Pesawat Boeing 787-9 Air New Zealand dilaporkan mendarat darurat di Hong Kong akibat kaca depan pesawat retak saat di tengah penerbangan dari Christchurch ke Guangzhou. Ketika pilot menyadari kaca depan retak, pesawat tengah di ketinggian 41 ribu kaki dan cepat-cepat menurunkan ketinggian ke 37 ribu kaki, 22 ribu kaki, terus turun sampai mendarat di Hong Kong.
Baca juga: Pernah Dengar Seberapa Tebal Kaca Pesawat? Simak Di Sini Jika Belum
Laporan The Standard, pilot mulai menyadari kaca depan pesawat dengan nomor registrasi ZK-NZH itu retak saat melintasi Laut China Selatan, sebelah barat Filipina.
Kita tahu, kaca depan pesawat atau biasa juga disebut flight deck windshields umumnya memiliki tiga lapis. Beberapa pesawat ada yang empat lapis, termasuk pesawat Boeing 787-9 Air New Zealand.
Lapis pertama, kaca depan pesawat terbuat dari campuran kaca dan akrilik. Keduanya disatukan dengan teknik glass frit bonding, juga disebut sebagai solder kaca atau seal glass bonding. Jadi, pada intinya, teknik ini memadukan lapisan luar kaca dengan akrilik yang direnggangkan.
Lapis kedua, kaca depan pesawat terbuat dari urethane, termasuk jenis dari polimer yang lumrah dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan plastik. Sedangkan dilapis terakhir, atau di bagian dalam, kaca depan pesawat terbuat dari akrilik, dengan ketebalan 1-3 inchi.
Meskipun terdengar tak lebih kuat dibanding jenis kaca tempered, yang notabene menempati puncak piramida klasifikasi kaca, namun, komposisi akrilik dan polimer rupanya memiliki andil besar, bukan hanya dalam menahan tekanan besar dari luar setara berat sekitar 10,8 ton (ketinggian 3.600 – 10.000 meter di atas permukaan laut), melainkan juga menahan benturan keras yang terjadi oleh objek tak dikenal, seperti misalnya bird strike.
Baca juga: Kaca Depan Kokpit Retak, Pilot Boeing 737 Hainan Airlines Terpaksa Return to Base
Dengan andil lapisan akrilik dan polimer dan tentu saja gabungan dari keduanya, kaca depan pesawat mampu menahan benturan seberat empat ton saat pesawat mencapai di kecepatan 370 mph. Ketika benturan terjadi, kaca depan pesawat tak langsung pecah berkeping-keping layaknya piring pecah, tetapi semacam ada penahannya melalui serat-serat polimer. Inilah yang terjadi pada pesawat Boeing 787-9 Air New Zealand.
Meski dilaporkan retak saat di ketinggian 41 ribu, pesawat masih mampu menahan tekanan besar dan keretakannya itu tidak langsung menyebar atau bahkan pecah seketika. Itu berkat komposisi kaca pesawat yang memang didesain mampu menahan tekanan besar dan tidak pecah begitu saja.
“Kemarin, salah satu penerbangan kargo kami menuju Guangzhou dialihkan ke Hong Kong setelah kaca depan retak. Sementara kaca depan yang retak terdengar luar biasa, sebenarnya ada empat lapisan pada kaca depan pesawat sehingga tidak ada risiko bagi pesawat atau siapa pun di dalamnya,” kata maskapai dalam sebuah pernyataan.
Air New Zealand sudah lebih dari setahun ini mengoperasikan penerbangan kargo reguler ke Guangzhou dengan rute Auckland – Christchurch – Guangzhou – Auckland. Penerbangan ke Guangzhou biasanya diberi nomor penerbangan NZ1082 dan beroperasi empat kali seminggu. Adapun penerbangan pulang ke Auckland biasanya dijalankan dengan flight number NZ1085.
Ini adalah insiden pertama pesawat Boeing 787-9 ZK-NZH Air New Zealand yang baru berusia enam tahun, sekalgus menjadi salah satu yang termuda dari 14 Dreamliner Air New Zealand.
Baca juga: Kaca di Kokpit Mendadak Pecah, Kopilot Sichuan Airlines Nyaris Terkena Dekompresi
Air New Zealand pada tahun 2021 lalu mendapat penghargaan sebagai maskapai teraman di dunia. Peringkat itu didasarkan pada jumlah kecelakaan selama lima tahun dan insiden serius yang tercatat selama dua tahun; termasuk audit dari badan pemerintahan dan industri, audit pemerintah, industry-leading safety initiatives, usia armada, dan protokol keselamatan Covid-19.
Sepanjang sejarah, Air New Zealand hanya sekali mengalami kecelakaan fatal. Itu pun sudah lama sekali. Pada tahun 1979, pesawat charteran Air New Zealand, McDonnell Douglas DC-10, menabrak sisi Gunung Erebus, Pulau Ross, Antartika, dan menewaskan 257 orang di dalamnya saat mengoperasikan joy flight atau penerbangan wisata.