Bagi pecinta aviasi, sebagian besar mungkin sudah mengetahui bahwa Boeing 777 atau triple seven pertama ialah 777-200. Padahal, model lainnya, Boeing selalu memulai dengan seri 100, seperti Boeing 737-100, 747-100, hingga 707-100.
Baca juga: Ternyata Boeing 777 Sempat Dirancang dengan Konsep “Trijet”
Dirunut dari sejarah, Boeing sebetulnya tidak benar-benar melewatkan angka -100 pada 777. Sebelum Boeing 777-200 melakukan first flight pada 1994, seri 777-100 sudah terlebih dahulu dirilis Boeing pada tahun 1978. Kala itu, mereka merilis bersamaan dengan dua pesawat lainnya; 757 dan 767.
Boeing 777-100 merupakan pesawat trijet yang sangat mirip dengan model trijet lainnya keluaran McDonnell Douglas, DC-10. Hanya saja, Boeing bisa dibilang telat untuk memproduksi trijet yang mulai populer sejak pertama kali diperkenalkan raksasa dirgantara asal Inggris, Hawker Siddeley pada 1960-an.
Bahkan, bisa dibilang, jikapun Boeing tetap memaksakan model trijet 777-100, hampir dapat dipastikan bahwa mereka akan mengalami kerugian. Sebab, dipenghujung tahun 70-an adalah fase menurunnya trijet setelah memperoleh hasil gemilang selama satu dekade antara tahun 60an sampai 70an. Kala itu, trijet mengalami mimpi buruk akibat relaksasi aturan Extended-range Twin-engine Operational Performance Standards (ETOPS).
ETOPS yang direkomendasikan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), saat itu mengatur bahwa pesawat twin-jet hanya diizinkan terbang separuh dari kemampuannya. Itu berarti, sekalipun memiliki dua mesin, ketika beroperasi pesawat hanya dihitung sebagai satu mesin.
Hal ini dilakukan agar ketika pesawat mengalami kegagalan mesin di salah satunya, pesawat tetap bisa terbang untuk melakukan pendaratan darurat dengan mesin lainnya. Rekomendasi itu kemudian disadur oleh regulator dunia, tak terkecuali regulator penerbangan sipil AS (FAA) dengan sebutan “60-minute rule”.
Dengan aturan tersebut, praktis, pergerakan pesawat-pesawat twin-jet sangat terbatas. Tak lebih dari rute domestik dengan jangkauan berkisar 60 menit perjalanan. Di saat itulah era tri-jet atau pesawat dengan tiga mesin dimulai. Saat itu, pesawat McDonnell Douglas DC-10 dan Lockheed L-1011 Tristar yang notabene memiliki tiga mesin menjadi primadona maskapai untuk mengantarkan penumpang ke belahan bumi lain atau jarak jauh.
Perlahan tapi pasti, seiring perkembangan teknologi, ICAO mulai meningkatkan ambang batas ETOPS pada pesawat bermesin ganda menjadi 120 menit mulai tahun 1980-an hingga 180 menit di akhir dekade tersebut.
Hal itupun mendorong pengembangan pesawat twin-jet jarak jauh untuk mendapatkan efisiensi lebih dari yang ditawarkan tri-jet, baik efisiensi dalam segi operasional maupun perawatan dan produksi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi harga. Pada akhirnya, Boeing 777-100 pun batal meluncur.
Meski demikian, dikutip dari Simple Flying, Boeing menilai tetap harus menutup celah antara 767 dan 747. Bila tidak, mereka hanya akan menjadi penonton di kelas tersebut, dimana mayoritas maskapai lebih tertarik pada A330 dan A340 yang dinilai lebih lebar. Atas dasar itu, mereka pun akhirnya merilis 777-200, bukan 777-100, mengingat model tersebut sudah pernah dirilis pada 1970-an sehingga tidak membingungkan pelanggan di kemudian hari.
Belum puas, Boeing ingin mengembangkan 777-200 agar tetap bisa terus bersaing. Setidaknya mereka punya dua pilihan, mempendek dimensi 777-200 atau meningkatkan berat lepas landas maksimum (MTOW).
Pada September 1996, Boeing memulai gebrakan dengan memperkenalkan dua model baru hasil pengembangan 777-200, yakni Boeing 777-100X dan Boeing 777-200X. Keduanya masing-masing akan membendung Airbus A340-800 dan A330-200.
Baca juga: Mengapa Pesawat Tri-Jet Tidak Se-Populer Twin-Jet dan Quad-Jet? Berikut Ulasannya
Boeing 777-100X sendiri adalah pesawat Boeing 777-200 berkapasitas 250 tempat duduk yang dapat terbang sejauh 15.725 km. Dari segi dimensi, pesawat berukuran 6,4 meter lebih pendek dari 777-200 dan memiliki MTOW sebesar 300 ton. Adapun dapur pacu masih sama dengan 777-200.
Dalam perkembangannya, model 777-200X lah yang lebih diminati maskapai di Amerika dan Asia. Selain menawarkan kursi 8-9 persen cost per kilometer lebih rendah dibanding 777-100X, 777-200X juga diminati maskapai karena kemampuan MTOW yang lebih tinggi dari -100X.