New York yang dijuluki Big Apple kini sedang mengalami krisis pada layanan kereta bawah tanahnya, pangkal musababnya adalah akibat banyak jadwal kereta yang tidak tepat waktu. Bulan lalu misalnya, sebuah kereta berhenti 45 menit saat cuaca panas.
Dilansir KabarPenumpang.com dari vox.com (11/7/2017), Ryan Cooper dari New York mengatakan, banyak masinis kereta bawah tanah yang mengungkapkan kemarahan di Twitter dan menyalahkan Gubernur Gordon Zomo sebagai yang bertanggung jawab atas layanan kereta bawah tanah. Layanan kereta bawah tahan di New York dikelola oleh Otoritas Transit Meropolitan atau Metropolitan Transit Aithority (MTA).
Baca juga: Kereta Bawah Tanah Toronto Penyumbang Polusi Udara Tertinggi
Sebagai respon atas cibiran dari penggun jasa, MTA mengatakan, adanya masalah ini disebabkan kepadatan penduduk yang berlebihan. Biasanya penyebab penundaan yang mendadak adalah perubahan jadwal pemeliharaan yang membuat perjalanan kereta bawah tanah menjadi lebih lambat. Tetapi MTA belum menyesuaikan jadwal yang benar dan membutuhkan tinjauan yang sangat besar.
Kereta bawah tanah di New York sudah dibuka sejak tahun 1904 dan menawarkan kecepatan 24 km per jam untuk kereta lokal dan38,6 km per jam untuk kereta ekspress. Tarifnya pun saat itu terbilang murah yakni hanya 5 sen. Naiknya pendapatan para pekerja pengguna kereta membuat kereta api lebih menarik. Kemudian lingkungan sekitarnya dikembangkan dengan apartemen dibandingkan rumah keluarga biasa.
Baca juga: Inilah 10 Kereta Bawah Tanah Paling Keren di Dunia!
Pada Perang Dunia I, inflasi mengurangi separuh nilai dolar, namun harga tiket kereta tetap 5 sen. Kemudian di tahun 1940, diresmikan Otoritas Transit New York (NYTC) dan membuat ongkos kereta naik hingga 10 sen walaupun masih dianggap tidak cukup untuk pemeliharaan kereta. Pada 1970-an, NYCT digabung ke dalam MTA, sebuah otoritas negara, namun negara bagian lainnya tidak melakukan jauh lebih baik. Jarak rata-rata kereta bawah tanah antara kegagalan (MDBF) turun menjadi 6.000 mil pada tahun 1980,
Mulai tahun 1980-an, MTA berinvestasi dalam perawatan jangka panjang, pendekatan “perbaiki dulu” yang oleh banyak ahli sekarang mendukung jalan raya. MTA memulai proyek multi dekade untuk mencapai kondisi perbaikan yang baik, di mana tidak akan ada lagi jaminan pemeliharaan dan tidak perlu melakukan perawatan di luar perbaikan normal.
Ini bertepatan dengan adopsi perencanaan keuangan jangka panjang MTA yang terlambat, dengan rencana modal lima tahun, yang sebagian besar berfokus pada SOGR dan penggantian normal, dan sedikit uang tersisa untuk ekspansi. Ini mengurangi rencana penggalangannya: Kereta api yang dibeli pada tahun 1970-an berambisi namun ternyata menjadi lemon, sementara yang telah dibeli sejak tahun 1980-an telah konservatif, kehilangan Perkembangan seperti gang terbuka yang rutin di kebanyakan sistem kereta bawah tanah.
Baca juga: Sejarah MRT Singapura, Dibangun di Atas Keterbatasan Lahan
Meskipun muncul banyak keluhan, dalam praktiknya, MTA dan NYCT berjalan dengan autopilot. NYCT tidak membuat perubahan besar; MTA membuat sedikit usaha untuk membuat lembaga penyusunnya bekerja sama, termasuk NYCT, tetapi juga dua operator kereta api komuter.
Akibat pelajaran pada krisis tahun 1970-an mengajarkan MTA untuk bersikap konservatif tentang perluasan layanan, pemliharaan peralatan, dan kecepatan sistem. Sampai dekade 80-an dan 90-an tidak ada masalah yang berarti dalam strategi MTA, namun kini doktrin MTA tersebut telah menciptakan masalah sendiri, termasuk penundaan, jadwal yang tidak dapat diandalkan, dan kereta yang sering terlambat.