Secara sederhana, seharusnya pesawat akan lebih mudah lepas landas dan mendarat dengan dorongan angin. Namun, ternyata justru sebaliknya. Lantas, kenapa pesawat lepas landas dan mendarat melawan arah angin atau berlawanan dengan arah angin?
Baca juga: Ternyata, Pesawat Tak Selalu Ngebut di Runway untuk Bisa Terbang, Ini Alasannya
Kita tahu, sebelum mulai memulai penerbangan, pilot dan kopilot biasanya akan bertemu untuk membahas berbagai hal, seperti rute yang dilalui, bahan bakar minimum (bergantung pada jumlah awak, penumpang, kargo, cuaca, dan kemungkinan rintangan selama penerbangan), informasi cuaca, arah angin, dan informasi bandara tujuan serta bandara yang dilalui sepanjang perjalanan.
Semua ini menjadi kewajiban pilot sebelum memulai penerbangan dan memegang peran vital terhadap keselamatan dan keamanan penerbangan.
Pilot juga perlu menghitung jarak pendaratan atau landing distance. Proses menentukan ini berdasarkan faktor eksternal tidaklah mudah.
Pada pesawat-pesawat tua, pilot harus menghitung secara manual. Namun, pada pesawat terbaru, seperti Boeing 737 Dreamliner dan Airbus A350, pilot cukup memasukkan angka-angka ke komputer (onboard performance tool) dan rekomendasi pun keluar. Dengan begitu, potensi kesalahan cenderung berkurang dibanding dengan menghitung secara manual.
Dari informasi pra penerbangan, termasuk berat total pesawat ditambah bahan bakar, penumpang dan kargo, panjang runway, arah angin, serta kecepatan angin, pilot sudah dibekali dengan kemampuan menghitung berapa kecepatan yang dibutuhkan pesawat untuk bisa lepas landas. Dari sini kemudian diketahui, apakah pesawat perlu melesat dengan kecepatan penuh di runway atau tidak.
Baca juga: Berapa Detik Pesawat Melesat di Runway untuk Bisa Terbang? Ini Jawabannya
Sebagaimana yang umum diketahui, pesawat bisa terbang disebabkan oleh adanya empat gaya. Gaya thrust (gaya dorong), lift (gaya angkat), weight (gaya berat), dan drag (gaya ke belakang atau menarik mundur). Gaya lift ini memainkan peranan penting dalam mengangkat pesawat saat lepas landas ke arah berlawanan dengan angin.
Dilansir monroeaerospace.com, mayoritas pesawat memang lepas landas dengan melawan arah angin. Saat melawan arah angin, gaya yang datang pada sayap menyebabkan dorongan ke atas (upward thrust).
Dengan begitu, pesawat bisa lepas landas dengan kecepatan rendah atau tanpa garus ngebut karena dibantu dengan angin yang mendorong sayap ke atas dan menyebabkan lift, sesuai dengan hukum ketiga Newton tentang gerak, yang menyatakan bahwa setiap gaya pada suatu benda akan menyebabkan gaya yang sama besar dalam arah berlawanan. Itulah mengapa pesawat lepas landas ke arah angin atau berlawanan dengan arah angin.
Begitu juga dengan mendarat. Pesawat di dunia pada umumnya juga melawan arah angin. Jelang pendaratan, selain menurunkan ketinggian, pesawat juga mesti menurunkan kecepatan. Ada berbagai cara menurunkan kecepatan saat di udara jelang mendarat, mulai dari menurunkan landing gear sampai melawan arah angin.
Baca juga: Setelah 100 Tahun Lebih, Ilmuan Sedunia Masih Bingung Jelaskan Mengapa Pesawat Bisa Terbang
Ketika mendarat pun, selain menurunkan kecepatan dengan flap and slat serta engine reverse, itu juga dibantu dengan dorongan angin yang berlawanan dengan pesawat. Ini pula alasan mengapa pesawat melawan arah angin saat mendarat.
Berbeda dengan lepas landas dan mendarat, saat cruising di udara, pesawat justru terbang searah dengan arah angin. Ini akan membuat pesawat lebih efisien dalam mempertahankan ketinggian dan meningkatkan kecepatan.