperkenalkan seragam baru awak kabin tetapi juga seragam pramugari berhijab Citilink. Hal ini agar awak kabin yang berhijab dapat beribadah dan bekerja secara bersaman dan tidak menghalangi aspek safety serta layanan kepada penumpangnya. Ranty mengatakan, bahwa diperlukan juga citra baru untuk menjawab segala tantangan industri penerbangan yang ada saat ini. Salah satunya dengan penggunaan seragam baru yang sekaligus menunjukkan perubahan strategis atas kerja keras seluruh karyawan yang telah memberikan pertumbuhan dan reputasi positif bagi maskapai.
Seragam baru awak kabin Citilink (Citilink Indonesia)
“Desain menggunakan hijab ini kami sediakan karena satu dari lima pramugari kami menggunakan hijab. Jadi mereka dapat bekerja dan beribadah. Kami sudah evaluasi baju hijab ini tidak mangganggu aspek dari safety cabin crew dan para penumpang dapat dilayani dengan lebih baik lagi,” ujar Ranty yang dikutip KabarPenumpang.com dari siaran pers (14/5/2018). Dalam desain seragam awak kabin terbarunya, Citilink memperkenalkan motif Gurdo Aji yang berarti Anak burung Garuda yang terbang mengikuti arah angin untuk terus terbang lebih tinggi dan jauh. Perpaduan warna hijau dan motif Gurdo Aji mencerminkan tekad Citilink dalam memberikan kenyamanan dalam pelayanan dan kepastian serta mengutamakan keselamatan penumpang. Menyambut bulan Suci Ramadhan Citilink juga memberikan free takjil untuk seluruh penerbangan yang mendekati jam berbuka puasa. Penumpang dapat merasakan sensasi berbuka puasa bersama di atas udara dengan beragam jajanan pasar yang paling sering dicari untuk dijadikan menu berbuka. Rasanya yang manis disajikan bersama dengan santan hangat akan menambah kesegaran bagi anda yang sedang berpuasa. Selain itu selama bulan Ramadhan 2018 Citilink akan menambah menu pilihan Cita Rasa Nusantara Hot Meals yang menggugah selera seperti Nasi Padang, Mie Jawa dan Lontong Medan yang dapat memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi harian yang hilang setelah berpuasa. Menu tersebut akan dihadirkan sebagai bagian dari Menu Special Ramadhan yang dapat dipesan penumpang melalui layanan pre-book meals di www.citilink.co.id. Baca juga: 10 Seragam Pramugari Paling Ikonik di Dunia Dengan semangat berbagi kepada sesama Citilink akan menyisihkan Rp5 ribu untuk setiap pembelian Menu Special Ramadhan yang akan disalurkan untuk kegiatan sosial Citilink PEDULI. “Selama bulan puasa Citilink Indonesia ingin tetap memberikan nuansa ramadhan kepada penumpangnya yang menjalankan ibadah puasa sambil menempuh perjalanan jauh, sambil berbagi kepada yang membutuhkan,” tutup Ranty.

Bergurau Soal Bom, Penumpang Lion Air (Kembali) Digelandang Petugas Keamanan Bandara

Belum genap dua minggu, maskapai Lion Air kembali mengalami problem delay yang diakibatkan oleh isu dan ancaman bom. Pada 2 Mei 2018, pesawat Lion Air PK-LYJ dengan nomer penerbangan JT-120 rute Bandara Internasional Soekarno-Hatta, ke Bandara H.A.S. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan, Belitung, mengalami delay dua jam akibat adanya informasi bom yang disampaikan salah satu penumpangnya, maka pada 12 Mei 2018, Lion Air PK-LOR dengan nomer penerbangan JT-618 rute Soekarno-Hatta ke Pangkalpinang juga mengalami delay akibat hal yang serupa. Baca juga: Akibat Ancaman Bom, Lion Air JT120 Alami Delay Selama Dua Jam Dikutip dari siaran pers Lion Air yang diterima KabarPenumpang.com (13/5/2018), Lion Air PK-LOR yang menggunakan pesawat Boeing 737-800NG dinyatakan delay dikarenakan gurauan bom (bomb joke) yang bersumber dari (ZN), seorang penumpang laki-laki yang ketika dalam proses masuk ke pesawat (boarding), ZN menyebutkan kata “BOM” ke salah satu awak kabin (flight attendant/FA). Dalam menjamin keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan, pilot beserta seluruh kru berkoordinasi dengan menjalankan prosedur tindakan menurut standar penanganan ancaman bom (standard security bomb threat procedures). Akibat ulah ZN, seluruh 148 penumpang dewasa, dua bayi, barang bawaan serta berikut bagasinya, harus melalui tahapan pengecekan ulang kembali (screening). Dengan kerjasama yang baik di antara awak pesawat, petugas layanan di darat (ground handling) dan petugas keamanan (aviation security/ avsec), maka proses pemeriksaan diselesaikan secara teliti, tepat dan benar. Hasilnya adalah tidak ditemukan barang bukti berupa bom dan benda lain yang mencurigakan, yang dapat berpotensi mengancam keselamatan dan keamanan penerbangan. Sesuai prosedur atas sikap penumpang itu, Lion Air menurunkan (offload) ZN dan rombongan yang berjumlah empat orang beserta 10 bagasi dari JT 618. ZN harus menjalani pengamanan dan proses penyelidikan lebih lanjut di avsec airlines. Kemudian Lion Air menyerahkan mereka ke avsec Angkasa Pura II cabang Soekarno-Hatta, otoritas bandar udara serta pihak berwenang. Lion Air JT 618 telah diberangkatkan dengan jadwal terbaru pukul 16.40 WIB dari jadwal penerbangan semula pukul 15.50 WIB dan telah mendarat di Pangkalpinang pada 17.40 WIB. Lion Air menginformasikan, kejadian tersebut mengakibatkan keterlambatan dan penundaan terbang dari Pangkalpinang ke Cengkareng dan Cengkareng menuju Bandar Udara Radin Inten II, Tanjung Karang, Lampung (TKG). Lion Air akan meminimalisir dampak yang timbul, agar jaringan penerbangan Lion Air lainnya tidak terganggu. Baca juga: Lion Air Group Jadi 5 Maskapai Teratas Pembawa Penumpang Terbanyak ke Singapura Otoritas penebangan menghimbau dan menegaskan kepada seluruh pelanggan maupun publik/ masyarakat untuk tidak menyampaikan informasi palsu, bergurau/ bercanda, atau mengaku bawa bom di bandar udara dan di pesawat. Mengacu pada Pasal 437 UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (UU Penerbangan), semua yang terkait informasi bom baik sungguhan atau bohong akan diproses dan ada sanksi tegas oleh pihak berwajib.

Napak Tilas Jalur Madiun-Ponorogo. Dulu Primadona, Sekarang Menebar Dilema

Padatnya jalur darat yang menghubungkan Madiun – Ponorogo membuat Daerah Operasi (Daops) 7 PT KAI Kota Madiun berencana untuk menghidupkan kembali jalur kereta yang membentang di antara dua kota di Jawa Timur tersebut. Sayangnya, upaya tersebut tidaklah semudah membalikan telapak tangan, karena pada sebagian titik, area yang semula diduduki oleh rel kereta kini sudah bertransformasi menjadi pemukian warga. Baca Juga: Nagreg, Mengenal Stasiun Kereta Aktif Tertinggi Di Indonesia Opsi memperlebar ruas jalan pun dinilai tidak terlalu ampuh karena dipastikan akan memakan dana yang sangat besar. Hadirnya spekulasi ini pada tahun 2016 silam sempat membuat warga yang tinggal di sekitaran sana bahagia. Selain dipercaya dapat menjadi alternatif transportasi baru bagi kedua kota, hadirnya jalur ini dipercaya dapat menjadi magnet wisata sendiri yang siap menyaring para wisatawan. Seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, jalur kereta yang didirikan pada tahun 1907 di bawah kekuasaan Staats Spoorwegen (SS) ini memiliki panjang kurang lebih 32 km. Moda transportasi yang sempat menjadi andalan warga di sana pun seolah menjadi saksi bisu dari perkembangan dua kota yang mayoritas bermata-pencaharian sebagai pedagang ini. Jalur kerea Madiun – Ponorogo masih menjadi primadona hingga periode 1970an, tepat beberapa saat sebelum perkembangan di sektor transportasi mulai merambah. Hingga pada akhirnya popularitas dari jalur ini kian meredup dan menemui masa pensiunnya. Tahun 1984 menjadi perjumpaan terakhir sang armada dengan para penumpang setianya. Lebih dari 30 tahun jalur ini sudah tidak beroperasi, menyisakan kenangan dan beberapa situs yang kini mulai terkontaminasi peradaban. Tidak banyak jejak sejarah yang mampu digali dari jalur kereta ini. Jangankan keberadaan rel, bangunan eks stasiun tempat transit penumpang saja sudah mulai beralih fungsi menjadi pertokoan.
Eks Stasiun Sleko. Sumber: istimewa
Sebut saja Stasiun Sleko yang berada di salah satu sudut Kota Madiun, yang kini sudah berubah menjadi rumah makan dan pusat hiburan karaoke. Seorang pengayuh becak di sana mengaku amat menyayangkan perombakan besar-besaran terhadap bangunan stasiun. Baca Juga: Landas Pacu di Bandara ini ‘Dipotong’ oleh Jalur Kereta! “Dulu saya sering naik kereta dari stasiun ini, dan kini sudah berubah menjadi pertokoan, amat disayangkan,” tutur Sayeran, sang pengayuhbecak berusia 50 tahun. Ia yang masih ingat betul kenangannya semasa kecil mengaku lebih sedih ketika mengetahui pertokoan tersebut sudah memasuki masa bangkrut. “Bangunan pertokoan ini sekarang malah sudah tidak digunakan.” ucapnya dikutip dari laman okezone.com.

Singapura Uji Coba Sistem Blind Spot Pada 20 Bus

Pada 16 April 2018 kemarin, Singapura memiliki sistem blind spot yang dipasang pada dua puluh bus umumnya. Sistem blind spot ini akan diuji selama enam bulan dan dibawah Land Transport Authority (LTA) atau Otoritas Transportasi darat Singapura. Baca juga: Pelatihan Terhadap Pengemudi Bus Akan Meminimalisir Tingkat Kecelakaan Sistem peringatan ini merupakan hasil buatan Singapore Technologies (ST) Kinetics. KabarPenumpang.com melansir dari laman channelnewsasia.com (16/4/2018), sistem peringatan tersebut membantu untuk memperingatkan pengemudi bus kendaraan umum, pengendara sepeda dan pejalan kaki saat mendekati blind spot saat mereka berada di jalan. Dua puluh bus ini merupakan milik empat operator bus umum di Singapura yakni Go-Ahead Singapura, SBS Transit, SMRT Corporation, dan Tower Transit Singapore. Sepuluh bus yang digunakan diantaranya tidak bertingkat dan sepuluh lainnya bertingkat. Sistem ini disebut dengan Integrated Smart Advanced Warning Unit (I-SAW-U) yang terdiri dari empat kamera dan enam sensor yang dipasang pada bagian depan, belakang dan atas bus. Ketika sensor mendeteksi kendaraan, pengendara sepeda dan pejalan kaki yang mendekati bus, layar di ruang pengemudi akan membunyikan alarm dan menampilkan sinyal visual. Dalam sistem tersebut, ada dua level peringatan yakni akan berwarna kuning dan merah. Ketika peringatan berwarna kuning berarti rintangan atau hambatan berjarak satu meter dari bus dan akan berwarna merah bila hambatan berjarak 500-800 meter dari bus. Insinyur utama ST Kinetics, Lewis Tan mengatakan, bahwa sistem ini memungkinkan pengemudi untuk memperlambat kendaraan dan berhenti tepat waktu untuk mencegah tabrakan. “Kami ingin memberi mereka kesadaran situasional yang lebih baik di sekitar kendaraan. Dengan itu, kami akan membantu untuk meningkatkan keselamatan pengemudi dan penumpang,” kata Tan. Tan mengatakan, adanya sistem ini tidak dimaksudkan untuk menambah beban tugas pengemudi. Sebab dengan sistem ini akan melalui peringatan radio dan memungkinkan pengemudi mencegah terjadinya kecelakaan pada hambatan yang ditemuinya. “Pengemudi bisa melakukan pemeriksaan cepat pada layar dan ini membantunya menemukan hambatan yang mengamcam tersebut,” jelas Tan. Dia menambahkan, bahwa setidaknya 40 pengemudi dari empat operator bus tersebut telah dilatih untuk menggunakan sistem tersebut. Salah seorang pengemudi Go Ahead Singapore, Azman Tumin mengatakan, saat ini dirinya butuh untuk mempelajari cara menggunakan sistem tersbut dan dia tahu bahwa hal tersebut tidak sulit untuk menerapkannya. Tumin sendiri diketahui telah dua kali menggunakan sistem tersebut dalam dua kesempatan saat dirinya mengemudi. “Sangat mudah untuk menggunakan peralatan dan itu akan membantu kami memastikan keamanan mengemudi kami. Ini mengingatkan kita tentang beberapa rintangan berbahaya yang dapat kita hadapi,” kata Tumin. Baca juga: Agar Tak Bikin Kecewa Penumpang, Bus Tingkat di London Hadirkan Monitor Sisa Kursi di Dek Atas Tan menambahkan, bahwa hingga kini timnya masih bekerja untuk meningkatkan sistem peringatan I-SAW-U. Dia mengatakan dalam fase proyek sistem tersebut pihaknya masih mengumpulkan umpan balik dan data untuk meingkatkan sistem. Sehingga pihaknya masih terus memperbaiki sistem tersebut. Uji coba konsep dari sistem ini sendiri didanai oleh LTA dan ST Kinetics. LTA mengatakan akan meninjau hasil uji coba sebelum melanjutkan ke hal berikutnya. Pihak berwenang menambahkan, mereka akan meningkatkan teknologi untuk keselamatan pengemudi dan penumpang.

Meski Kondang, Pantai Bondi di Sydney Tidak Terkoneksi Jaringan Kereta, Inilah Sebabnya!

Sebagai salah satu destinasi wisata yang hampir setiap waktu dipadati oleh wisawatan baik domestik maupun mancanegara, Pantai Bondi yang terletak di Sydney, Australia disinyalir sebagai pantai paling populer se-Benua Kangguru. Dan sudah selayaknya destinasi wisata terpopuler semacam ini memiliki fasilitas transportasi penunjang yang cukup memadai, namun fakta berkata kebalikannya. Pantai Bondi tidak memiliki jalur kereta yang akan memudahkan mobilitas para wisatawan. Selain dengan kendaraan pribadi dan taksi, bagi wisatawan atau pelancong yang ingin ke Pantai Bondi memang dapat menggunakan akses angkutan massal, yakni bus dari Bondi Junction atau Central Business Districk. Baca Juga: Wujudkan Mimpi, Pemilik Resor di Australia Hadirkan Kereta Bertenaga Sel Surya Hadirnya bus yang akan mengangkut para wisawatan ini merupakan satu-satunya sarana transportasi yang beroperasi di sekitaran pantai. Sementara untuk jalur kereta, Bondi Junction merupakan yang paling dekat diantara lainnya, itupun terpisah jarak sekitar tiga kilometer dari area pantai. Kira-kira, apa yang melatarbelakangi pantai se-populer Bondi tidak memiliki stasiun kereta api? Sementara disisi lain, hampir setiap destinasi bisnis dan wisata di Sydney justru terkoneksi dengan jaringan kereta. Dilansir KabarPenumpang.com dari laman abc.net.au (4/5/2018), ada rentetan sejarah yang akhirnya menciptakan kondisi seperti saat ini di Pantai Bondi. Pada tahun 1920-an, Bapak Transportasi Modern Sydney, John Bradfield mengusulkan hadirnya jalur kereta api yang mengular di pesisir timur Australia menuju Pantai Bondi. Sayangnya, pada blueprint yang digagas, John tidak turut menyertakan jaringan kereta api masuk ke pesisir pantai. Lalu pada tahun 1926, ketika semua persiapan pengadaan jalur sudah dirasa cukup dan memadai, penggerusan terowongan di St. James pun dimulai. Amat disayangkan, banyaknya faktor seperti pecahnya Perang Dunia II menjadikan proyek ini masuk ke dalam status mangkrak. Konstruksi dan segala hal yang berkaitan dengan pembangunan stasiun pun ditinggalkan untuk sementara waktu. Rencana pembangunan (kembali) stasiun tahap kedua pun bergulir, tepatnya pada tahun 1947. Pelebaran jangkauan kereta pun diperpanjang hingga ke Pantai Bondi dan pengeboran terowongan di Central Station pun masuk ke dalam rencana tahap dua ini. Namun Perang Dunia II meninggalkan kondisi perekonomian yang tidak stabil. Alhasil, pemerintah pusat kehabisan dana dan proyek pengadaan jalur kereta ini kembali hanya sebatas rencana. Baca Juga: AutoHaul, Kereta Diesel Otonom di Australia Barat Terlepas dari gugatan warga sekitar yang menolak daerahnya ‘terkontaminasi’ jaringan perkeretaapian yang akan berdampak pada melonjaknya kepadatan Pantai Bondi, satu hal yang patut digarisbawahi adalah dari sejumlah destinasi wisata di Australia, hanya Pantai Bondilah yang tidak terkoneksi jaringan kereta bawah tanah.