Setelah berproses hampir satu setengah tahun, pesawat konsep model skala Flying-V besutan KLM-TU Delft sukses terbang perdana. Hanya saja, Flying-V yang berhasil terbang belum lama ini masih dalam skala miniatur. Meski begitu, pesawat tanpa awak itu tetap mewakili aerodinamika yang dibutuhkan dalam proses pengembangan konsep Flying-V.
Baca juga: KLM Gandeng TU Delft Kembangkan Pesawat Hemat Energi “Flying-V”
Pieter Elbers, presiden dan CEO KLM mengatakan, “Kami sangat ingin tahu tentang karakteristik penerbangan Flying-V. Desainnya sesuai dengan inisiatif Fly Responsibly kami, yang mewakili semua yang kami lakukan dan akan terus kami lakukan untuk meningkatkan keberlanjutan kami. Kami menginginkan masa depan yang berkelanjutan untuk penerbangan dan inovasi adalah bagian darinya,” jelasnya sebagaimana dikutip dari aero-mag.com.
“KLM telah menjadi salah satu dari tiga maskapai penerbangan paling berkelanjutan (ramah lingkungan) di dunia dalam Indeks Keberlanjutan Dow Jones selama bertahun-tahun. Kami ingin terus melakukannya di masa mendatang. Oleh karena itu kami sangat bangga bahwa kami dapat mencapai ini bersama dalam waktu dekat,” tembahnya.
Flying-V sendiri adalah desain pesawat jarak jauh yang diklaim sangat hemat energi. Itu karena, desain kabin penumpang, kargo, dan tangki bahan bakar terintegrasi dengan sayap sehingga menciptakan bentuk “V”. Desain tersebut tentu berbeda dengan pesawat pada umumnya, dimana desain badan pesawat dan sayap tidak terintegrasi.
Dari hasil permodelan di komputer, desain aerodinamika konsep Flying V terbukti mengurangi bobot pesawat sehingga menghasilkan penerbangan hemat energi hingga 20 persen dibandingkan pesawat tercanggih yang ada saat ini, Airbus A350-900. Menariknya, efisiensi tersebut diperoleh dengan dimensi pesawat yang lebih kecil namun tetap memuat kursi dalam jumlah banyak, mencapai 314 penumpang.
Desain Flying V sendiri, bila dilihat dari efisiensi bahan bakar yang ditawarkan (hingga 20 persen), sebetulnya nyaris serupa dengan MAVERIC (Model Aircraft for Validation and Experimentation of Robust Innovative Controls) by Airbus yang mengusung konsep model “Blended Wing Body”.
Namun, model “Blended Wing Body” pada MAVERIC Airbus desainnya tak sampai membentuk “V” mengingat bagian tengah belakang pesawat tetap diisi oleh penumpang. Tetapi, penempatan mesin di bagian tengah belakang serta aerodinamika pesawat memiliki kemiripan dengan konsep Flying V.
Sejak dipresentasikan model skala Flying V pada pertemuan tahunan KLM Experience Days di Amsterdam Airport Schiphol (AMS), bertepatan dengan ulang tahun ke-100 KLM, beberapa mitra besar tertarik untuk sama-sama mewujudkan konsep tersebut; salah satunya Airbus.
Dukungan dari berbagai pihak, terlebih dari perusahaan sekaliber Airbus, tentu sangat penting. Apalagi, menurut Pieter Elbers, inovasi sulit terwujud bila berjalan sendiri tanpa adanya kolaborasi dengan berbagai pihak.
“Anda tidak dapat membuat sektor penerbangan lebih berkelanjutan sendiri, tetapi Anda harus melakukannya bersama-sama. Berkolaborasi dengan mitra dan berbagi pengetahuan membawa kita semua lebih jauh,” ujarnya.
Baca juga: Bahan Kimia Penyebab Ledakan di Beirut Jadi Alternatif Bahan Bakar Pesawat Ramah Lingkungan
“Itu sebabnya kami akan mengembangkan lebih lanjut konsep Flying-V dengan semua mitra. Langkah selanjutnya adalah menerbangkan Flying V dengan bahan bakar berkelanjutan,” tutupnya.
Saat ini, peneliti di dunia sudah mempunyai beberapa calon bahan bakar berkelanjutan pengganti bahan bakar fosil. Dua yang paling mungkin ialah hidrogen dan listrik; termasuk campuran dari hidrogen dan amonium nitrat (cairan kimia ledakan Lebanon).