Bandara Soetta boleh saja berbangga diri menjadi bandara terbesar di Indonesia yang ditenagai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Hanya saja, sekalipun berstatus terbesar, nyatanya, luas PLTS di Bandara Soekarno-Hatta masih kalah tipis dibanding Bandara Changi, Singapura.
Baca juga: Bandara Kempegowda Aplikasikan Panel Surya Guna Operasional Harian
Sejak 1 Oktober 2020, sebanyak 720 solar panel system dengan photovoltaics berkapasitas maksimal 241 kilo watt per peak (kWp) dibangun dan dikelola oleh Bukit Asam yang juga menggandeng anak usaha PT LEN Industri yakni PT Surya Energi Indotama di atap gedung guna mengaliri listrik ke peralatan-peralatan canggih di fasilitas AOCC. Gedung AOCC sendiri merupakan salah satu fasilitas yang sangat vital di kawasan Bandara Soekarno-Hatta.
Gedung itu adalah pos komando terintegrasi untuk memastikan kelancaran operasional Soekarno-Hatta, dengan personil berasal dari PT Angkasa Pura II selaku pengelola bandara, lalu airline operator, air navigation dan authorities seperti Karantina, Bea dan Cukai, Imigrasi, Kepolisan dan sebagainya.
Sekalipun berkapasitas tak terlalu besar, ini merupakan PLTS terbesar yang dipasang di bandara di Indonesia dengan sistem atap (rooftop).
Sebelum PLTS terbesar di bandara mulai dibangun pada 2020 lalu, sebetulnya, harap sempat muncul jauh sebelum itu, tepatnya pada tahun 2013 lalu. Ketika itu, Angkasa Pura I diketahui telah menyepakati kontrak dengan SunEdison untuk pembangunan 15 MW di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Sayangnya, proyek yang digadang mampu mengurangi karbon sampai 200 ribu ton per tahun itu tak kunjung teralisasi. Tak heran bila akhirya PLTS terbesar kemudian jatuh ke tangan Bandara Soetta.
Disarikan dari berbagai sumber, kendati demikian, PLTS terbesar di bandara berbasis rooftop di Indonesia rupanya masih kalah tipis dibanding PLTS di Bandara Changi. Bandara yang terletak di Singapura itu juga merupakan bandara yang menggunakan solar panel di Asia Tenggara.
Walaupun cukup kecil, namun PLTS yang menjadi sumber tenaga listrik di terminal LCC bandara tersebut, masih lebih besar dibanding PLTS terbesar yang dipasang di bandara di Indonesia dengan sistem atap (rooftop).
Baca juga: Akhir 2022, Operasional Bandara Internasional Edmonton Pakai Tenaga Surya
Selain itu, sistem yang didanai oleh Pemerintah Singapura melalui the Clean Energy Research and Test-bedding (CERT) program, telah mengurangi hingga 320,000 kWh penggunaan listrik konvensional per tahunnya.
Panel surya yang digunakan adalah 127 kWp of First Solar’s thin film solar modules dan 123 kWp of REC’s polycrystalline solar modules dengan sistem pemasangan untuk rooftop. Sistem ini mampu mengurangi karbon hingga 160 ton hingga 25 tahun.