Pada hari ini, 61 tahun lalu, bertepatan dengan 9 April 1960, pesawat legendaris Uni Soviet, Tupolev Tu-114 Rossiya mengukukan diri menjadi pesawat turboprop penumpang tercepat di dunia setelah melesat di kecepatan 877 km per jam.
Baca juga: Vickers Viscount, Pesawat Turboprop Pertama di Dunia
Dilansir historynet.com, Rusia atau Uni Soviet memang sudah sejak awal abad ke-20 berambisi untuk membuat pesawat besar dan cepat. Itu bisa dilihat pada tahun 1913. Ketika itu, Igor Sikorsky berhasil membuat Russky Vityaz, pesawat empat mesin pertama dan terbesar di dunia.
Ambisi Uni Soviet memproduksi pesawat-pesawat besar terus berlanjut sampai ke Perang Dunia I dan II. Salah satunya ialah pembom strategis Tupolev Tu-95 “Bear” rancangan biro desain Tupolev pimpinan Andrei Tupolev. Seolah belum puas, Soviet pun mendorong Tupolev untuk turut membuat pesawat besar versi penumpang atau komersial hingga lahirlah Tupolev Tu-114 Rossiya.
Pesawat itu merupakan pengembangan dari Tupolev Tu-95 “Bear”. Meski demikian, Tupolev tetap membuat banyak perbedaan antar keduanya.
Disebutkan, pesawat turboprop penumpang terbesar di dunia ini didukung dengan kabin baru yang mampu menampung hingga 224 penumpang. Sayapnya juga berbeda. Bila sayap Tupolev Tu-95 “Bear” menggunakan high-wing position maka Tupolev Tu-114 Rossiya sebaliknya, menggunakan sayap rendah atau low-wing position.
Didukung empat baling-baling contrarotating serta mesin Kuznetsov NK-12MV buatan produsen dalam negeri, Tu-114 mampu melakukan perjalanan dengan kecepatan khas pesawat jet modern, 880 km per jam. Tak secepat jet Boeing 707 atau Douglas DC-8 memang, tapi pesawat ini mampu membawa beban lebih berat dibanding keduanya.
Pesawat dengan bentang sayap 51 meter, panjang 54 meter, dan berat lepas landas mencapai 385.809 pound ini pertama kali diperkenalkan ke publik di ajang Brussels World Exhibition pada tahun 1958, atau setahun setelah melakukan penerbangan perdana pada 15 November 1957.
Pesawat, yang oleh NATO dijuluki Cleat tersebut, kemudian dioperasikan untuk kunjungan Perdana Menteri Uni Soviet Khrushchev ke Amerika Serikat pada 1959. Ketika itu, sebetulnya, mayoritas pejabat Soviet tidak setuju menggunakan pesawat tersebut lantaran 80 persen perjalanan antara Moskow dan Washington sangat panjang dan Aeroflot, operator dari Tu- 114, jarang melakukan penerbangan trans-samudera pada saat itu hingga tidak memiliki pelatihan dengan teknik darurat, bertahan hidup di laut dan menggunakan rakit dan jaket penyelamat.
Politbiro Partai Komunis serta KGB mendesak Khrushchev untuk mempertimbangkan kembali keputusannya itu, tetapi dia tegas menolak. Lagi-lagi dia tidak mau malu.
Akhirnya semua harus dilakukan dengan perencanaan dan misi rumit. Angkatan Laut Soviet menempatkan kapal-kapal setiap 200 mil di sepanjang rute tersebut untuk mengantisipasi jika pesawat menghadapi masalah.
KGB bahkan harus membangun sebuah pesawat tiruan dan mengujinya di kolam renang besar di Moskow untuk menguji skenario evakuasi air. Beruntung, penerbangan berjalan lancar.
Sadar Tupolev Tu-114 Rossiya merupakan yang terbaik di kelasnya, Soviet pun mendorong Tupolev untuk melakukan uji kecepatan terbang pesawat itu di closed-circuit wind tunnel, sejenis tempat khusus untuk menguji mesin pesawat. Hasilnya, pesawat itu berhasil memegang rekor kecepatan dunia Fédération Aéronautique Internationale untuk pesawat baling-baling pada 1960 dengan capaian 877 km per jam.
Baca juga: 55 Tahun Lalu, Antonov An-22 Antei, Turboprop Terbesar di Dunia Terbang Perdana
Selain itu, Tupolev Tu-114 Rossiya juga menjadi pesawat turboprop penumpang dengan jangkauan terbang terjauh di dunia ketika itu, mencapai 10.900 km. Jadi, pesawat ini secara keseluruhan memegang gelar sebagai pesawat turboprop penumpang terbesar dan tercepat dengan jangkauan terjauh di dunia. Luar biasa, bukan?
Dalam 14 tahun berkarir di kancah penerbangan sipil, Tu-114 dilaporkan memiliki tingkat keamanan dan keandalan yang tinggi. Tu-114 mengangkut lebih dari enam juta penumpang sebelum digantikan oleh Ilyushin Il-62 bertenaga jet. Sebanyak 32 pesawat dibangun di pabrik penerbangan Kuibyshev pada awal 1960an.