Dalam jagad maskapai Tanah Air, hanya dua perusahaan penerbangan yang memiliki pesawat berbadan lebar (wide body), yang pertama jelas Garuda Indonesia (GIA) dan kedua adalah Lion Air. Yang disebut terakhir bisa dibilang serasa tak ingin kalah dalam loncatan yang diraih GIA. Selain telah di dapuk sebagai maskapai dengan jumlah armada terbesar di Indonesia, dalam supremasi kepemilikan jumbo jet, Lion Air tak ingin ketinggalan dari GIA. Dan terbukti, operator Boeing 747-400 adalah GIA dan Lion Air.
Baca juga: Sepi Pesanan, Boeing 747 Beralih dari “Queen of the Skies” Jadi “Flying Truck”
Di dekade 90-an hingga awal tahun 2000, kepemilikan Boeing 747-400 atau yang kondang disebut Queen of The Skies merupakan prestis bagi setiap maskapai yang melayani rute internasional. Kala itu, GIA mengarahkan 747-400 untuk rute jarak jauh ke Eropa, sementara Lion Air menyasar penggunaan 747-400 untuk rute Umroh ke Arab Saudi. Dengan konfigurasi kelas ekonomi secara keseluruhan, Boeing 747-400 dalam sekali terbang bisa membawa 506 penumpang.
Pesawat yang memiliki empat mesin dan dapat terbang pada kecepatan Mach 0.85 atau 909 kilometer per jam, serta mampu terbang dengan jarak maksimum 13.570 km sampai 15.000 km. Dan 747-400 menjadi salah satu pesawat wide body pertama yang memggunakan winglet, sehingga aerodinamika pesawat meningkat dan ada penghematan dalam konsumsi bahan bakar.
Meski begitu di damba pada era 90-an dan secara teknologi masih memadai, toh akhirnya “end lifetime” jumbo jet ini sudah terasa sejak beberapa tahun belakangan. Permintaan pasar pada seri 747-400 merosot tajam, lantaran maskapai lebih menginginkan pesawat dengan kemampuan jarak jauh dengan ukuran yang tidak terlampau besar, seperti Airbus A330, Airbus A350, Boeing 777 dan Boeing 787 Dreamliner. Kondisi ini dipicu dari berkurangnya tingkat okupansi penumpang pada penerbangan jarak jauh.
Dan mengikuti kondisi pasar, GIA belum lama ini telah menyatakan resmi memensiunkan Boeing 747-400 PK-GSG setelah mengabdi selama 23 tahun. Kali ini pun langkah GIA juga diikuti oleh Lion Air yang akan memensiunkan keseluruhan dari dua unit 747-400 yang ada. Hanya saja ada perbedaan antara 747-400 GIA dan Lion Air, yakni GIA membeli pesawat jumbo jet gress dari pabrik, sementara Lion Air membeli 747-400 dengan status bekas pakai dari maskapai lain. GIA mulai menerima kedatangan tiga unit armada 747-400 (PK-GSH, PK-GSG dan PK-GSI) pada tahun 1994, sementara Lion Air baru mengoperasikan 747-400 sepuluh tahun kemudian.
Baca juga: 23 Tahun Mengangkasa, Boeing 747-400 Garuda Indonesia Akhiri Masa Tugas
Dikutip KabarPenumpang dari airfleets.net, dua unit Boeing 747-400 diberi nomer PK-LHF dan PK-LHG. Dan merujuk dari sejarahnya, kedua unit 747-400 Lion Air awalnya dioperasikan maskapai Singapore Airlines (1989) dan lewat beberapa kali proses jual beli dengan maskapai lain, sebelum digunakan Lion Air, kedua 747-400 adalah bagian dari armada Oasis Hong Kong Airlines, maskapai yang telah bangkrut sejak tahun 2008. Demikianlah sekilas sejarah pesawat wide body pertama milik swasta di Indonesia. Pasca pensiunnya Boeing 747-400, Lion Air kini mengandalkan Airbus A330-300 untuk melayani penerbangan ke Timur Tengah.