Eli Rozenberg, mahasiswa Yeshiva University (institusi Yahudi utama dunia untuk pendidikan tinggi), resmi menjadi pemilik atau bos baru maskapai penerbangan nasional Israel, El Al. Hal itu terjadi usai satu-satunya tawaran dari mahasiswa berusia 27 tahun itu, senilai US$150 juta atau sekitar Rp2,2 trliiun (kurs Rp14.700) diterima oleh maskapai. Dana tersebut nantinya akan menjadi modal tambahan El Al untuk bertahan di tengah krisis akibat virus Corona.
Sebetulnya, selain Eli Rozenberg, David Sapir, seorang pengusaha pariwisata dan telekomunikasi berdarah Rusia-Israel dan Meir Gurvitz, seorang pengusaha real estate berdarah Inggris-Israel, juga ikut memperebutkan El Al. Hanya saja, sampai tenggat waktu penawaran terakhir ditutup, kedua pengusaha keturunan Yahudi itu tak mengajukan penawaran apapun.
Dilansir ynetnews.com, dengan kucuran dana segar sebesar itu (Rp2,2 trliiun), perusahaan mahasiswa Yahudi kelahiran New York, Amerika Serikat ini, Kanfei Nesharim Aviation (travel agen yang berbasis di Brooklyn, New York, dan Buenos Aires, Argentina dimana Amerika Latin dan Timur Tengah menjadi fokus utamanya), diketahui menjadi pemegang saham mayoritas sekitar 42,85 persen. Adapun sisanya dimiliki negara dan perusahaan lain.
“Negara, yang telah berkomitmen untuk membeli saham tak terencana sebagai bagian dari stimulus paket penyelamatan perusahaan, membeli sekitar $30 juta atau setara dengan 12-15 persen saham dari perusahaan,” tulis The Times of Israel.
Pada bulan Juni, Kementerian Keuangan Israel merumuskan stimulus bantuan sebesar NIS 1,4 miliar ($400 juta), dengan jaminan 75 persen dari total bantuan jika terjadi kredit macet atau gagal bayar. Hal itu terpaksa dilakukan mengingat keuangan maskapai sudah dalam kondisi kritis.
Meski demikian, pemerintah berargumen bahwa masalah maskapai ini, seperti tenaga kerja yang membengkak, gaji tinggi, dan neraca yang lemah, sudah dimulai jauh sebelum adanya pandemi Covid-19. Karenanya, Pemerintah Israel meminta maskapai El Al Israel Airlines untuk melakukan pembenahan, termasuk juga regulasi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca juga: Gegara Corona, Maskapai El Al Gunakan Pesawat Penumpang Kosong untuk Keperluan Kargo
Pembenahan tersebut juga menjadi syarat yang harus dipenuhi maskapai yang berpusat di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv itu sebelum pemerintah Israel menyetujui untuk memberikan bantuan sebesar US$400 juta pada Juni lalu.
Sejak penerbangan internasional runtuh akibat pandemi virus Corona, El Al setidaknya sudah mem-PHK sebanyak 6.000 karyawan atau sekitar 90 persen dari total karyawan. Maskapai tersebut tak punya pilihan lain mengingat perusahaan tak mempunyai pangsa pasar penerbangan domestik yang kuat layaknya Indonesia, AS, Cina, Rusia, dan negara-negara lainnya.