Tidur merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan setiap manusia agar tetap berenergi dan mempertahankan fungsi tubuh. Namun apakah suara lingkungan bisa mempengaruhi kualitas tidur seseorang? Asisten Profesor Junta Tagusari dari Laboratorium Isu Lingkungan Regional, Sekolah Pascasarjana Teknik, sedang menyelidiki metode terbaik untuk mengukur kebisingan dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.
“Kebisingan berpotensi tidak hanya merusak kemampuan pendengaran, tetapi juga menyebabkan masalah kesehatan yang lebih luas. Telah dilaporkan bahwa risikonya lebih tinggi ketika suara terdengar saat tidur. Laporan Kantor Regional WHO untuk Eropa juga mengindikasikan beberapa masalah kesehatan kronis termasuk gagal jantung dan diabetes, bisa dipicu dari paparan jangka panjang terhadap gangguan tidur yang disebabkan oleh kebisingan,” kata Tagusari.
Dirangkum KabarPenumpang.com dari news-medical.net (4/8/2021), masalah ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru, dia bahkan telah melaporkan beberapa hasil. Namun, Tagusari menilai sebagian besar indeks kebisingan yang ada, dengan menggunakan nilai rata-rata tingkat kebisingan dan tidak cukup dalam mengukur efek kebisingan terhadap tidur.
Tak hanya itu, dia mengembangkan indeks baru untuk kebisingan malam hari berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisis dalam studi tahun 2014 berdasarkan pola tidur 30 subjek dewasa di Kadena, Okinawa. Apalagi di Okinawa ada Pangkalan Udara Kadena yang adalah pangkalan aktif untuk angkatan udara Amerika Serikat.
Di dekat pangkalan udara tersebut, lebih dari seratus ribu penduduk yang tinggal terkena kebisingan pesawat. Kebisingan malam hari di sekitar pangkalan bisa mencapai 100 dB. Sumber utama kebisingan yang mengganggu di wilayah studi adalah pesawat terbang, meskipun di area depan pangkalan, kebisingan didominasi oleh kebisingan pesawat yang membebani.
Ketika mesin pesawat dibiarkan berjalan untuk penyesuaian, itu bisa menghasilkan kebisingan 60dB yang berlangsung selama beberapa jam saat fajar. Menurut Tagusari, sejak masa studi, situasi tidak berubah berpihak pada warga. Namun, berdasarkan analisis, dirinya mengembangkan formula matematika baru untuk indeks kebisingan malam hari, yang dapat diterapkan dalam penelitian epidemiologi terkait kebisingan.
Analisis epidemiologi terhadap kesehatan warga di sekitar Pangkalan Udara Kadena sebelumnya telah dilakukan, namun ada rencana untuk menganalisis kembali situasi dengan menggunakan indeks baru ini.
“Warga setempat ini sudah sering mengeluhkan suara bising pesawat yang sering terjadi, bahkan pada malam hari. Mereka berinisiatif meminta laboratorium kami untuk mengukur kebisingan pesawat dan korelasinya dengan tidur mereka. Selama sebulan, kami tidak hanya mendapatkan tingkat kebisingan malam hari, kami juga mengukur motilitas tubuh saat tidur dari beberapa penduduk setempat, berusia dari 20 hingga 60 tahun,” kata Tagusari.
Tagusari mengakui bahwa salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah semacam ini tampaknya adalah dengan membatasi sumber kebisingan lingkungan di kawasan pemukiman. Warga di sekitar Pangkalan Udara Kadena telah berulang kali membawa masalah ini ke pengadilan yang berbeda, memohon solusi yang paling ideal dalam mengurangi kebisingan, tetapi hanya menerima solusi yang dianggap tidak mencukupi.
Baca juga: Stres Akibat Covid-19? Cobain Aplikasi Meditasi Khusus Corona Ini Deh
Mengingat keberadaan kebisingan lingkungan yang hampir ada di mana-mana, Tagusari sudah merencanakan dan mengorganisir lebih banyak studi tentang kebisingan dan tidur. Dalam penelitian terpisah, Tagusari akan menerapkan indeks kebisingan malam hari yang telah dirumuskannya untuk mengetahui pengaruh paparan kebisingan terhadap pertumbuhan janin dan tingkat kelahiran rendah pada ibu di seluruh Hokkaido.