Sebelum dioperasikan secara komersial, setiap pesawat baru harus lolos sertifikasi terlebih dahulu. Setiap manufaktur pasti menguji pesawat secara mandiri sebelum mulai disertifikasi pesawat, termasuk Boeing. Lantas, bagaimana cara Boeing menguji pesawat baru sebelum disertifikasi?
Baca juga: Begini Proses Sertifikasi Pesawat Baru, Panjang dan Mahal
Jauh sebelum pesawat selesai diproduksi, yang merupakan bagian dari tahap awal Boeing menguji pesawat baru sebelum disertifikasi, adalah melakukan uji laboratorium atau uji lab, mulai dari lab petir, lab propulsi, lab getaran, dan lab sistem, selama pengembangan. Ini bertujuan untuk mensimulasikan dan mengumpulkan data tentang reaksi pesawat di lingkungan ekstrem.
Lab sistem melibatkan peralatan berteknologi canggih dengan kemampuan untuk mencatat setara dengan 45 tahun jam uji terbang virtual dalam lima pekan. Informasi ini memungkinkan Boeing untuk menguji software pesawat dalam beragam kondisi cuaca buruk dan dengan kombinasi berat dan bahan bakar yang berbeda.
Dari situ, kemudian pesawat dalam model skala dirakit, dilengkapi dengan berbagai sensor, dan diuji di terowongan angin, dengan diameter mencapai 12 meter. Jika lolos uji terowongan angin, barulah prototipe pesawat dibuat.
Dilansir Simple Flying, prototipe pesawat yang sudah rampung dirakit (belum 100 persen) kemudian menjalani uji struktural untuk mengukur kekuatan dan daya tahan keseluruh pesawat. Proses ini biasanya melibatkan banyak alat untuk menekan bodi, sayap, ekor, dan lain sebagainya agar sesuai dengan standar.
Baca juga: Inilah Lima Rangkaian Tes Ekstrem untuk Pastikan Pesawat Aman
Pada proses ini, pesawat juga harus melewati fatigue testing yang mensimulasikan pesawat mendapat banyak tekanan berat saat climbing, cruising, descent atau turun perlahan dari ketinggian, landing, lepas landas, dan lainnya, untuk memastikan airframe atau badan pesawat mampu menahan berbagai tekanan selama masa pakai pesawat.
Di tahap tersebut juga memungkinkan Boeing untuk melakukan penyempurnaan prosedur inspeksi, maintenance, dan perbaikan berdasarkan data-data selama pengujian.
Lebih lanjut, pesawat akan dilengkapi dengan berbagai monitor untuk merekam data untuk pengujian berikutnya, mulai dari mensimulasikan berbagai muatan kargo dan penumpang sampai ke fitur engineer station.
Selanjutnya, van Boeing Test & Evaluation Flight Emulation Test System akan terhubung dengan sistem avionik pesawat yang sudah selesai dirakit. Proses ini biasanya dilakukan di apron. Di sini, pesawat akan disimulasikan dalam kondisi terbang untuk dilakukan berbagai pengujian, seperti uji kecepatan, uji ketinggian, posisi, landing gear, dan lain sebagainya.
“(Dengan van Boeing Test & Evaluation Flight Emulation Test System ) kami dapat mensimulasikan kecepatan, ketinggian, posisi, dan roda pendaratan dari sana. Dengan begitu, ketika kami memulai uji terbang, kami telah ‘menerbangkan’ pesawat sebelumnya,” kata Frederic Lambert, manajer senior Systems Laboratories.
Setelah seluruh rangkaian tes di darat sukses, pesawat kemudian disempurnakan menjadi prototipe untuk melakukan uji terbang langsung di area sekitat pabrik Boeing. Proses ini biasanya melibatkan dua pilot dan enam hingga 20 kru untuk mencatat berbagai data penerbangan selama pengujian, termasuk saat melakukan manuver.
Baca juga: Mengenal Pesawat Test Bed, Cikal Bakal Lahirnya Pesawat Baru
Pesawat diajak melaju sampai batas kecepatan dan ketinggian maksimal untuk memastikan seluruh fitur keselamatan berfungsi. Data-data tersebut kemudian dikompilasi dengan data-data pengujian di darat untuk diberikan ke Adiminstrasi Penerbangan Federal (FAA).
Setelahnya, FAA akan memberi Type Inspection Authorization dan mengutus stafnya untuk turut serta dalam uji sertifikasi dengan serangkaian pengujian ketat, mulai dari uji stall, sater spray, crosswinds, dan kecepatan minimum untuk mendapatkan sertifikasi kelaikudaraan.