Sejak tahun 1961, Boeing rutin menerbitkan Commercial Market Outlook (CMO) setiap tahun. Dengan rekam jejak terpanjang di bidangnya, CMO diakui sebagai analisis paling komprehensif mengenai industri penerbangan komersial. Dan bertempat di Kantor Boeing Indonesia, hari ini (27/8/2025), Dave Schulte, Managing Director Regional Marketing Boeing Commercial Airplanes, memberikan CMO 2025, yang sebagian mengaitkan dengan prospek penerbangan di Indonesia.
Boeing Commercial Market Outlook (CMO) 2025, memproyeksikan lonjakan besar dalam pertumbuhan lalu lintas udara dan jumlah armada pesawat di Asia Tenggara hingga 2044, Indonesia akan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan di kawasan ini.
Selama 20 tahun ke depan, maskapai penerbangan di seluruh dunia diperkirakan membutuhkan lebih dari 43.600 pesawat baru untuk mengimbangi pertumbuhan lalu lintas penumpang yang diproyeksikan naik lebih dari 4% per tahun. Khusus Asia Tenggara, kawasan ini menjadi salah satu pasar penerbangan dengan pertumbuhan tercepat, dengan lalu lintas penumpang diprediksi meningkat sekitar 7% setiap tahunnya. Untuk memenuhi lonjakan kebutuhan tersebut, maskapai di kawasan ini diperkirakan membutuhkan lebih dari 4.800 pesawat baru dalam kurun waktu yang sama.
Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berada di pusat peluang pertumbuhan ini. Dengan proyeksi pertumbuhan PDB yang melampaui rata-rata kawasan, permintaan perjalanan udara–baik rute domestik maupun internasional–diperkirakan akan meningkat pesat di Indonesia.
Dengan lebih dari 17.000 pulau, bentang kepulauan Indonesia menjadikan transportasi udara sebagai kebutuhan utama untuk menghubungkan masyarakat maupun distribusi kargo. Kondisi ini mendorong tingginya permintaan pesawat berbadan sempit (single-aisle) di dalam negeri.
Pesawat generasi terbaru 737 MAX menawarkan kombinasi efisiensi biaya operasional dan peningkatan kenyamanan penumpang, sehingga sangat sesuai untuk kebutuhan Indonesia dan sekitarnya. Dengan jangkauan yang mampu melayani hingga 90% rute pasar utama dari Indonesia, varian 737 MAX dikenal memiliki keandalan tinggi serta efisiensi operasional yang mendukung. Keunggulan lain yang ditawarkan adalah dampak lingkungan yang lebih ringan, termasuk pengurangan emisi dan kebisingan.
Seiring meningkatnya arus pariwisata dan perdagangan masuk ke Indonesia, pesawat berbadan lebar generasi terbaru akan membuka peluang koneksi langsung ke pasar lintas benua seperti Eropa. Di saat yang sama, pesawat jenis ini juga akan mendukung kebutuhan penumpang maupun kargo pada rute jarak pendek hingga menengah.
Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan jarak jauh, pesawat berbadan lebar (twin-aisle) seperti 787 Dreamliner dan 777X diproyeksikan akan mengisi porsi sekitar satu dari lima pengiriman pesawat baru di Asia Tenggara dalam 20 tahun ke depan.
Meskipun Indonesia saat ini mengoperasikan armada jet komersial terbesar di kawasan, usia armadanya yang relatif lebih tua membuka peluang untuk melakukan pembaruan. Menggantinya dengan pesawat yang lebih hemat bahan bakar akan membantu modernisasi sekaligus meningkatkan daya saing biaya. Hal ini menjadi keunggulan penting, khususnya di tengah persaingan ketat dengan banyaknya operator berbiaya rendah di Indonesia.
Kawasan Asia Pasifik yang lebih luas memegang peran penting dalam kargo udara global seiring meningkatnya permintaan e-commerce. Dalam dua dekade ke depan, Asia Tenggara diprediksi membutuhkan lebih dari 150 pesawat kargo baru, baik hasil produksi maupun konversi. Kapasitas kargo pesawat berbadan lebar seperti 777-8 Freighter, yang akan menjadi pesawat kargo bermesin ganda terbesar dan tercanggih di dunia akan membuka lebih banyak peluang bagi eksportir dan sektor ritel.
Lonjakan kebutuhan pesawat juga berarti bertambahnya peluang kerja baru di industri penerbangan, baik di Indonesia maupun Asia Tenggara. Maskapai di Asia Tenggara diperkirakan harus merekrut dan melatih sekitar 243.000 personel baru, lebih dari tiga kali lipat jumlah tenaga aktif saat ini. Rinciannya mencakup sekitar:
Awak Kabin: 103.000
Pilot: 62.000
Teknisi: 78.000
Indonesia memiliki posisi yang unik untuk memimpin pertumbuhan industri penerbangan di Asia Tenggara, didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat, wilayah geografis yang luas, serta peran yang semakin besar dalam perdagangan dan pariwisata global. Kondisi ini menciptakan kebutuhan besar akan pesawat baru, baik untuk ekspansi maupun penggantian armada.
Untuk mencapai kapasitas setara dengan yang ada di Asia Tenggara saat ini, Indonesia membutuhkan hampir 600 pesawat tambahan hanya dalam jangka pendek.
Kemacetan di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, sangat membuat frustasi banyak pengendara kendaraan roda dua dan roda empat. Hal ini membuat Gubernur DKI Jakarta menambah 14 bus Transjakarta di rute yang melewati Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Kebijakan ini diambil sebagai upaya mengatasi kemacetan di Kawasan tersebut.
“Kami juga akan menambah Transjakarta yang melewati TB Simatupang, 14 unit ke daerah manapun akan kami tambah 14 unit,” kata Pramono di kawasan Jakarta Timur, Senin.
Pramono mengatakan, penambahan armada transportasi publik bertujuan untuk mendorong masyarakat agar beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi umum. Pramono menjelaskan, salah satu penyebab kemacetan di TB Simatupang adalah karena adanya tiga proyek pembangunan yang berlangsung bersamaan.
Tak hanya Gubernur DKI Jakarta, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) juga memiliki komitmen untuk melancarkan perjalanan masyarakat Jakarta. Bahkan Transjakarta mengoperasikan 17 rute yang melintasi jalan TB Simatupang.
“Untuk kenyamanan di jalan, khususnya di sekitaran TB Simatupang, kami mengajak masyarakat menggunakan layanan Transjakarta. Ada 17 rute yang dioperasikan, terdiri dari layanan BRT, Non BRT, Royaltrans dan Mikrotrans”, ucap Kepala Departemen Humas dan CSR Transjakarta, Ayu Wardhani melalui keterangan tertulis.
Untuk mendukung pekerjaan sejumlah proyek infrastruktur dan mengatasi kepadatan di sekitaran TB Simatupang, berbagai langkah cepat dan strategis telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Transjakarta bersinergi dengan berbagai pihak untuk mengoptimalkan peran petugas di jalur, untuk menghadirkan pelayanan terbaik bagi seluruh pelanggan.
Selain itu bus yang dioperasikan kerap dilakukan penjagaan terkait jeda waktu tunggu atau headway.
“Untuk kenyamanan pelanggan, kami juga sudah mengoperasikan tambahan 14 unit bus di beberapa rute yang melintasi TB Simatupang”, tambah Ayu.
Transjakarta mengimbau pelanggan untuk menyesuaikan waktu perjalanan dan untuk mendapatkan informasi terkini seputar layanan Transjakarta, pelanggan bisa mengakses melalui aplikasi TJ : Transjakarta atau melalu media sosial Transjakarta.
17 layanan Transjakarta yang melintasi jalan TB Simatupang antara lain :
BRT :
Kor 8 (Lebak Bulus – Pasar Baru)
Non BRT :
D21 (UI – Lebak Bulus)
D41 (Sawangan – Lebak Bulus via tol Desari)
7A (Kampung Rambutan – Lebak Bulus)
7E (Kampung Rambutan – Ragunan)
S21 (Ciputat – CSW)
S22 (Ciputat – Kampung Rambutan)
6H (Senen – Lebak Bulus)
1E (Pondok Labu – Blok M)
Royaltrans :
S21 (Term. BSD – Fatmawati)
S14 (Summarecon Serpong – Lebak Bulus)
S31 (Bintaro – Fatmawati)
Mikrotrans :
JAK102 (Blok M – Lebak Bulus)
JAK49 (Lebak Bulus – Cipulir)
JAK95 (Term. Lebak Bulus – Term. Pasar Minggu)
JAK93 (Jeruk Purut – Kebayoran Lama)
JAK 31 (Blok M – Andara)
Mungkin bagi masyarakat biasa sebagai pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) transportasi ini hanyalah sekadar angkutan penumpang yang hanya mengantarkan dari satu tujuan ke tujuan lainnya. Khususnya di wilayah Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta. Masyarakat dari berbagai kota seperti Yogyakarta, Klaten, dan Solo, transportasi KRL bisa menjadi solusi dalam beraktivitas untuk berkunjung ke destinasi tujuan.
Jenis KRL yang biasa digunakan di jalur tersebut adalah I9000 (KFW) buatan asli anal bangsa PT Industri Kereta Api (INKA). Dengan badan yang agak lebar, KRL ini bisa dibilang sebagai ikoniknya Yogya Solo yang selalu setia mengantarkan para penumpang. Namun, ada hal baru dari jenis KRL yang saat ini beroperasi dilintas teraebut, yaitu KRL dari negeri sakura alias Jepang.
Ya, sejak pengiriman pada Juli 2025, KRL ini dikirim dari Depo KRL Depok menuju Depo Solo Jebres. Pengiriman KRL tersebut dilakukan sebanyak 2 unit dengan seri 205.5 dan 205.46 dengan masing-masing trainset sebanyak 8 unit. Pengiriman KRL eks Jepang ini ternyata untuk melengkapi perjalanan KRL di jalur Yogya-Palur pp yang saat ini makin diminati masyarakat.
Sebelumnya pernah dioperasikan juga rangkaian KRL seri 205-9 yang juga melayani lintas Yogya-Palur pp., karena saat itu armada KRL masih kurang. Disamping itu masyarakat juga makin merasakan kenyamanan saat naik KRL. Selain harga yang relatif murah dan terjangkau, perjalanan makin singkat yaitu satu jam.
Bukan hanya berdinas mengantar penumpang, kedua rangkaian JR205 tersebut berjasa pada lintas Daop 6. Hal ini karena kedua kereta tersebut terlibat dalam uji coba elektrifikasi DAOP 6 hingga akhirnya KRL resmi beroperasi melayani penumpang.
Menurut informasi dari berbagai sumber, rangkaian 205-46 pada tanggal 19 Agustus 2025 kemarin resmi beroperasi. Jika sebelumnya rangkaian KRL seri 205 yang berdinas di DAOP 6 tersusun atas 4 kereta dalam 1 rangkaian, kali ini satu rangkaian terdiri dari 8 kereta. Lalu terdapat hal unik pada rangkaian 205-46 karena pada kabin keretanya terdapat penambahan dudukan rantai. Selain itu KRL ini sudah sah milik Daop 6 Yogyakarta. Pasalnya dibagian bodi kereta sudah terlihat cap tulisan ‘SK’ yang berarti milik Depo Induk Solo.Jebres (Solo Kemantren).
Rangkaian KRL serin205-46 beroperasi dilintas Daop 6 Yogyakarta. (Foto: Dok. Somasta Kharisma Jati)
Masih sama seperti awal KRL beroperasi di Daop 6, keunikan yang dirasakan sebagai penumpang tentu berbeda dari operasional di Daop 1 Jakarta. Salah satunya adalah tidak adanya kereta khusus wanita yang berada di paling depan dan belakang kereta.
Ini sangat menarik terutama penggemar kereta api yang pastinya mengabadikan momen perjalanan dengan melihat kearah kabin masinis. Melalui kaca tersebut, beberapa penumpang mengabadikan momen perjalanan ala cabin view yang tidak ada di rangkaian KRL i9000.
Jika dihitung sejak penerbangan perdananya pada 20 Desember 1957, maka pesawat narrow body jarak jauh Boeing 707 saat ini telah berusia 68 tahun. Lantaran dirancang dari airframe yang telah berusia lanjut, saat ini sudah tidak ada, atau mungkin sangat jarang pesawat dengan empat mesin jet ini beroperasi untuk tujuan komersial. Meski begitu, platform Boeing 707 masih terus digunakan di lingkup Angkatan Udara AS (USAF).
Nah, yang menjadi pertanyaan, mengapa desain dasar Boeing 707 masih awet dan lestari diadaptasi sampai saat ini?
Meskipun Boeing 707 sudah lama pensiun dari layanan komersial, Angkatan Udara AS dan militer AS pada umumnya masih mengoperasikan varian militer dari platform ini. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan ini semakin berkurang seiring dengan rencana penggantian armada yang lebih modern.
E-6 Mercury
Meskipun Boeing 707 sudah lama pensiun dari layanan komersial, Angkatan Udara AS (USAF) dan militer AS pada umumnya masih mengoperasikan varian militer dari platform ini. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan ini semakin berkurang seiring dengan rencana penggantian armada yang lebih modern.
Berikut adalah alasan mengapa pesawat berbasis Boeing 707 (dan varian sejenisnya) masih digunakan oleh militer AS hingga saat ini:
1. Keandalan dan Ketahanan Airframe
Boeing 707 adalah salah satu pesawat jet pertama yang terbukti sangat andal dan kokoh. Desainnya yang kuat dan teruji membuatnya cocok untuk misi-misi khusus militer yang sering kali melibatkan beban berat dan jam terbang yang tinggi. Strukturnya memungkinkan modifikasi besar, seperti pemasangan kubah radar, tangki bahan bakar tambahan, atau peralatan komunikasi yang rumit, tanpa mengorbankan integritas struktural pesawat.
KC-135 Stratotanker2. Biaya dan Efisiensi Operasional (Secara Historis)
Dalam banyak kasus, lebih hemat biaya untuk memodifikasi dan memelihara pesawat yang sudah ada daripada mengembangkan dan membeli pesawat baru dari nol. Selama puluhan tahun, militer AS telah berinvestasi besar dalam perbaikan, peningkatan, dan modernisasi armada 707 mereka. Mesinnya telah diganti dengan turbofan yang lebih modern dan efisien, serta sistem avionik dan misi telah diperbarui. Hal ini membuat mereka terus berfungsi secara efektif.
3. Peran Misi Khusus yang Sulit Diganti
Pesawat-pesawat ini tidak digunakan untuk mengangkut penumpang, melainkan untuk peran-peran yang sangat spesifik dan penting, seperti:
AWACS (Airborne Warning and Control System), varian E-3 Sentry adalah contoh paling terkenal. Pesawat ini memiliki kubah radar besar di atasnya yang memberikan kemampuan pengawasan dan komando serta kontrol di udara. Kemampuan ini sangat vital untuk operasi militer skala besar.
Tanker Udara, varian KC-135 Stratotanker adalah varian yang paling banyak digunakan. Meskipun KC-135 dikembangkan dari prototipe Boeing 367-80 dan bukan dari 707 langsung, kedua platform ini sangat mirip dan berbagi banyak komponen, dan KC-135 telah menjadi tulang punggung pengisian bahan bakar udara AS selama beberapa dekade. Meskipun KC-46 Pegasus sedang menggantikannya, proses ini berjalan lambat.
Komando dan Komunikasi Strategis, varian E-6 Mercury digunakan oleh Angkatan Laut AS untuk menjaga komunikasi dengan kapal selam rudal balistik, memastikan adanya “rantai komando” yang tidak terputus.
RC-135 Rivet Joint, merupakan varian pesawat intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR) yang sangat canggih. Tujuannya bukan untuk mengangkut barang atau orang, melainkan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi intelijen elektronik secara real-time kepada para komandan dan pasukan di lapangan.
RC-135 Rivet Joint,4. Tidak Adanya Kebutuhan Mendesak untuk Penggantian Cepat
Meskipun teknologinya sudah tua, pesawat-pesawat ini masih menjalankan misinya dengan baik berkat pembaruan yang terus-menerus. Selain itu, mengembangkan pesawat baru untuk peran-peran khusus ini membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. Contohnya, E-3 Sentry yang sudah tua memang sedang dipertimbangkan untuk digantikan oleh E-7 Wedgetail (berbasis Boeing 737), tetapi proses ini masih dalam tahap perencanaan dan pengadaan yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Namun, perlu diketahui, penggunaan platform Boeing 707 semakin menurun. USAF secara aktif bekerja untuk menggantikan pesawat-pesawat ini dengan platform yang lebih modern dan hemat bahan bakar. Varian E-3 Sentry, E-6 Mercury, dan KC-135 semuanya memiliki rencana penggantian yang sedang berlangsung, meskipun prosesnya berjalan lambat karena tantangan anggaran dan teknis.
Jadi, meskipun “masih banyak digunakan”, penggunaannya terbatas pada peran-peran khusus yang telah dimodifikasi dan diperbarui secara ekstensif, dan keberadaannya adalah cerminan dari biaya besar untuk menggantikan mereka serta keandalan yang telah terbukti dari desain dasarnya.
Upaya sebuah kota pelabuhan di Korea Selatan untuk membangun landmark yang menarik pengunjung menuai kecaman publik. Para kritikus menyebut menara observasi “Big Tree” senilai 34,4 miliar won (S$31,8 juta – US$ 25 juta) sebagai kekecewaan yang mahal.
Big Tree, yang menjulang setinggi 46,5 meter di Changwon, Korea Selatan bagian tenggara, terinspirasi oleh Supertrees yang menjulang tinggi di Gardens by the Bay, Singapura.
Teater ini dirancang untuk menjadi jangkar Taman Daesang, sebuah proyek pengembangan kemitraan publik-swasta senilai sekitar 1 triliun won, dan untuk menarik pengunjung domestik maupun internasional.
Menara ini menawarkan pemandangan 360 derajat Pelabuhan Masan, Pulau Dotseom, dan Gunung Muhaksan. Namun, seperti yang dilaporkan media lokal dan komentar publik baru-baru ini, proporsinya yang pendek, dedaunan buatan yang jarang, dan patung-patung hewan hias yang tidak serasi telah membuat banyak penduduk kecewa.
Changwon, yang dihuni lebih dari satu juta orang, merupakan pusat industri dan pelayaran di dekat ujung tenggara Semenanjung Korea.
Kota ini menjadi “kota khusus” pada tahun 2022 di bawah hukum Korea Selatan, yang memberinya otonomi tambahan atas proyek-proyek pembangunan.
Pejabat kota mempromosikan Big Tree sebagai objek wisata khas yang dapat membantu meringankan masalah pariwisata Korea Selatan yang telah lama terpusat di Seoul.
Menurut Institut Kebudayaan dan Pariwisata Korea, 78 persen wisatawan asing pada tahun 2024 menghabiskan waktu di ibu kota, dibandingkan dengan hanya 16,5 persen di Busan, 11,2 persen di Provinsi Gyeonggi, dan 10,9 persen di Pulau Jeju.
Ketika bus antarkota antarporvinsi (AKAP) kehilangan musik dan siaran televisi karena royalti, apakah penumpangnya akan menurun atau tetap dan bahkan melonjak alias meningkat? Ternyata ini menghadirkan berbagai sikap pernyataan dari pengguna setia bus AKAP.
Dari catatan KabarPenumpang.com, hasilnya adalah pro dan kontra. Sehingga ada penumpang yang tidak masalah dengan tidak adanya lagu atau musik yang diputar, ada pula yang kehilangan hiburan di dalam bus.
Tama pelanggan setia bus AKAP yang berasal dari Bali mengaku, dirinya tidak masalah jika lagu tidak diputar di dalam bus. Dia mengatakan, masih ada Spotify atau Youtube dan platform musik lainnya yang bisa didengar sendiri melalaui ponsel pintar.
“Kalau saya sih tidak masalah ya. Soalnya kan saya juga lebih sering dengar dari Spotify meski nggak berbayar alias gratis. Banyak iklan juga nggak apa-apa, yang penting bisa puas denger musik,” kata dia kepada KabarPenumpang.com.
Tama juga menyebutkan, bahwa selera musik setiap penumpang pastinya berbeda.
“Orang kan suka lagu beda-beda ya. Jadi banyak tuh yang dengerin musik di handphone mereka sendiri,” tambah Tama.
Meski begitu, dia cukup menyayangkan hilangnya musik dalam bus. Menurutnya, banyak juga orang tua yang tidak memiliki ponsel pintar menikmati kehadiran musik di dalam bus.
“Kasiannya ke orang-orang tua yang nggak pakai ponsel pintar ya. Mereka jadi sepi biasanya ada musik kan,” tuturnya.
Pelanggan setia lainnya, Kharis mengaku terbiasa menikmati musik di dalam bus AKAP ketika dirinya bepergian. Menurutnya, jika musik di bus terkena royalti, penumpang akan kehilangan atmosfer.
Dikatakan Kharis, perjalanan akan terasa lebih hening, monoton, dan kurang memiliki warna yang biasanya tercipta dari dentuman musik.
“Saya itu orangnya suka dengan musik di perjalanan, kalau sepi nggak ada musik nggak bisa sambal joget. Mana saya orangnya gampang mabuk, jadi dengan musik bisa mengatasi mabuk perjalanan saya,” ungkap Kharis.
Dia menambahkan, sebagai pecinta bus, pergeseran budaya popular dari ruang publik menuju konsumsi individual, memuat orang-orang akhirnya dihadapkan pada perangkat mereka masing-masing. Dalam hal ini ponsel pintar mereka untuk mencari hiburan.
Sudah tradisi. Ya, itulah kalimat yang memang sudah cocok untuk sebutan rangkaian kereta yang satu ini. Kereta yang rencana dikhususkan untuk masyarakat dengan aktivitas pedagang dan petani ini adalah terobosan baru dari PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) khususnya Balai Yasa Surabaya Gubeng.
Layanan Kereta khusus petani dan pedagang ini dihadirkan bukan hanya sebagai sarana transportasi hasil bumi, tetapi juga untuk melestarikan budaya kereta api yang menjadi denyut nadi ekonomi rakyat.
Kereta khusus ini dimodifikasi dengan mengurangi jumlah kursi dari 106 menjadi 73, pintu diperlebar, serta ruang tengah dibuat lebih lega untuk mengangkut hasil panen. Langkah tersebut merupakan wujud empati KAI terhadap tradisi pasar yang kini dikemas lebih modern.
Desainnya mengedepankan kemudahan akses dan ruang angkut lebih luas. Tempat duduk dipasang sejajar di sisi kiri dan kanan, sehingga ruang tengah lapang untuk hasil pertanian atau barang dagangan, sekaligus memudahkan pergerakan di dalam kereta.
Tapi tahukah kalian, bahwa tradisi kereta yang mengutamakan pedagang maupun petani memang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. KAI sendiri berinovasi untuk kembali menghidupkan tradisi lama kereta pasar yang pernah hadir sejak masa kolonial hingga era PJKA itu.
Dilansir dari berbagai sumber artikel sejarah menjelaskan bahwa kereta ini biasanya mereka membawa hasil bumi seperti pisang, ketela, cabai, jagung, hingga sayur-mayur, serta makanan tradisional seperti nasi uduk, pisang rebus, tape, hingga berbagai aneka kue.
Masyarakat membawa barang dagangan yang sedang menunggu kereta api di peron stasiun. (Foto: Dok. RRI)
Misalnya pada aktivitas petani dan pedagang menggunakan kereta dari wilayah Banten menuju Jakarta yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Para petani biasanya berangkat pukul 04.00 WIB dari Stasiun Rangkasbitung, singgah di sejumlah stasiun lain, lalu turun di Pasar Tanah Abang atau melanjutkan perjalanan ke stasiun lain menggunakan KRL.
Selama ini, rute Rangkasbitung–Tanah Abang menjadi jalur utama mobilitas petani dan pedagang. Namun, keterbatasan muncul karena jalur tersebut juga digunakan penumpang KRL Commuter Line. Selama ini, barang dagangan yang sudah dipersiapkan sejak dini hari harus diangkut dalam waktu singkat saat kereta berhenti hanya sekitar dua menit. Bahkan, sebagian petani dan pedagang memilih menginap di stasiun sejak tengah malam agar tidak tertinggal kereta pertama.
Dengan adanya kereta ini berharap bisa menjadi instrumen penting untuk menekan urbanisasi dan menggerakkan ekonomi desa. Dan kedepannya, konsep serupa bisa diperluas ke jalur kereta lain yang dulunya memiliki layanan kereta lokal, seperti Purwakarta–Kota, Wonogiri–Purwosari, Rancaekek–Bandung, hingga Sukabumi–Kota. Tidak selalu berupa kereta khusus, tetapi juga bisa digandengkan dengan kereta penumpang di lintasan non-KRL.
Masih ramai diperbincangkan soal usulan dibuat kereta khusus perokok ini menjadi sorotan penting bagi warganet di media sosial. Bagaimana tidak, PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) sendiri sudah menempatkan area khusus perokok di lingkungan stasiun dengan posisi berada di ujung stasiun agar tak terkena terdampak dengan penumpang lainnya.
Bahkan tak semua stasiun menerapkan aturan merokok kepada penumpang kereta saat turun ataupun sekedar menunggu kereta di peron. Beberapa contoh yang bisa terlihat pada stasiun-stasiun yang disinggahi Kereta Rel Listrik (KRL) di wilayah Jabodetabek. Penerapan aturan merokok tersebut harus berada di luar stasiun.
Bahkan dengan adanya polemik tersebut hingga Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, menegaskan penolakannya terhadap wacana penyediaan gerbong khusus merokok di kereta api. Menurutnya, ide tersebut tidak sejalan dengan program prioritas pemerintah, terutama dalam sektor kesehatan.
Ilustrasi ruang laktasi di stasiun kereta api. (Foto: Dok. Istimewa)
Gibran menilai keberadaan gerbong merokok juga bertentangan dengan regulasi yang ada. Transportasi publik, termasuk kereta api, merupakan kawasan bebas rokok. Aturan tersebut sudah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024, hingga Surat Edaran Nomor 29 Tahun 2014 tentang larangan merokok di sarana angkutan umum.
Sebagai gantinya, Gibran mengusulkan agar PT Kereta Api Indonesia (KAI) mempertimbangkan penyediaan ruang laktasi di dalam kereta. Ia menilai fasilitas tersebut akan lebih bermanfaat dibanding gerbong merokok. Menurutnya, keberadaan ruang laktasi akan sangat membantu ibu yang bepergian bersama bayi atau balita. Selama ini, banyak penumpang perempuan merasa kesulitan untuk menyusui atau mengganti popok di perjalanan karena keterbatasan fasilitas.
Padahal aturan ketersediaan kereta khusus ibu, anak, dan ibu hamil maupun menyusui sudah ada dan diterapkan pada tahun 2010 lalu. Dimana dari rangkaian kereta api kelas kelas ekonomi yang diantaranya ada satu unit kereta dikhususkan untuk wanita, anak-anak, ibu hamil dan menyusui.
Namun, kereta tersebut tidak sesuai dengan rencana. Penumpang kereta api malah tak memperdulikan kereta khusus tersebut dan bercampur dengan penumpang lainnya termasuk laki-laki. Penerapan kereta tersebut pun tak bertahan lama sampai akhirnya dihilangkan alih-alih saat itu penumpang membludak gunakan kelas ekonomi.
Selain itu kereta khusus laktasi juga akan diterapkan di India. Nantinya akan memiliki proyek kereta cepat yang pertama di negara tersebut. Kereta cepat yang digadang-gadang bakal memiliki rangkaian kereta jenis E5 Shinkansen dan akan dimulai dalam waktu dekat ini juga akan memiliki sebuah ruangan spesial bagi ibu menyusui, ruangan dengan cermin triplet untuk menghias diri, dan toilet khusus yang dirancang untuk bayi bersamaan dengan kamar mandi terpisah untuk pria, wanita, dan penyandang disabilitas.
Kereta cepat jenis E5 Shinkansen juga dilengkapi toilet bayi yang secara khusus dirancang di dalam kamar ganti bayi dan terdiri dari toilet duduk bayi, meja untuk ganti popok, dan wastafel rendah untuk kebutuhan cuci tangan anak-anak. Di kereta cepat E5 Shinkansen juga terdapat ruang multifungsi yang bisa digunakan untuk menyusui dan penumpang sakit serta toilet bagi penumpang pengguna kursi roda.
Sebelumnya usulan kereta khusus perokok disampaikan anggota Komisi VI DPR, Nasim Khan. Hal ini disampaikannya saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Direktur Utama PT KAI, Bobby Rasyidin, beserta jajaran. Nasim beralasan keberadaan gerbong khusus perokok bisa menjadi solusi bagi penumpang yang merokok ketika harus menempuh perjalanan panjang.
Sebelun naik kereta api tentu calon penumpang diharuskan memiliki tiket yang sesuai dengan nama, tanggal dan jam keberangkatan. Maka dari itu petugas kereta api yang berjaga di pintu masuk harus mrmperlihatkan tiket dan kartu identitas yang sesuai saat keberangkatan. Inu berfungsi agar tidak ada kesalahan saat naik kereta api dan menghindari dari penumpang yang tidak bertiket.
Sistem tersebut memang sudah diterapkan dari beberapa tahun yang lalu demi kenyamanan bersama. Namun, penerapan pengecekan kartu identitas secara manual kadang dikeluhkan masyarakat karena sedikit memakan waktu dan hingga terjadi antrian. Apalagi jika dalam keadaan terdesak saat terlambat untuk melakukan boarding, tentu sangat merepotkan bukan? Maka dari itu PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) kini sudah menerapkan sistem pengenalan wajah atau Face Recognition.
Nah, Stasiun Gambir merupakan stasiun pertama yang menerapkan sistem Face Recognition sejak 1 September 2023. Fungsinya tentu bertujuan untuk mempermudah kebutuhan boarding penumpang dengan perjalanan kereta api jarak jauh. Bagi penumpang yang hendak menerapkan layanan ini dapat melakukan registrasi terlebih dahulu.
Penumpang boarding gunakan layanan Face Recognition di Stasiun Gambir. (Foto: Dok. KAI)
Mengutip dari situs resmi KAI, Face Recognition Boarding Gate adalah fasilitas layanan boarding pada area pemeriksaan tiket yang dilengkapi dengan kamera untuk mengidentifikasi dan memvalidasi identitas seseorang melalui pindai wajah yang datanya sudah diintegrasikan dengan data tiket milik penumpang yang ada pada sistem boarding KAI.
Syarat yang dibutuhkan untuk mendaftar layanan Face Recognition Boarding adalah hanya cukup dengan data Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau identitas lainnya yang masih berlaku dan foto diri atau selfie. Berikut langkah-langkahnya:
• Unduh aplikasi Access by KAI, atau update aplikasi KAI Access
• Lakukan masuk akun atau daftar akun terlebih dahulu
• Pilih menu ‘Akun’ lalu klik opsi ‘Registrasi Face Recognition’
• Isi data diri: Nama Lengkap, Nomor NIK, Tanggal Lahir dan Foto Diri
• Pastikan data diri sudah benar dan sesuai, lalu klik ‘Daftar Sekarang’
• Pendaftaran pendaftaran Face Recognition berhasil, proses selesai.
Penerapan sistem Face Recognition kini sudah meluas di beberapa stasiun kereta api di Pulau Jawa dan Sumatera. Sebanyak 22 stasiun sudah gunakan sistem tersebut, untuk memudahkan para penumpang yang ingin gunakan kereta api dan tak perlu repot-repot menunjukkan kartu identitas kepada petugas yang berjaga di area boarding stasiun. Berikut daftar nama-nama stasiun yang sudah terapkan baording dengan Face Recognition:
1. Daop 1 Jakarta:
• Gambir
• Pasar Senen
• Bekasi.
2. Daop 2 Bandung:
• Bandung
• Kiaracondong.
3. Daop 3 Cirebon:
• Cirebon.
4. Daop 4 Semarang:
• Semarang Tawang
• Semarang Poncol
• Pekalongan
• Tegal.
5. Daop 5 Purwokerto:
• Purwokerto
• Kutoarjo.
6. Daop 6 Yogyakarta
• Yogyakarta
• Lempuyangan
• Solo Balapan.
7. Daop 7 Madiun:
• Madiun
• Blitar.
8. Daop 8 Surabaya:
• Surabaya Pasar Turi
• Surabaya Gubeng
• Malang.
9. Daop 9 Jember:
• Jember.
10. Divre 1 Sumatera Utara:
• Medan.
Penerapan Face Recognition Boarding Gate diharapkan semakin mempermudah dalam melakukan perjalanan, karena proses boarding akan jauh lebih cepat, praktis dan tidak memerlukan verifikasi berkas manual. Hal tersebut tentunya akan membuat lebih nyaman dalam menikmati seluruh proses perjalanan menggunakan kereta api.
Garuda Indonesia pada Jumat (22/8) meluncurkan official merchandise store offline pertama yang diberi nama Garuda Indonesia Experience Store. Berlokasi di Area Domestik Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Garuda Indonesia Experience Store menyediakan berbagai produk merchandise resmi Garuda Indonesia serta produk-produk hasil kolaborasi dengan mitra.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani mengungkapkan bahwa keberadaan Experience Store ini akan memudahkan pengguna jasa maskapai untuk mendapatkan berbagai produk merchandise unik dan khas Garuda Indonesia.
“Dengan pendekatan one-stop shopping, Garuda Indonesia Experience Store diharapkan dapat mempermudah dan melengkapi keperluan perjalanan para pelanggan setia maskapai ini. Kami juga berharap keberadaan berbagai merchandise di Experience Store ini memperkuat ikatan emosional dan pengalaman penuh kesan yang pelanggan nikmati selama terbang bersama Garuda Indonesia,” ungkap Wamildan.
Di tahap awal, Experience Store akan menyediakan sedikitnya 58 jenis merchandise eksklusif bertema Garuda Indonesia, meliputi berbagai produk seperti tumbler, kaos, jaket, notebook, topi, bantal, payung, selimut, dan sebagainya. Selain itu tersedia pula produk-produk bertemakan Sky Explorer, hasil kolaborasi Garuda Indonesia dan IP unggulan lokal Tahilalats, seperti lanyard, totebag, gantungan kunci, magnet kulkas, cover koper, miniatur pesawat, hingga boneka.
Experience Store sendiri merupakan toko penjualan merchandise resmi pertama yang dimiliki oleh Garuda Indonesia. Ke depannya, Experience Store akan dikembangkan secara bertahap di beberapa lokasi lain, termasuk di terminal keberangkatan internasional, kantor-kantor penjualan Garuda Indonesia, hingga online marketplace. Merchandise dari Experience Store juga akan tersedia platform penjualan dalam pesawat (sales on board) GarudaShop.
“Ke depannya, Garuda Indonesia akan terus menghadirkan lebih banyak lagi inovasi berupa produk-produk kreatif, yang tidak hanya memberi nilai tambah bagi pengguna jasa, tapi juga mendorong kemajuan brand lokal ekonomi kreatif nasional,” tutup Wamildan.