Friday, October 11, 2024
HomeAnalisa AngkutanAntonov, Warisan Uni Soviet Milik Ukraina, Bukan Rusia!

Antonov, Warisan Uni Soviet Milik Ukraina, Bukan Rusia!

Pesawat-pesawat jet di era millenium memang lebih senyap, efisien, dan ramah lingkungan. Namun, soal keunikan desain, bobot, dan tingkat kebisingan tinggi, rasanya, tak ada yang bisa menyaingi pesawat-pesawat legendaris buatan Uni Soviet.

Baca juga: Antonov An-24, Jawara Pesawat Penumpang Propeller Soviet yang ‘Dijiplak’ Menjadi Xian MA60

Terkait suara bising yang dihasilkan pesawat warisan Uni Soviet, warga Pantura Jawa, mulai dari Cirebon, Pekalongan, Semarang sampai ke Blora, merasakan betul akan hal ini. Pada Desember 2018 lalu, warga pernah dihebohkan dengan suara misterius yang memekakkan telinga.

Ketika itu, ada yang menyebut suara yang terdengar di waktu bersamaan, pada Jumat (14/12), pukul 01:00 WIB dini hari itu seperti “klakson kereta api tapi jauh”, “suara terompet” hingga “suara-pesawat terbang rendah”, meskipun tidak ada pesawat yang terlihat.

Akan tetapi, data penerbangan pesawat Antonov An-12BP dengan nomor registrasi UR-CGW termuat di situs Flight Radar 24. Pada 14 Desember 2018 pukul 05.40 UTC atau 00.40 WIB, pesawat Antonov An-12BP diketahui melintas di langit Purwakarta, Jawa Barat, pada ketinggian 15.350 kaki.

Pesawat terdeteksi hingga sekitar langit Subang pada empat menit kemudian. Hanya saja, suara misterius yang diduga berasal dari Antonov itu masih menjadi perdebatan.

Berdirinya Antonov tentu tak terlepas dari jasa besar Oleg Konstantinovich Antonov. Sejak 31 Mei 1946, Antonov diangkat menjadi kepala fasilitas di Biro Penelitian dan Desain Antonov, di Kiev, Ukraina. Di waktu yang hampir bersamaan, Antonov juga diangkat menjadi Siberian R&D Institute for Aeronautics.

Dari situlah perjalanan perusahaan Antonov dimulai. Di bawah badan hukum Biro Desain Antonov, pengembangan demi pengembangan terus dilakukan olehnya, hingga yang paling fenomenal adalah Antonov An-225 yang masuk ke Guinness Book of Records untuk catatan 240 rekornya.

Perlu dicatat, sebelum Antonov berkantor pusat di Kiev, Ukraina, perusahaan sempat berkantor di Novosibirsk, Rusia. Sebelum Uni Soviet runtuh, keduanya masih menjadi masuk dalam teritori negara. Namun, ketika Soviet runtuh, ini menjadi silamakama.

Sebab, selama ini, berbicara Uni Soviet, asosiasinya pasti terhubung langsung ke Rusia. Hal itu memang tak berlebihan mengingat negara tersebut mayoritas mewarisi wilayah Negeri Komunis yang sangat luas. Tetapi, berbicara soal Antonov sebagai warisan industri penerbangan Uni Soviet, ini bukan jatuh ke tangan Rusia, melainkan Ukraina.

Dilansir flightradar24.com, hingga saat ini, Antonov, yang kini mengusung nama Antonov State Enterprise di bawah Ukroboronprom, bukan lagi Biro Desain Antonov peninggalan Soviet, disebut telah memproduksi sekitar 22.000 pesawat.

Pesawat-pesawat tersebut memang sudah banyak yang tak lagi terbang. Umumnya, pesawat buatan Antonov lebih sering terlihat di Ukraina, melalui salah satu maskapai terbesarnya, Motor Sich Airlines. Maskapai tersebut diketahui mengoperasikan banyak pesawat Antonov untuk penerbangan kargo dan penumpang berjadwal serta charter, seperti Antonov An-24 dan An-140.

Sayangnya, di tangan Ukraina, bisnis Antonov seperti tak bergairah. Kalaulah bukan karena nama besar, sudah pasti Antonov bangkrut.

Baca juga: Antonov An-124 Terasa ‘Istimewa’ di Yogyakarta, Tapi Sudah ‘Biasa’ di Makassar

Selama enam tahun terakhir, Antonov diketahui tidak memproduksi satupun pesawat. Tetapi, masa depan memang masih menanti seiring banyaknya charteran pesawat, seperti pesawat terbesar di dunia An-225 dan An-124, serta datangnya beberapa pesanan pesawat.

Disebutkan, Kepolisian Nasional Peru dipastikan telah memesan pesawat Antonov An-178. Tak diketahui secara persis berapa jumlahnya. Yang jelas, badan pesawat tersebut sudah dibuat dan terus menunjukkan progres. Tetapi, ke depan, tak ada kepastian bakal seberapa aktif Antonov untuk terus mengembangkan bisnisnya, tak seperti perusahaan dirgantara warisan Soviet lainnya, seperti Tupolev dan Ilyushin yang berada di tangan Rusia.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru