Monday, April 21, 2025
HomeHot NewsIngin Menikmati Sensasi Kereta Cepat, Bentang Lebar Rel Harus Diganti

Ingin Menikmati Sensasi Kereta Cepat, Bentang Lebar Rel Harus Diganti

Antara kecepatan kereta dan lebar bentang rel faktanya terkait langsung, bahkan ukuran bentang rel juga langsung berhubungan dengan faktor keamanan. Secara teori, semakin lebar bentang rel maka kecepatan luncur kereta dapat kian dioptimalkan, kereta dapat melesat lebih cepat. Perihal kecepatan kereta dan lebar bentang rel inilah yang masih menjadi momok dalam dunia perkembangan dunia perkeretaapian di Tanah Air.

Baca juga: Sistem Deteksi Dini Bencana Lengkapi Teknologi Kereta Cepat Jakarta – Bandung

Jika ditelisik dari fakta, Lebar rel (atau lebar poros roda) kereta di Indonesia hanya 1.067 mm, dan tidak berubah sejak lintasan rel dibangun pada zaman pendudukan Belanda. Pada masa itu gerbong-gerbong penumpang memang ukurannya lebih pendek, ramping, dan sebagian besar karoserinya terbuat dari kayu. Kecepatan kereta di masa itu tidak lebih dari 80 km/jam. Ukuran bentang rel (gauge) yang ada di Indonesia disebut juga sebagai Narrow gauge dan dipandang cocok untuk daerah yang bergunung-gunung karena trak yang lebar membutuhkan biaya besar dan pembangunannya lebih sulit. Narrow gauge juga dikenal sebagai trak Afrika Selatan, yang juga digunakan pada wilayah Taiwan, Filipina, Selandia Baru, dan sebagian Australia. Secara keseluruhan panjang lintasan rel jenis ini mencapai 112 ribu kilometer di seluruh dunia.

Baca juga: Melesat 200 Km Per Jam, Arlanda Express Kereta Bandara Tercepat

Berkaca dalam kondisi saat ini, lokomotif dan gerbong modern dari PT KAI sudah dirancang untuk melaju kencang, bahkan mampu melesat diatas kecepatan 100 km per jam. Ukuran gerbong yang beroperasi di Indonesia saat ini mengacu pada ukuran standard Eropa dan Amerika yang lebih besar dalam dimensi maupun beratnya. Dirunut dari kemampuannya, lebar poros rel (roda) kereta di Eropa dan Amerika adalah 1.435 mm yang berarti lebih lebar 368 mm dari pada lebar bentang rel yang ada di Indonesia. Ironisnya lebar gerbong di Indonesia sama dengan di Eropa dan Amerika, yaitu 3.150 mm. Di samping itu, ukuran penampang batang rel KA di Indonesia juga lebih kecil dibandingkan dengan batang rel KA di Eropa. Meskipun ada ketidaksesuaian antara ukuran gerbong dan lebar poros roda, kereta api yang dioperasikan di Indonesia secara overload meluncur dengan kecepatan 100 km per jam; bahkan di jalur-jalur tertentu melaju dengan kecepatan di atas 100 km per jam.

Lebar bentang rel 1.435 mm disebut juga sebagai trak standar, dan justru digunakan di lebih banyak negara dengan panjang lintasan sejauh 720 ribu kilometer di seluruh dunia, bisa disebut 60 persen jalur kereta di dunia mengadopsi trak standar ini.

Dengan perbedaan antara kapasitas kereta dan dukungan spesifikasi rel, maka kerap memicu beberapa insiden, seperti kereta anjlok, terguling, dan tergelincir keluar rel. Anjlok maupun tergelincirnya kereta terjadi apabila berat lokomotif dan gerbongnya melampaui batas daya dukung rel sehingga membuat batang rel menggeliat (melintir atau melengkung). Tergulingnya kereta umumnya lebih disebabkan oleh gaya sentrifugal di saat membelok/menikung. Semakin besar kecepatan di saat membelok, semakin besar pula gaya sentrifugal yang di alaminya. Kecepatan di saat membelok serta ketidaksesuaian antara lebar poros roda dengan lebar gerbong/lokomotif inilah yang diduga menjadi penyebab utama tergulingnya kereta api oleh gaya tersebut. Insiden kereta anjlok sempat terdengar menimpa kereta eksekutif Argo Bromo yang ditarik dengan lokomotif modern terbaru PT KAI.

Dengan kondisi diatas, maka wajar adanya bila kereta jarak jauh PT KAI tidak bisa diajak ngebut secara konstan pada tiap lintasan. Untuk mengupayakan perbaikan dari aspek kecepatan, mutlak dilakukan penggantian rel, dan jika itu dilakukan akan terbentur anggaran yang besar dan mengganggu jadwal perjalanan reguler.

Guna menyiasati kebutuhan kereta cepat dalam arti sebenarnya, maka dibutuhkan pembangunan jalur rel baru, dan ini telah diputuskan dalam development kereta cepat Jakarta – Bandung. Dalam proyeksinya, lebar bentang rel kereta cepat Jakarta – Bandung akan menggunakan trak standar 1.435 mm, dengan begitu kereta nantinya dapat melesat hingga 350 km per jam.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru