Lion Air baru saja kedatangan pesawat Airbus 330-900NEO kelima dengan nomor registrasi PK-LEQ dan akan menyambut pesawat keenam dalam waktu dekat. Di antara sederet fitur canggih, Electronic Flight Bag atau EFB menjadi salah satu yang menarik dibahas.
Baca juga: Mengapa Airbus A330 Sangat Diminati di Asia-Pasifik? Inilah Alasannya
Dikutip dari Aviation Today, EFB adalah alat bantu tambahan berupa serperangkat komputer untuk memudahkan dan meringankan pekerjaan rutin pilot dan tidak lagi menggunakan kertas atau paper less. EFB biasanya terdapat di sebelah kanan dan kiri pilot co-pilot.
EFB sendiri mengandung banyak informasi seperti chart bandara, airways, aplikasi penghitung performa pesawat dalam setiap fase penerbangan, weight and balance, serta dokumentasi pesawat. Selain itu, EFB juga mengandung dokumen-dokumen penting dalam format digital, seperti Flight Crew Operating Manual (FCOM), Airplane Flight Manual (AFM), atau Master Minimum Equipment List (MMEL) dan sebagainya.
EFB terdiri dari beberapa kelas dan masing-masing kelas memiliki keunggulan tersendiri. EFB Kelas 1, yang salah satunya digunakan oleh maskapai asal Indonesia, Citilink, tidak terhubung ke sistem avionik, mencakup komunikasi, navigasi, display and management of multiple systems, dan ratusan sistem lainnya; EFB Kelas 2 dapat terhubung ke sistem avionik tetapi dapat dibongkar-pasang dari kokpit; dan EFB Kelas 3 adalah fixed system yang dapat menjalankan aplikasi penting penerbangan.
Sekalipun EFB di awal kemunculannya ialah sebuah kemewahan, seiring bumi berputar, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh konsultan penerbangan komersial, AirInsight, beberapa tahun silam, lebih dari 80 persen dari 57 maskapai penerbangan yang disurvei telah menggunakan EFB sebagai sebuah kebutuhan, dengan tingkat kepuasan berkisar antara 86 hingga 94 persen.
Umumnya, mereka menggunakan EFB lantaran perangkat tablet tersebut sangat membantu meningkatkan kesadaran situasional dan keamanan pilot dan co-pilot. Selain itu, ada pula yang merasa EFB sangat membantu dalam menemukan rute yang tepat dan menghemat waktu, serta rekomendasi weight and balance pesawat, seperti a/c configuration, flap setting, dan thrust setting, yang membuat penerbangan lebih efisien dan efektif.
Berkat berbagai fitur unggulan di atas, sebuah studi menunjukkan, EFB bahkan berhasil menghemat hingga 400 ribu galon bahan bakar senilai US$1,2 juta per tahun.
Seiring perkembangan teknologi, lambat laun, maskapai di seluruh dunia mulai menyadari pentingnya bukan sekedar menggunakan EFB, melainkan hardware EFB atau EFB Kelas 3. Sebab, dengan menggunakan EFB kelas 3, jangkauan akses terhadap airport map, performace, terminal chart, video, dan dokumen menjadi lebih maksimal.
Baca juga: AirAsia X Vs Scoot Vs Jetstar, Siapa yang Terbaik?
Di dunia, ada banyak sekali pengembang EFB dengan berbagai keunggulannya masing-masing, seperti Astronautics Corporation of America, UTC Aerospace, Esterline CMC Electronics, dan Thales, yang digadang menjadi jawara di sektor pengembangan dan penjualan EFB.
Tambahan, EFB bukanlah bawaan dari pabrikan pesawat, melainkan pengembangan dari pihak kedua. Oleh karenanya, seluruh pesawat yang ada, entah itu pesawat baru maupun lama, bisa dipasangkan sistem EFB. Singkatnya, selain ada di pesawat-pesawat Airbus, tentu EFB juga bisa ditemukan di pesawat-pesawat Boeing, Embraer, ATR, Bombardier, Sukhoi, dan berbagai pesawat lainnya.