Tepat pada hari ini, Kamis, 1 September 1983, pesawat Boeing 747-200 Korean Airlines dengan nomor penerbangan 007 (flight 007), jatuh dirudal oleh jet tempur Uni Soviet akibat dikira pesawat mata-mata. Dugaan tersebut tentu sangat berdasar mengingat tensi geopolitik kala itu, antara Uni Soviet-Amerika Serikat (AS) tengah meruncing dalam balutan perang dingin.
Baca juga: Insiden Penembakan Korean Air 007 Ingatkan Dunia pada ADIZ, Apa Itu?
Insiden bermula pada Rabu, 31 Agustus 1983. Saat itu, penerbangan Korean Airlines (KAL) 007 rute New York-Seoul singgah di Bandara Anchorage, Alaska, untuk mengisi bahan bakar. Pukul 04.00, pesawat kembali melanjutkan perjalanan.
Dalam perjalanan, seharusnya rute yang ditempuh (intended path) KAL 007 melewati ruang udara internasional di atas samudera pasifik dan melintasi Jepang sebelum masuk ke Korea Selatan. Namun, entah apa yang merasuki pilot, rute rill (actual path) pesawat KAL 007 melenceng jauh 322 km ke arah Barat dan masuk ke Semenanjung Kamchatka, berlanjut ke Laut Okhotsk, sebelum tiba di atas langit Pulau Sakhalin, seperti pada gambar di bawah ini.
Sejengkal setelah masuk ke langit Semenanjung Kamchatka, Uni Soviet, radar menangkap pergerakan pesawat dan otoritas langsung mengirim jet tempur Sukhoi Su-15 dari pangkalan angkatan laut Soviet di Petropavlovsk di Semenanjung Kamchatka. Ketika (jet tempur) hendak menyusul, anehnya, Korean Airlines flight 007 sempat balik ke ruang udara internasional. Belum sempat kembali ke pangkalan, KAL 007 terdeteksi kembali masuk ke wilayah Soviet dan seketika Sukhoi Su-15 mengambil posisi membuntuti pesawat.
Saat itu, seperti dikutip dari britannica.com, pilot jet tempur mengaku berhasil mengidentifikasi objek sebagai pesawat sipil -bukan pesawat mata-mata- melalui lampu navigasi dan strobe yang berkedip. Di CNN, Kolonel Gennadi Osipovich, salah satu pilot jet tempur yang membuntuti, juga mengaku melihat jelas bahwa pesawat tersebut adalah pesawat sipil.
Selanjutnya, KAL 007 melakukan kontak dengan ATC Jepang dan diizinkan untuk menambah ketinggian. Sebelum menambah ketinggian, pesawat sempat melambat. Di sinilah drama mulai terjadi. Dua -sumber lain mengatakan tiga- jet tempur Soviet menganggap pesawat mengelak dan melaporkan hal itu ke pangkalan militer.
Kecurigaan Soviet semakin menjadi karena KAL KE007 masuk wilayah Soviet tak lama setelah pesawat pengintai RC-135 AS melakukan hal serupa. Terlebih, wilayah yang disusupi tersebut zona militer strategis terbatas Uni Soviet.
Menurut Alexander Dallin, seorang sejarawan Amerika-Uni Soviet, di tempat ini (zona militer terbatas di sekitar Semenanjung Kamchatka) terdapat sembilan kapal selam bertenaga nuklir Soviet termasuk 29 rudal yang dibawa kapal selam. Terlebih, saat itu, kapal disebut berencana untuk melakukan uji coba rudal, tentu semakin menambah sensitivitas.
Sebelum perintah menembak jatuh datang, pilot jet tempur Soviet sempat memberi sinyal dalam kode internasional kalau mereka sudah melanggar wilayah Soviet. Namun, pilot tidak menggubris. Jet tempur kemudian mengirim rudal sebagai peringatan. Tak kunjung mendapat respon, jet akhirnya melepas dua rudal seiring datangnya perintah.
Sebelum ditembak, KAL KE007 sebetulnya sudah tidak berada dalam wilayah Soviet. Namun, karena dinilai sudah mendapat informasi sangat penting, insiden penembakan KAL 007 tak bisa dihindari. Pasca dirudal, pesawat diketahui masih bertahan 90 detik hingga 12 menit sebelum jatuh ke Laut Jepang sekitar 30 mil (48 km) dari Pulau Sakhalin.
Baca juga: Perang Dunia 3 Nyaris Pecah! Begini Kesaksian Pilot Jet Tempur Uni Soviet Pada Tragedi KAL 007
Insiden penembakan Boeing 747 Queen of the Skies Korean Airlines dengan nomor penerbangan 007 (flight 007) tersebut akhirnya mendapat respon tegas dari internasional, melalui komando AS. Sebab, insden yang menewaskan 269 orang (termasuk awak dan penumpang) tersebut merupakan kedua kalinya, setelah yang pertama terjadi pada tahun 1978 hingga menyebabkan dua orang tewas.
Pada tahun 1992, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) melakukan penyelidikan setelah Soviet mau membuka akses ke kotak hitam (black box). Hasil penyelidikan yang dirilis setahun kemudian, menyebut mode “heading” pada fitur autopilot jadi penyebab mengapa pesawat bisa melenceng jauh ke Soviet. Entah karena pilot gagal mengubah pengaturan atau pesawat sudah kadung keluar jalur ketika Inertial Navigation System (INS) diaktifkan, ICAO tak dapat menyimpulkan dengan pasti.