Manusia adalah makhluk yang tak lepas dari kesalahan. Tak ada manusia sempurna. Berhubungan pilot juga manusia, sekalipun sudah sangat profesional dengan jam terbang tinggi, tetap saja mereka kerap melakukan kesalahan. Lantas, apa saja kesalahan yang sering dilakukan pilot?
Baca juga: 5 Kesalahan Populer Pilot Pemula Saat Taxi, Nomor Tiga Butuh Insting Tajam
Mantan kapten pilot Garuda Indonesia, Capt. Bobby, pernah bercerita kepada KabarPenumpang.com, menjadi seorang pilot sebetulnya bisa dibilang gampang-gampang susah. Dibilang susah karena perlu biaya yang tak sedikit dan kinerja ekstra keras untuk bisa lulus dari uji sertifikasi atau rating.
Disebut gampang karena sebetulnya pilot hanya perlu mengikuti petunjuk di buku manual. Sekalipun pilot sudah sangat hafal tahapan penerbangan, termasuk langkah-langkah dalam keadaan darurat ataupun saat terjadi situasi abnormal, itu dilarang. Pilot harus tetap mengikuti langkah demi langkah di buku manual pesawat.
Atas dasar itu, ia berseloroh bahwa menjadi pilot tak perlu pintar atau memiliki hafalan bagus sebagaimana profesi lainnya. Mereka hanya perlu mengikuti petunjuk dan mempraktekkannya dengan benar. Saat pilot arogan dan tidak mengecek daftar periksa (checklist) sebelum sampai selesai menerbangkan pesawat, saat itulah pilot biasanya melakukan kesalahan.
Pada awal tahun lalu, pilot Qantas dilaporkan lepas landas dengan rem parkir pesawat atau park brake di posisi on. Ini membuat tenaga mesin saat meluncur di runway jadi tidak maksimal. Terdengar hal sepele tapi tentu saja itu berbahaya. Karena kesalahan sekecil apapun di dalam penerbangan bisa jadi berujung kecelakaan.
Di akhir tahun 2020, pilot Qatar Airways terancam PHK karena taxiing dengan dua mesin. Ini memang tidak berbahaya, tetapi konsekuensinya berhubungan dengan keuangan maskapai.
Selain dua kesalahan itu, menurut pilot senior, Randy Duncan, seperti dikutip dari Quora, sedikitnya ada empat kesalahan yang pilot dilakukan pilot.
Kebanyakan pilot salah memasukkan beberapa nomor ke layar, beralih ke frekuensi radio yang salah, mengatakan sesuatu dalam format yang salah, sampai salah membaca maps atau peta di layar. Beruntung, sistem di pesawat sangat canggih dan membuat pilot menyadarinya sebelum menjadi masalah keamanan.
Isu utama kenapa itu terjadi adalah bias konfirmasi” atau kecenderungan pilot untuk membentuk teori tentang apa yang terjadi dan menerima informasi yang menyenangkannya dan mengabaikan informasi yang tidak menyenangkannya. Karenanya, pilot selalu diingatkan ntuk menguji asumsi dan teori kerja kami. Terlihat mudah tetapi sulit untuk diimplementasikan.
Terkadang di pesawat, lanjut Duncan, ada seseorang di kokpit dan melihat pilot-kopilot menerbangkan pesawat. Mereka tidak mengomentari kesalahan pilot, tidak juga menilai mereka, dan bukan instruktur apalagi regulator. Petugas tersebut hanya mencatat setiap kesalahan pilot, bahkan walau saat melakukan kesalahan satu detik kemudian pilot meluruskannya.
Baca juga: Mengenal Istilah Pilot Error, Gagalnya Keputusan Pilot yang Berujung Kecelakaan
Petugas tersebut akan mencatat setiap kali pilot salah memasukkan frekuensi radio, melewatkan salah satu landing lights, berbicara di bawah ketinggian 10 ribu kaki, melewatkan panggilan radio, salah mengulangi instruksi ATC, menggunakan kata atau istilah yang tidak standar, dan masih banyak lagi.
Semua kesalahan itu dicatat dan dipelajari sampai dibuat statistik untuk membantu maskapai memprediksi potensi masalah keselamatan dan memutuskan penekanan pelatihan di tahun depan.