Dalam beberapa tahun ke depan, khususnya warga Bandung dan umumnya bagi para pelancong akan memiliki rute kereta api baru yang bakal mengkoneksikan dengan sejumlah destinasi wisata di Tanah Pasundan – salah satunya adalah Kawah Putih di Ciwidey. Ya, rencana reaktivasi jalur ini telah disetujui oleh sejumlah pihak, seperti PT KAI dan Gubernur Jawa Barat. Tentu saja kabar ini bak angin segar bagi para wisatawan yang kerap terjebak macet di jalur darat menuju salah satu spot wisata andalan di Jawa Barat ini.
Baca Juga: Kolaborasi dengan Pemprov, PT KAI Akan Reaktivasi Empat Jalur Kereta di Jawa Barat
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, Humas PT KAI Agus Komarudin mengatakan bahwa dengan menggunakan kereta api menuju Kawah Putih, maka wisatawan tidak akan lagi berjibaku dengan kemacetan. “Ke sana (Kawah Putih) itu berikut macetnya hampir sekitar 4,5 jam, kalau normal sih 3 jam lah,” tutur Agus, dikutip dari laman detik.com.
Sementara jika menggunakan kereta api, maka estimasi perjalanan dari Bandung menuju Kawah Putih tersebut bisa diminimalisir dengan selisih waktu yang cukup signifikan – tentu saja karena kereta api tidak kenal istilah macet. “Kalau dengan kereta ya sekitar, kira kira Bandung-Ciwidey paling kurang lebih 1,5 jam lah,” tandasnya.
Berkenaan dengan tarif, Agus menyebutkan bahwa ongkos yang dikenakan kepada para penumpang akan jauh lebih murah ketimbang mereka yang lebih memilih untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi. Namun, ia masih belum bisa membocorkan besaran pasti tarif yang akan dikenakan kepada penumpang.
“Kalau ada kereta api kan masyarakat tentunya punya pilihan alternatif, apalagi kalau dengan kereta api tentunya bisa lebih murah ya, terjangkau lah,” papar Agus.
“Nanti ketentuan skemanya sih nanti tentunya dari pemerintah soal pentarifan ya. Cuma sih bisa PSO (Public Service Obligation), bisa kereta perintis. Yang nentukan nanti pemerintah soal tarif ya… Yang melihat berdasarkan daya beli masyarakat juga, bervariasi, tiap wilayah nggak sama. Paling rendah Rp 3.000 paling tinggi Rp 4.000,” tambahnya.
Sementara soal jalur, Pengamat Infrastruktur Harun Alrasyid mengatakan bahwa penggunaan jalur existing (jalur lama) akan lebih menghemat kocek otoritas terkait karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembebasan lahan.
“Yang pasti lebih murah lah, sebut saja lah 10-15-20%, kan mau kurangi lahannya, kurangi saja 15-20%,” ujar Harun.
Alih-alih tidak keluar dana sama sekali untuk pembebasan lahan, otoritas pendanaan proyek ini akan tetap mengeluarkan dana untuk merelokasi penghuni bangunan-bangunan yang selama ini menjamur di sekitar rel.
“Gusur (bangunan liar di sekitar rel) sama beli (lahan) lain dong (biayanya). Harapannya gitu dong, masa yang nggak punya hak minta harga hak milik.” tutupnya.