Bodi Bus Transjakarta Penuh Karakter IP Lokal untuk Kampanye “Maju Dari Aku”
Royalti Bikin PO Bus Tak Lagi Putar Musik, Penumpang Terancam Bosan!
Royalti oh royalti, ini membuat para pemilik perusahaan otobus (PO) akhirnya abil Langkah untuk tidak menyetel musik di armada mereka ketika beroperasi. Salah satunya adalah PO Haryanto asal Kudus, Jawa Tengah mengambil keputusan besar ini.
Mereka untuk sementara tidak memutar lagu selama perjalanan. Bahkan televisi pun tidak dinyalakan demi menghindari pengenaan royalti. Dirangum dari berbagai laman sumber, Kustiono yang adalah operator bus mengungkapkan, keputusan ini diambil setelah mendapatkan pemberitahuan dari pusat di Jakarta.
“Pada 16 Agustus 2025, kami mengirimkan surat edaran kepada semua awak armada. Isi suratnya dilarang memutarkan lagu atau musik dari YouTube, playlist USB, maupun media lainnya di dalam bus sampai pemberitahuan lebih lanjut,” jelas Kustiono.
Adanya penghentian sementara ini, pihak PO Haryanto belum melihat dampak yang jelas dari penumpang. Pasalnya penghentian pemutaran lagu ini baru berjalan beberapa hari.
Seorang pecinta bus Anton yang diwawancarai KabarPenumpang.com mengaku, belum bepergian menggunakan bus. Namun dengan tidak adanya lagu dalam perjalanan, menurut Anton ini bisa membuat perjalanan jadi membosankan.
“Kalau ada lagu kan lebih enak perjalanannya. Kalau jalan malam lumayan bisa tidur sambil dengar lagu. Intinya lagu gak bikin bosen sih apalagi kalau hanya duduk saja,” ungkap Anton.
Untuk diketahui, PO Haryanto yang memiliki jaringan di Muria, Solo, Madura, Pekalongan, Pemalang, Jakarta dan berbagai kota lainnya ternyata tengah merasakan krisis penumpang. Bahkan ini penurunan jumlah penumpangnya cukup drastis dibandingkan sebelumnya.
Penurunan penumpang ini terjadi sebelum Pemilu 2024 lalu dan totalnya mencapai 30 persen. Sebelum masa itu, PO Haryanto mengaku per bulan bisa melayani 100 ribu penumpang dengan jumlah penumpang per harinya 2000 orang di semua rute. Sedangkan sekarang hanya 60 ribuan penumpang per bulannya.
Sedangkan untuk bus wisata juga menurun meski tak terlalu signifikan. Ini yang kemudian membuat upaya peremajaan bus mengalami penundaan.
“Kalau kondisi ekonomi membaik, kami berencana melakukan peremajaan armada seperti dulu. Karena tahun 2024 lalu, kami masih menambambah 20 unit armada baru di sejumlah rute yang ada. Namun dengan kondisi ekonomi yang lesu dan jumlah penumpang yang yerus menurun, manajemen saat ini memilih strategi bertahan,” ujarnya.
PO Haryanto saat ini memiliki 200 an unit dengan 150 di antaranya masih aktif beroperasi.
Diluncurkan Tahun 2030, Desain Shinkansen E10 Terinspirasi Bunga Sakura yang Diciptakan Konsultan dari Inggris
Kereta peluru Shinkansen E10 akan diluncurkan di rute utama Tokyo mulai tahun 2030, menampilkan corak dan interior rancangan Inggris yang terinspirasi oleh lanskap alam Jepang. Desain mencoloknya terinspirasi oleh bunga sakura yang diciptakan oleh konsultan asal Inggris, Tangerine.
Kereta baru ini akan menggantikan model E2 dan E5 yang sudah tua di rute Tohoku yang sibuk, menghubungkan Tokyo dengan Jepang timur laut, mengangkut jutaan penumpang setiap tahunnya melalui beberapa wilayah pegunungan dan pesisir paling indah di negara ini.
Melanggar tradisi, JR East memilih Tangerine sebagai mitra desain non-Jepang pertama yang menggarap armada Shinkansen yang ikonis ini. Perusahaan yang berbasis di London ini telah menciptakan livery eksterior dan tata letak interior yang mencakup berbagai kelas penumpang. Shinkansen E10.
Eksterior E10 menampilkan skema warna hijau tengah yang khas, mencerminkan hutan dan garis pantai di sepanjang rutenya, dengan elemen grafis yang terinspirasi oleh siluet bunga sakura. Desain ini bertujuan untuk menangkap lanskap alam Jepang sambil mempertahankan efisiensi aerodinamis yang krusial untuk operasi kecepatan tinggi.
Di bagian dalam, kereta memprioritaskan kenyamanan penumpang melalui sistem pencahayaan yang dirancang dengan cermat menggunakan lampu sorot tidak langsung untuk menciptakan suasana yang menenangkan. Pengaturan dan tata letak tempat duduk bervariasi di setiap kelas, tetapi mempertahankan elemen desain yang konsisten, dengan dinding dan kain kursi yang bertingkat yang dirancang untuk memberikan pengalaman premium sekaligus memastikan efisiensi operasional.
“Shinkansen E10 merupakan tonggak sejarah dalam kolaborasi Inggris-Jepang di sektor perkeretaapian, menetapkan tolok ukur baru untuk desain yang berfokus pada perhotelan dan perjalanan berkelanjutan,” kata Matt Round, kepala bagian kreatif di Tangerine.
Dengan perpaduan semangat Jepang dan desain yang berpusat pada pengguna, Shinkansen E10 siap mendefinisikan ulang perjalanan kereta api berkecepatan tinggi selama beberapa dekade mendatang. Keputusan JR East untuk menugaskan keahlian desain internasional menandakan keyakinan dalam kolaborasi lintas budaya sekaligus mempertahankan karakter khas Jepang dari kereta peluru ini. Pengembangan E10 hadir di tengah meningkatnya persaingan operator kereta api Jepang dari maskapai berbiaya rendah dan upaya untuk meningkatkan daya tarik perjalanan kereta api bagi penumpang domestik dan internasional.
Rute Tohoku Shinkansen, yang dibuka pada tahun 1982, saat ini beroperasi dengan kecepatan hingga 320 km per jam dan melayani kota-kota besar termasuk Sendai dan Morioka. Jalur ini memainkan peran penting dalam menghubungkan Tokyo dengan prefektur-prefektur di timur laut Jepang, mendukung perjalanan bisnis dan pariwisata ke wilayah-wilayah yang terkenal akan keindahan alam dan warisan budayanya.
Proyek E10 kini memasuki fase implementasi desain, dengan rekayasa dan pengujian terperinci yang diharapkan akan terus berlanjut hingga dekade ini sebelum layanan penumpang dimulai.
Eksterior E10 menampilkan skema warna hijau tengah yang khas, mencerminkan hutan dan garis pantai di sepanjang rutenya, dengan elemen grafis yang terinspirasi oleh siluet bunga sakura. Desain ini bertujuan untuk menangkap lanskap alam Jepang sambil mempertahankan efisiensi aerodinamis yang krusial untuk operasi kecepatan tinggi.
Di bagian dalam, kereta memprioritaskan kenyamanan penumpang melalui sistem pencahayaan yang dirancang dengan cermat menggunakan lampu sorot tidak langsung untuk menciptakan suasana yang menenangkan. Pengaturan dan tata letak tempat duduk bervariasi di setiap kelas, tetapi mempertahankan elemen desain yang konsisten, dengan dinding dan kain kursi yang bertingkat yang dirancang untuk memberikan pengalaman premium sekaligus memastikan efisiensi operasional.
“Shinkansen E10 merupakan tonggak sejarah dalam kolaborasi Inggris-Jepang di sektor perkeretaapian, menetapkan tolok ukur baru untuk desain yang berfokus pada perhotelan dan perjalanan berkelanjutan,” kata Matt Round, kepala bagian kreatif di Tangerine.
Dengan perpaduan semangat Jepang dan desain yang berpusat pada pengguna, Shinkansen E10 siap mendefinisikan ulang perjalanan kereta api berkecepatan tinggi selama beberapa dekade mendatang. Keputusan JR East untuk menugaskan keahlian desain internasional menandakan keyakinan dalam kolaborasi lintas budaya sekaligus mempertahankan karakter khas Jepang dari kereta peluru ini. Pengembangan E10 hadir di tengah meningkatnya persaingan operator kereta api Jepang dari maskapai berbiaya rendah dan upaya untuk meningkatkan daya tarik perjalanan kereta api bagi penumpang domestik dan internasional.
Rute Tohoku Shinkansen, yang dibuka pada tahun 1982, saat ini beroperasi dengan kecepatan hingga 320 km per jam dan melayani kota-kota besar termasuk Sendai dan Morioka. Jalur ini memainkan peran penting dalam menghubungkan Tokyo dengan prefektur-prefektur di timur laut Jepang, mendukung perjalanan bisnis dan pariwisata ke wilayah-wilayah yang terkenal akan keindahan alam dan warisan budayanya.
Proyek E10 kini memasuki fase implementasi desain, dengan rekayasa dan pengujian terperinci yang diharapkan akan terus berlanjut hingga dekade ini sebelum layanan penumpang dimulai.
Rangkaian Kereta Cepat Shinkansen Terlepas, Pertama Kali dalam Sejarah
Beroperasi 25 Tahun, QantasLink Resmi Pensiunkan Pesawat Terakhir De Havilland Canada Dash 8 Q300
QantasLink, anak perusahaan regional dari maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas, telah mengucapkan perpisahan kepada pesawat turboprop De Havilland Canada Dash 8 Q300 yang telah dioperasikan selama 25 tahun, dengan menghubungkan wilayah regional Australia dengan beberapa kota terbesarnya.
Sebagai momen perpisahan, QantasLink mengoperasikan penerbangan terakhir Dash 8 Q300 dengan registrasi VH-SBV, pada hari Sabtu, 9 Agustus 2025, mengangkut penumpang untuk terakhir kalinya dari Sydney ke Tamworth.
Dash 8 Q300 telah menjadi tulang punggung operasi regional maskapai ini, di mana QantasLink tidak hanya mengoperasikan varian Q300, tetapi juga setiap varian lain di kelasnya. Selama 34 tahun terakhir layanan Dash 8, Q100, Q200, Q300, dan Q400 semuanya telah beroperasi, tidak hanya mengangkut penumpang tetapi juga ‘tonggak sejarah dan kenangan’.
Tahun lalu, QantasLink mengakuisisi 14 pesawat Q400 bekas pakai dari maskapai Kanada, WestJet, dalam upaya untuk menghentikan seluruh armada Q200 dan Q300 yang ada. Q200 dijual kepada Skytrans, yang akan mulai mengoperasikan rute Sydney ke Pulau Lord Howe (LDH) mulai Februari 2026.
Sudah Tahu Perbedaan Qantas dan QantasLink? Simak Di Sini Jika BelumKini dengan 45 pesawat Q400 dalam armadanya, kapasitas kursi telah meningkat, dengan antara 74 dan 78 kursi dalam konfigurasi kelas ekonomi. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dari 50 kursi yang dapat diakomodasi pada Q300, dan 36 kursi pada Q200. Sebagaimana dijelaskan oleh CEO Qantas Group, Vanessa Hudson, perpindahan ke seluruh armada regional Q400 akan memastikan penumpang dapat bepergian hingga 30% lebih cepat ke tujuan akhir mereka, sekaligus menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dengan pesawat yang lebih muda. Armada Q400 sekitar sepuluh tahun lebih muda dibandingkan pesawat Q300 dan Q200 yang digantikannya. Hudson menjelaskan: “Dengan menggabungkan pesawat turboprop kami menjadi satu armada, kami akan dapat lebih meningkatkan keandalan dan memberikan pemulihan yang lebih baik bagi pelanggan kami selama gangguan, serta mengurangi kompleksitas dan biaya operasional kami.” Menurut data dari ch-aviation, VH-SBV, pesawat yang mengoperasikan penerbangan terakhir, melakukan uji terbang pertamanya pada tahun 2003 dengan registrasi Kanada C-GIHK. Pesawat yang berusia 22,1 tahun ini ditenagai oleh dua mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PW123E, dan dapat menampung hingga 50 penumpang dalam konfigurasi satu kelas. Pesawat ini dikirim ke Australia untuk Sunstate Airlines pada 6 Juni 2003, dan kemudian ke Eastern Australia Airlines pada 11 Januari 2009, keduanya beroperasi untuk Qantas di bawah naungan QantasLink.
Baling-Baling Mati Sebelah, Penerbangan QantasLink Dash 8 Terpaksa “Return to Base”
Bodi Bus Transjakarta Penuh Karakter IP Lokal untuk Kampanye “Maju Dari Aku”
Ada yang unik di livery atau body bus Transjakarta bukan iklan bukan hanya tulisan Transjakarta. Tapi ada karya tujuh pemilik hak atas kekayaan intelektual (Intellectual Proprerty/IP) lokal.
Karya ini ditampilkan MaxDecal dalam kampanye “Maju Dari Aku”. MaxDecal sendiri menampilkan karya Intellectual Proprerty ini untuk merayakan hari ulang tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-80.
Kampanye ini merupakan hasil kolaborasi Kementerian Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta. Kemudian ada Transjakarta,Tale X, dan MaxDecal itu sendiri.
Dirangkum dari berbagai laman sumber, karakter-karakter yang ditampilkan di bus Transjakarta dalam kampanye “Maju Dari Aku” telah dikurasi oleh pihak Kementerian Ekonomi Kreatif dan rumah kreatif lokal Tale X.
Karakter dengan IP lokal yang ditampilkan meliputi karya Tenka Street, Beemala, Agus, Starla x Zivana, Miyu, Kembu Club, dan IP Jakarta JeKaTe. Karakter-karakter ini merepresentasikan keragaman ide, budaya, dan karakter khas Indonesia.
Stiker detail visual karakter IP lokal di bus Transjakarta menggunakan jenis premium MaxDecal Commercial Printing Film LMP85 dikombinasikan dengan Super Gloss Ovelaminating Film ECL120. Penggunaan stiker ini agar gambar karakter IP lokal di badan bus Transjakarta tetap dalam kondisi baik.
“Keunggulan jenis ini terletak pada warna yang lebih vibran dan solid, serta didukung teknologi Dry Glue agar proses finishing menjadi lebih baik,” kata Project Director & RnD MaxDecal Nofian Hendra.
Nofian menyampaikan bahwa proses pemasangan setiap unit desain stiker pada bus membutuhkan waktu delapan sampai 12 jam.
“Proses pemasangan stiker pada setiap unit bus Transjakarta membutuhkan ketelitian tinggi dan MaxDecal berkomitmen penuh demi hasil terbaik,” katanya.
Dia juga menyampaikan bahwa pemasangan stiker karakter-karakter dengan IP lokal pada bus Transjakarta yang berlalu lalang melintasi jalanan utama Ibu Kota akan meningkatkan eksposur karya kreator lokal. Harapannya, karakter-karakter dengan IP lokal selanjutnya bisa lebih dikenal oleh masyarakat.
Harjamukti yang Ini Terminal di Cirebon, Bukan Stasiun LRT Jabodebek!
Cina Uji Terbang Perdana Pesawat Tiltrotor Berawak, Desain Mirip Leonardo AW609
Meski nama pesawat tiltrotor baru ini, serta perusahaan perancangnya, masih belum diketahui. Namun, terdapat rumor bahwa pesawat tiltrotor ini dikembangkan oleh Hafei Aviation Industry, yang dikenal sebagai produsen pesawat ringan dan helikopter.
Sebagai informasi, Hafei adalah anak perusahaan Harbin, yang berbasis di kota dengan nama yang sama, tetapi juga memiliki cabang di Beijing.
Secara keseluruhan, tiltrotor berawak ini memiliki konfigurasi dasar dan tampilan yang mirip dengan Leonardo AW609. Tata letaknya mencakup kabin yang tersampir di bawah sayap lurus, dengan mesin turboshaft di nacelle yang terpasang di ujung sayap. Setiap pod yang dapat diputar memiliki proprotor yang dapat diposisikan pada berbagai sudut untuk berbagai mode penerbangan.
Desainnya mengadopsi teknologi tiltrotor generasi baru Bell, seperti yang digunakan pada Bell V-280 Valor, di mana alih-alih seluruh nacelle berputar, hanya bagian depan yang berputar. Solusi ini diklaim dapat mengurangi kompleksitas dan meningkatkan keandalan, serta kinerja, dibandingkan dengan konsep tiltrotor sebelumnya di mana seluruh nacelle berputar, seperti pada V-22 Osprey, satu-satunya pesawat tiltrotor yang saat ini beroperasi penuh.
Dari segi ukuran, tiltrotor terbaru Cina ini tampaknya berada di kelas yang sama dengan AW609. Desain Italia ini jauh lebih kecil daripada V-22 buatan AS, dengan berat kotor maksimum 18.000 pon (8.164 kg) dibandingkan dengan 52.000 pon (23.586 kg) untuk Osprey (dalam mode VTOL).
Empennage (bagian ekor pesawat) pada desain tiltrotor ini terdiri dari ekor-T konvensional yang dipasang tinggi. Terdapat pintu kecil yang menyediakan akses ke dek penerbangan di setiap sisi badan pesawat, dengan pintu yang lebih besar di sisi kanan yang menyediakan akses kabin di sisi yang berlawanan. Ketiga sudut dapat ditarik, dengan satu roda pada setiap unit.
Hari Ini, 21 Tahun Lalu, Pesawat Tilt-Rotor Sipil Pertama di Dunia AW609 Terbang Perdana
Tiga Kali Terpantul Keras Saat Pendaratan, Pesawat Garuda Indonesia Rusak Parah dan Hampir Terbelah
Insiden tersebut terjadi pada tanggal 11 Juni 1984 di Bandara Kemayoran, Jakarta. Pesawat yang diketahui dari jenis McDonnell Douglas DC-9 milik Garuda Indonesia dengan registrasi PK-GNE mengalami beberapa kali pantulan (bounce) saat melakukan pendaratan.
Akibatnya, bagian belakang badan pesawat mengalami kerusakan struktural yang parah, bahkan hampir terbelah. Meskipun kerusakan pada pesawat cukup signifikan, namun tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.
Untuk alasan yang tidak diketahui, pesawat mendarat dengan keras dan terpantul (bounced) sebanyak tiga kali. Pada pantulan ketiga, pesawat mengalami gaya gravitasi positif sebesar 5,8 g yang sangat besar, menyebabkan bagian badan pesawat terbelah menjadi dua di antara bagian 737 dan 756. Meskipun kerusakan pada pesawat sangat parah, seluruh lima awak pesawat berhasil keluar tanpa cedera. Pesawat itu sendiri kemudian dinyatakan tidak bisa diperbaiki (written off).
Pesawat yang telah dinyatakan written off biasanya akan dibongkar dan dihancurkan. Tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa pesawat ini atau bagian-bagian utamanya disimpan untuk tujuan museum atau pameran.
Saat kecelakaan pesawat ini tidak mengangkut penumpang dan hanya membawa lima orang awak pesawat. Tidak ada korban luka-luka. Seluruh lima awak pesawat yang berada di dalam pesawat berhasil keluar dengan selamat tanpa cedera.
Hard Landing Vs Soft Landing, Mana Lebih Baik?Berdasarkan data yang ditemukan, pesawat Douglas DC-9 dengan registrasi PK-GNE adalah pesawat yang dibuat pada tahun 1972. Tampaknya Garuda Indonesia adalah operator dasar (basic operator) dari pesawat ini, yang menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu operator pertamanya setelah pesawat tersebut diproduksi. Sebagai catatan tambahan, registrasi PK-GNE saat ini digunakan oleh pesawat Boeing 737-800 milik Garuda Indonesia yang jauh lebih baru.
DC-9 Garuda Indonesia, Andalan Penerbangan Jet Domestik Era 80-an
Keluh Kesah Pengemudi Ride-hailing di HUT RI Ke-80
Hari ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, ternyata banyak memberikan dampak positif dan negatif pada para pengemudi ojek maupun taksi online. Dari sedikitnya orderan sampai kebanjiran orderan di HUT RI tersebut.
KabarPenumpang.com baru-baru ini menumpang taksi dan ojek online. Saat ditanyakan penghasilan saat 17 Agustus, jawaban mereka cukup beragam dan lebih banyak menjawab datar karena tidak terlalu banyak berubah.
Alexander pengemudi taksi online mengaku di pagi saat upacara 17 Agustus, dirinya tidak terlalu banyak mendapatkan penumpang. Dia mengaku hanya mendapat dua orderan saat pagi hari jelang upacara kemerdekaan disekitaran Istana.
Namun, Ketika siang cukup banyak dengan Jarak yang tidak terlalu jauh sekali pengantaran.
“Kemarin pagi dapat ke arah istana, dari situ dapat lagi satu agak jauh sedikit ke Thamrin. Sampai siang yang ngetem dulu di sekitaran Taman Menteng dan siang sampai mau pulang cukup banyaklah. Jaraknya juga nggak jauh-jauh,” ungkap Alexander.
“Penghasilan lumayan dari hari biasa meski jarak antar dekat dan sedikit kena macet,” tambahnya
Tak hanya Alexander, Nur pengemudi ojek online mengaku cukup banyak orderan. Nur, bukan membawa penumpang tetapi makanan dan barang dengan rute tempuh yang cukup jauh.
“Saya itu nggak narik orang mbak, tapi bawa barang sama makanan. Mungkin karena libur ya, orderan makanan banyak. Orderan barang nggak terlalu banyak tapi jaraknya lumayan jauh,” ujar Nur yang ditemui disekitaran Kota Tua.
Bahkan dia mengaku, Ketika sore hari, perjalanannya cukup lenggang Ketika selesai pengantaran dan menuju ke orderan berikutnya. Tetapi saat tiba di Thamrin, jalur padat dan perjalanan diarakan ke jalur lain.
“Dari Senayan kosong nih jalanan, terus sampai di Thamrin nggak gerak. Kendaraan semua dibuang (diarahkan) ke Kebon Sirih semua. Kendaraan numpuk, orang-orang sudah ramai,” kata Nur.
Meski menempuh perjalanan yang cukup sulit dengan orderan yang naik turun di HUT RI, para pejuang rupiah ini tidaklah mengenal lelah. Macet dan cuaca yang cukup panas, ternyata tak menghalangi mereka menjemput rejeki.
Pelabuhan ‘Penawar Rindu’, Cermin Perasaan Perantau di Kala Pulang Kampung
Pelabuhan ‘Penawar Rindu’, Cermin Perasaan Perantau di Kala Pulang Kampung
Bukan untuk memberikan penawar bagi seseorang yang tengah rindu, tapi nama pelabuhan yang satu ini memang unik. Ya Namanya Pelabuhan Penawar Rindu yang berada di Tanjunguban, Belakang Padang, Batam, Kepulauan Riau.
Memiliki nama unik, Pelabuhan Penawar Rindu kini semakin dikenal masyarakat Batam dan wisatawan yang datang ke Kepulauan Riau. Pelabuhan ini bukan hanya sekadar pintu masuk transportasi laut, tetapi juga menyimpan cerita budaya dan menjadi daya tarik wisata.
Pelabuhan yang beroperasi melayani rute antar pulau, termasuk ke Batam, Bintan, hingga beberapa pulau kecil di sekitarnya, dibangun dengan tujuan mempermudah mobilitas warga sekaligus meningkatkan konektivitas daerah. Namun, yang membuatnya istimewa adalah nama yang puitis dan penuh makna, “Penawar Rindu”.
Nama ini dipercaya mencerminkan perasaan banyak perantau yang pulang kampung melalui pelabuhan tersebut untuk melepas rindu dengan keluarga. Suasana pelabuhan kerap ramai saat akhir pekan maupun musim liburan.
Banyak penumpang yang datang tidak hanya untuk bepergian, tetapi juga sekadar menikmati pemandangan laut biru dan angin sepoi-sepoi di dermaga. Dari area pelabuhan, pengunjung bisa melihat aktivitas kapal ferry dan nelayan tradisional yang memberi nuansa khas maritim.
Pemerintah daerah setempat juga menjadikan Pelabuhan Penawar Rindu sebagai salah satu ikon wisata. Sejumlah fasilitas penunjang seperti ruang tunggu yang nyaman, area kuliner khas laut, hingga spot foto dengan latar belakang laut terbuka mulai disediakan.
Hal ini diharapkan mampu menarik wisatawan, terutama generasi muda yang gemar membagikan pengalaman perjalanan mereka di media sosial. Bagi masyarakat Batam dan sekitarnya, pelabuhan ini bukan hanya tempat singgah kapal, tetapi juga ruang penuh cerita.
Ada yang datang untuk bekerja, ada pula yang sekadar menenangkan diri di tepi laut. Nama “Penawar Rindu” benar-benar hidup dalam setiap perjalanan yang dimulai atau diakhiri di dermaga ini.
Dengan peran ganda sebagai sarana transportasi dan destinasi wisata, Pelabuhan Penawar Rindu diyakini akan semakin populer di masa depan. Keberadaannya menjadi simbol betapa transportasi laut bukan sekadar urusan mobilitas, melainkan juga bagian dari identitas budaya masyarakat kepulauan.
Pelabuhan Kayangan Strategis dan Pintu Masuk Sumbawak ke Lombok
Harjamukti yang Ini Terminal di Cirebon, Bukan Stasiun LRT Jabodebek!
Di sekitaran Jakarta, tepatnya di Cibubur ada Stasiun LRT Jabodebek dengan nama Stasiun Harjamukti. Tetapi nama ini juga ternyata ada di Cirebon tepatnya nama salah satu terminal di kota udang karena penghasil terasi.
Terminal Harjamukti sendiri, di Kota Cirebon memiliki fungsi yang penting di wilayah timur Jawa barat itu. Selain melayani perjalanan bus antarkota antarprovinsi (AKAP), antarkota dalam provindi (AKDP), Terminal Harjamukti juga menjadi titik awal berbagai moda transportasi ke pusat kota dan Kawasan sektitarnya.
Terminal penumpang Tipe A in, diresmikan tahu 2007 silam untuk menggantikan Terminal Weru yang tidak lagi memadai. Pembangunannya dirancang untuk menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat Cirebon yang terus meningkat, terutama karena posisi strategis kota ini sebagai pintu gerbang Jawa Barat menuju Jawa Tengah.
Hingga kini, Terminal Harjamukti melayani ratusan trayek bus setiap harinya. Bus AKAP dari dan menuju kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang beroperasi rutin dari terminal ini.
Sementara itu, bus AKDP menghubungkan Cirebon dengan daerah sekitar seperti Indramayu, Majalengka, Kuningan, hingga Tasikmalaya. Selain sebagai pusat transportasi, terminal ini juga menjadi kawasan ekonomi kecil.
Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya eretan warung makan, kios jajanan, hingga pedagang asongan turut meramaikan suasana. Penumpang yang menunggu bus bisa dengan mudah menemukan makanan khas Cirebon seperti empal gentong atau nasi jamblang yang dijual di sekitar area terminal.
Meski begitu, Terminal Harjamukti juga menghadapi tantangan, seperti beberapa tahun terakhir, jumlah penumpang menurun akibat maraknya transportasi online dan kendaraan pribadi. Namun, terminal ini tetap menjadi simpul penting, terutama bagi masyarakat yang memilih bus sebagai moda transportasi utama.
Pemerintah daerah juga terus berupaya menata fasilitas agar lebih nyaman, termasuk memperbaiki ruang tunggu, jalur keberangkatan, serta akses ke stasiun kereta dan pusat kota. Bagi masyarakat Cirebon, Terminal Harjamukti bukan sekadar tempat naik dan turun penumpang.
Terminal ini telah menjadi bagian dari denyut kehidupan kota, ruang pertemuan, perpisahan, dan awal perjalanan menuju berbagai destinasi di Pulau Jawa.
Terminal Guntur, Nadi Transportasi Garut yang Terus Bergerak
Gerbang Laut Utama Maluku dari Masa ke Masa, Inilah Pelabuhan Yos Soedarso
Bagi masyarakat Maluku, Pelabuhan Yos Soedarso bukan sekadar dermaga tempat kapal bersandar. Ia adalah denyut nadi perdagangan, pintu keluar-masuk barang dan manusia, serta saksi sejarah panjang perkembangan Ambon sebagai kota pelabuhan strategis di timur Indonesia.
Cikal bakal Pelabuhan Yos Soedarso sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Letaknya di Teluk Ambon yang terlindung dari gelombang besar menjadikannya lokasi ideal untuk kegiatan bongkar muat kapal layar dan kapal uap pada abad ke-19.
Pada masa itu, pelabuhan ini menjadi titik penting pengiriman rempah-rempah seperti pala, cengkeh, dan fuli yang menjadi komoditas utama Maluku. Setelah kemerdekaan Indonesia, pelabuhan ini terus difungsikan sebagai pusat logistik dan transportasi laut.
Namanya kemudian diabadikan menjadi Pelabuhan Yos Soedarso untuk mengenang Laksamana Madya TNI Yosaphat “Yos” Soedarso, pahlawan nasional yang gugur dalam pertempuran Laut Aru tahun 1962. Pada dekade 1970–1990-an, Pelabuhan Yos Soedarso mengalami masa sibuk yang luar biasa.
Kapal Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia) seperti KM Dobonsolo, KM Ciremai, dan KM Tidar menjadi pemandangan rutin di dermaga. Pelabuhan ini menghubungkan Ambon dengan pelabuhan besar lain seperti Tanjung Perak Surabaya, Makassar, Sorong, dan Jayapura.
Selain kapal penumpang, arus barang pun sangat ramai. Hasil bumi Maluku seperti kopra, ikan kering, dan hasil laut lainnya dikirim ke luar daerah, sementara bahan pangan, semen, besi, dan barang kebutuhan pokok masuk melalui dermaga ini.
Aktivitas bongkar muat berjalan siang dan malam, diiringi hiruk-pikuk buruh pelabuhan yang mengangkut barang secara manual. Memasuki era 2000-an, Pelabuhan Yos Soedarso mendapat berbagai perbaikan fasilitas dari PT Pelindo IV.
Area dermaga diperkuat, gudang logistik diperluas, dan sistem bongkar muat mulai dilengkapi peralatan modern. Namun, tantangan tetap ada: persaingan dengan pelabuhan lain di sekitar Maluku, perubahan jalur distribusi, dan cuaca ekstrem yang kadang menghambat operasional.
Meski begitu, pelabuhan ini tetap menjadi simpul penting, khususnya bagi distribusi logistik ke pulau-pulau di Maluku Tengah dan sekitarnya. Kapal-kapal perintis yang mengangkut barang dan penumpang ke pulau kecil seperti Buru, Seram, dan Banda Neira, hampir selalu memulai perjalanan dari sini.
Kini, Pelabuhan Yos Soedarso berperan ganda: sebagai pelabuhan penumpang utama di Ambon dan pusat distribusi barang antar-pulau. Pemandangan kapal Pelni yang merapat tetap menjadi momen yang dinanti, terutama bagi warga yang menunggu keluarga pulang dari perantauan.
Di sekitar pelabuhan, kehidupan ekonomi tetap berdenyut. Pedagang kaki lima menjual makanan dan minuman bagi penumpang yang menunggu keberangkatan. Sopir angkot dan taksi pelabuhan bersiaga melayani mobilitas penumpang, sementara buruh pelabuhan tetap setia menjadi motor penggerak bongkar muat.
Pelabuhan Yos Soedarso adalah bagian dari identitas Ambon sebagai kota pelabuhan. Dari masa kolonial, masa perjuangan, hingga era modern, dermaga ini telah menjadi saksi perjalanan panjang Maluku di jalur laut. Selama kapal masih berlayar di perairan timur Indonesia, pelabuhan ini akan tetap menjadi gerbang laut utama yang tak tergantikan.
Pelabuhan Makassar Sabet Predikat Sebagai Pelabuhan Terpadat di 2024
