Cathay Dragon dilaporkan bangkrut atau stop operasi usai mengalami kesulitan keuangan hebat. Selain itu, berakhirnya sepak terjang maskapai juga diakibatkan induk perusahaan, Cathay Pacific yang juga mengalami nasib serupa akibat pandemi virus corona dan konflik berkepanjangan di Hong Kong.
Baca juga: Serba-Serbi Cathay Dragon, Mantan Pesaing Cathay Pacific yang Kini Jadi Anak Perusahaan
Konsekuensi dari itu, 5.900 karyawan, termasuk pilot dan pramugari, harus gigit jari karena belum ada kejelasan bakal ditarik ke induk atau entitas bisnis lain group perusahaan atau tidak. Besar kemungkinan mereka akan dirumahkan alias di-PHK.
Dilansir executivetraveller.com, usai proses stop operasi selesai, nantinya seluruh penerbangan Cathay Dragon akan dialihkan ke Cathay Pacific dan Hong Kong Express Airways, yang tergabung dalam Cathay Pacific Group. Itu berarti kedua maskapai itu akan mendapat tambahan sekitar 50 rute ke seluruh Asia (termasuk beberapa armada limpahan dari maskapai), dimana setengah dari itu berada di daratan Cina.
Chairman Cathay Pacific Group, Patrick Healy, mengatakan bahwa meski dia sedih melihat berakhirnya maskapai yang sudah menginjak usia 35 tahun itu, namun perusahaan tak bisa berbuat banyak untuk mempertahankannya.
“Kenyataannya di masa-masa sulit ini kita harus fokus pada satu brand maskapai premium terkemuka dunia di Cathay Pacific, dilengkapi dengan satu brand perjalanan wisata berbiaya rendah lewat HK Express,” jelasnya.
“Ada operasi substansial dan efisiensi pemasaran yang bisa diperoleh dengan menggabungkan armada kami dan menyederhanakan skema bisnis brand kami dengan cara ini,” tambahnya.
Dirunut ke belakang, sebenarnya rencana mengakhiri operasi Cathay Dragon sudah ada sejak awal tahun 2020. Akan tetapi rencana itu terhambat regulator penerbangan Cina karena pelanggaran selama protes pro-demokrasi tahun lalu.
Cathay mengatakan maskapai akan segera menghentikan operasi dan meminta persetujuan peraturan untuk membatalkan sebagian besar rute Cathay Dragon di Cathay Pacific dan di maskapai HK Express.
Mereka juga akan merumahkan 5.900 karyawan sebagai konsekuensinya. Secara keseluruhan, grup maskapai itu akan memangkas 8.500 karyawan atau 24 persen dari total karyawan. Jumlah ini termasuk 2.600 karyawan yang sebelumnya sudah tidak bekerja secara normal selama pandemi.
“Sekarang Cathay telah memutuskan jumlah karyawan (yang bekerja) dan penghapusan brand Dragon. Mereka mengetahui kapasitas maskapai dan strukturnya ke depan dan dapat menyelesaikan armada dan rencana jaringan barunya,” kata seorang analis penerbangan independen, Brendan Sobie.
Sebelum bergabung ke dalam group Cathay Pacific, Cathay Dragon yang dahulu bernama Dragonair merupakan pesaing ketat Cathay Pacific. Bahkan, nama Dragonair tercatat sebagai maskapai berbasis di Hong Kong pertama yang tergabung sebagai member aktif di International Air Transport Association (IATA). Maskapai ini juga tercatat sebagai kompetitor lokal utama dari Cathay Pacific yang berdiri pada 24 September 1946.
Namun, seiring waktu, Dragonair mulai mengalami kesulitan keuangan akibat manajemen yang buruk pada akhir dekade 80an. Akhirnya, pada Januari 1990 maskapai tersebut diakuisisi oleh tiga perusahaan sekaligus – Cathay Pacific, Swire Group dan CITIC Pacific. Hingga pada 28 September 2006, Dragonair sudah sepenuhnya menjadi anak perusahaan dari Cathay Pacific.