Mikhail Korkorich atau yang dijuluki oleh timnya sebagai “Elon Musk” Rusia, disebut sedang mengembangkan drone kargo lintas benua. Drone kargo ini bukanlah drone kargo biasa, melainkan drone kargo hipersonik yang bisa menempuh kecepatan Mach 15 atau 18 ribu km per jam. Tak berhenti sampai di situ, drone kargo ini bertenaga hidrogen dan bebas emisi.
Baca juga: Ngeri, Teknologi Terbaru Bisa Bikin Pesawat Ngebut 21 Ribu Km Per Jam!
Dilansir New Atlas, melalui Destinus, perusahaan baru yang didirikan Mikhail Korkorich sang Elon Musk Rusia, drone kargo berkecepatan hipersonik itu akan menggabungkan kemajuan teknologi pesawat luar angkasa dengan fisika sederhana dari pesawat layang untuk menciptakan pesawat hipersonik yang disebut Hyperplane.
Hyperplane nantinya beroperasi atau lepas landas dari bandara komersial, menuju pantai, dan terbang perlahan menuju kecepatan hipersonik Mach 15 atau 18 ribu km per jam.
Sebelum mencapai kecepatan hipersonik, mula-mula Hyperplane terbang menggunakan mesin roket turbo. Ini sudah lumrah ditemukan. Tahap kedua, mesin roket akan dinyalakan untuk mencapai kecepata hipersonik antara 13 Mach sampai 15 Mach di ketinggian mesosfer lebih dari 50 km (160.000 kaki).
“Logikanya sederhana, jika Anda ingin memindahkan sesuatu dari satu tempat di Bumi ke tempat lain di Bumi, Anda perlu mengeluarkan energi ke beberapa arah. Pertama, Anda perlu mengatasi gravitasi selama Anda menjaga pesawat tetap di udara. Jadi, lebih lama berarti lebih banyak kehilangan gravitasi. Kedua adalah melawan gesekan udara, dan ketiga adalah untuk energi kinetik kecepatan maksimum Anda,” kata Korkorich.
“Ya, kita perlu mempercepat kendaraan kita ke kecepatan yang sangat tinggi dengan mesin roket. Jadi kita perlu mengeluarkan lebih banyak energi untuk akselerasi. Tapi karena kita terbang 10 kali lebih cepat, dan karena kita terbang di ketinggian yang sangat tinggi dimana ada lebih dari 10 kali lebih sedikit udara daripada di 10 km (33.000 kaki), kehilangan gravitasi dan kehilangan aerodinamis kita sangat rendah” tambahnya.
“Jadi secara keseluruhan itu mulai sangat menarik. Sebenarnya, kita bisa memindahkan barang dari sini ke benua lain lebih murah dari pesawat biasa. Kedengarannya aneh, tapi sebenarnya tidak; kita hanya menghabiskan lebih sedikit energi untuk ini,” lanjutnya.
Kuncinya, Korkorich mengungkapkan, dengan mengembangkan roket yang bisa digunakan kembali seperti mesin jet.
Selain itu, sistem pendingin hidrogen juga penting agar pesawat tidak meleleh saat panas ekstrem dihasilkan dari kecepatan hipersonik di ketinggian mesosfer yang memiliki kepadatan rendah. Terbang di mesosfer juga diklaim mengurangi 10 kali sonic boom yang memekakkan telinga manusia di darat.
Saat ini, Korkorich sudah mendirikan kantor Destinus di empat negara, Spanyol, Perancis, Swiss, dan Jerman guna mengumpulkan modal Rp 14 triliun, untuk bisa memulai bisnis itu, balik modal, sampai akhirnya mulai meraup keuntungan.
Prototipe pertama Hyperplane bernama Jungfrau sudah selesai dibangun dan sukses terbang perdana. Ini masih seukuran mobil. Pada awal 2022 ini, prototipe berikutnya seukuran bus dijadwalkan terbang perdana.
Tak jelas kapan drone kargo hipersonik dengan kecepatan maksimum 15 Mach ini akan mulai beroperasi secara komersial, mengingat investasinya sangat mahal. Namun, bila sudah beroperasi, ini digambarkan sangat bermanfaat mengirim kargo premium yang mendesak dan berharga, seperti pengiriman medis, dokumen, suku cadang infrastruktur penting, ikan segar Mediterania ke Jepang, dan lain sebagainya.
Baca juga: Cina Kembangkan Jet Hipersonik: Lebih Besar dari Boeing 737-Sayap Mirip Concorde
Terlepas dari konsep matangnya dan pengalaman Korkorich di dirgantara bersama lusinan perusahaan yang didirikannya, Destinus digadang tak akan dengan mudah merealisasikan drone kargo hipersonik itu.
Sebab, ia terus dijegal oleh AS yang mencapnya sebagai orang berbahaya. Ia bahkan tidak boleh mengetahui apapun tentang proyek dan teknologi yang sedang dikembangkan perusahannya yang berbasis di AS.