Penggunaan transportasi umum seperti bus antarkota antarprovinsi (AKAP) menjadi pilihan favorit untuk mudik atau liburan. Selain dilengkapi fasilitas yang cukup mendukung untuk kenyamanan penumpang, tarifnya pun cukup sebanding dengan yang diberikan perusahaan otobus (PO).
Namun, di balik kenyamanan bepergian dengan bus, risiko kehilangan barang sering kali menghantui penumpang. Untuk mencegah hal tersebut, berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menjaga barang bawaan tetap aman selama perjalanan.
1. Gunakan Tas yang Aman dan Mudah Diawasi
Pilih tas dengan resleting kuat dan bawa barang berharga dalam tas kecil yang selalu Anda pegang atau letakkan di depan tubuh. Hindari menyimpan barang penting di rak atas atau tempat yang jauh dari jangkauan.
Baca juga: Mau Nyaman Naik Kereta Api Ekonomi ‘Adu Dengkul’? Yuk, Lakukan Tips Ini2. Pisahkan dan Amankan Barang Berharga
Simpan HP, dompet, dan dokumen penting di tempat yang terpisah dari koper atau tas utama. Jangan pernah meletakkan semua barang berharga dalam satu tas besar yang masuk ke bagasi.
3. Beri Label pada Barang Bawaan
Berikan identitas seperti nama dan nomor kontak pada koper atau tas. Ini dapat memudahkan pencarian jika terjadi kehilangan atau tertukar dengan milik penumpang lain.
4. Waspada Saat Turun dan Istirahat
Selalu cek ulang seluruh barang sebelum turun dari bus. Saat bus berhenti di rest area, jangan tinggalkan barang berharga di dalam bus tanpa pengawasan.
5. Gunakan Gembok dan Tambahan Keamanan
Tambahkan gembok kecil pada ritsleting tas untuk menghindari pencurian saat Anda tertidur atau kurang waspada.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Ini Tips Aman Bagi Pengemudi Bus dan Truk di Malam Hari6. Jangan Terlalu Percaya Orang Asing
Waspadai penumpang lain yang terlalu ramah atau menawarkan bantuan membawa barang, terutama saat di terminal atau saat proses naik-turun dari bus.
Dengan mengikuti tips ini, penumpang diharapkan bisa menikmati perjalanan jarak jauh dengan lebih tenang dan aman. Selain itu, tetaplah waspada dan utamakan keselamatan pribadi selama berada dalam perjalanan.
Bagi yang sering menggunakan kereta api dari maupun menuju luar kota, Stasiun Karawang pasti sangat sering dilewati. Stasiun dengan bangunan besar dan megah ini sekarang tak hanya melayani kereta angkutan lokal saja, namun sudah bisa melayani beberapa perjalanan kereta api jarak jauh.
Menurut sejarah masa lampau, Stasiun Karawang yang terletak di jalan Arif Rahman Hakim (jalan Niaga) ini merupakan stasiun baru atau pindahan dari stasiun lama yang terletak di pertokoan Dewi Sartika Karawang dan diresmikan pada tahun 1930.
Namun sayangnya jejak bangunan stasiun tersebut sudah hilang. Yang kini hanyalah bangunan stasiun yang dikenal masyarakat jika naik kereta api. Karawang sebagai sentra industri padi yang sangat besar perlu tranfortasi yang cukup memadai seperti kereta api untuk memindahkan hasil panen padi ke pabrik-pabrik beras yang sangat banyak sekali di karawang.
Penambahan kanopi di peron Stasiun Karawang, menambah nyaman fasilitas di Stasiun Karawang. (Foto: Tangkapan Layar)
Stasiun Karawang memiliki 4 jalur KA yang tersedia dan semuanya aktif digunakan untuk lintasan kereta api. Selain 4 jalur aktif, 1 jalur digunakan menuju bangunan untuk kereta mekanik yang berada di sebelah timur stasiun atau bekas jalur menuju eks depo lokomotif. Jalur itupun dulunya merupakan jalur cabang menuju Rengasdengklok, Cikampek, hingga Cilamaya. Pada tahun 1911 mulai dirintis pembangunan jalur kereta api di sekitar Karawang, Rengasdengklok, Cikampek, wadas dan Cilamaya. Kereta api pada jalur ini memakai jalur atau trak 600 mm berbeda dengan kereta api yang melayani jalur Karawang – Jakarta yang menggunakan jalur atau trak 1060 mm.
Pada waktu itu kereta api ini disebut trem karena menggunakan trak 600 mm dengan jalur Karawang – Rengas dengklok, Karawang – Wadas, Wadas – Cikampek dan Cikampek – Cilamaya. Jalur – jalur ini mulai tahun 1972 sampai tahun 1984 mulai di tutup atau di non aktifkan (kalah bersaing dengan tranfortasi mobil). A. Karawang – Rengasdengklok.
Stasiun Karawang era tahun 1991. (Foto: Dok. Istimewa)
Selain Stasiun Karawang yang terkenal dengan bangunannya yang merupakan cagar budaya, Karawang saat ini juga memiliki stasiun kereta cepat yang lokasinya berada di selatan dari Jalan Tol Jakarta – Cikampek. Stasiun kereta cepat Karawang melayani penumpang mulai tanggal 3 Januari 2025 lalu dan mulai diramaikan oleh masyarakat wilayah Karawang dan sekitarnya.
Stasiun ini memiliki empat jalur, terdiri dari dua sepur lurus yang hanya digunakan untuk melintas langsung, serta dua sepur belok yang dilengkapi peron sisi. Pada kompleks stasiun ini, terdapat depo di sebelah selatan emplasemen, yang berfungsi untuk menyimpan kereta inspeksi (EMU-CIT) dan gerbong balas.
Bagong yang satu ini bukanlah tokoh pewayangan, tetapi sebuah perusahaan otobus (PO) asal Malang Jawa Timur. Sejarah berdirinya PO Bagong dimulai pada 31 tahun silam atau tepatnya pada 12 September 1994 oleh Hari Susilo.
Momen penting PO Bagong adalah Ketika mulai menapaki sektor pertambangan tahun 1998. Di mana Langkah tersebut mengukuhkan posisi PO Bagong di industri transportasi.
Itu sebabnya PO Bagong memberikan pelayanan khusus dalam usaha memenuhi kebutuhan dengan membuat bus 4×4 yang sangat cocok dioperasikan di medan tambang dengan mengutamakan segi keselamatan dan kenyamanan bagi penumpang. Bisa dikatakan, PO Bagong adalah pionir pengguna bus medium berkapasitas 36 penumpang.
Namun, perjalanan ini tidak terlepas dari tantangan, terutama dengan kepergian salah satu pendiri, Hari Susilo, pada Agustus 2021. Sosok yang dijuluki Ko Hari ini diingat sebagai pemimpin yang visioner dan inovatif.
Untuk diketahui, PO Bagong berawal dari usaha kecil yang melayani trayek-trayek lokal di sekitar Malang. Seiring waktu, perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi salah satu penyedia layanan transportasi darat yang populer di Jawa Timur, terutama untuk rute-rute pendek dan menengah.
Memiliki 2500 armada bus, PO Bagong tidak hanya melayani trayek antarkota antarprovinsi (AKAP), tetapi juga antarkota dalam provinsi (AKDP) seperti Surabaya-Kediri-Tulungagung. Bahkan rutenya pun merambah jalur luar negeri atau antar negara dari Kupang menuju Atambua dan berakhir di Dili yang merupakan Ibu Kota dari Timor Leste.
Keputusan PO Bagong melakukan ekspansi rute ke Timor Leste pun disambut baik para pencinta bus. Saat ini, PO Bagong di bawah naungan PT Bagong Dekaka Makmur yang dipimpin oleh Budi Susilo tidak hanya fokus pada transportasi umum, tetapi juga jasa penyewaan bus.
Dari garasi di Malang hingga menjadi salah satu pemain utama di industri transportasi bus Indonesia, PO Bagong adalah bukti dari sebuah warisan keluarga yang terus berkembang.
PO Bagong memiliki body berwarna biru dengan tulisan berwarna merah. Body bus ini dilengkapi dengan gambar tokoh pewayangan Bagong, Semar, Petruk, dan Gareng serta juga gambar kain jarik.
Pemandangan tak biasa dan mengejutkan pada Senin, 14 April kemarin. Mengabadikan ke salah satu rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) seri 8500 (8518-8618). KRL seri ini diubah livery-nya pada bagian wajah depan dan belakang serta bagian badan KRL yang saat masih belum 100 persen selesai. Banyak menganggap livery dengan warna merah era KCJ (Kereta Commuter Jabodetabek) ini sebagai livery dengan julukan Jalita. Pecinta kereta api pun sudah beranggapan bahwa julukan nama Jalita ini sudah menguat lantaran corak dan warna KRL tersebut bak menggunakan livery legendaris dengan seri KRL yang, yaitu 8500.
Dikutip dari laman IRPS bahwa KRL seri 8500 rangkaian 8613F sendiri merupakan KRL yang dibeli dari Tokyu Railway, sebuah perusahaan kereta bawah tanah swasta di Jepang. Tokyu Railway memiliki nama lengkap Tōkyō Kyūkō Denki Tetsudō Kabushikigaisha, atau Tokyo Express Electric Railway Co., Ltd. Rangkaian ini termasuk ke dalam kelompok kedua KRL seri 8500, berteknologi field chopper control, yang beroperasi mulai tahun 1975 di Jalur Den-en-toshi, secara harfiah berarti “kota kebun”. Jalur ini menghubungkan Stasiun Shibuya dan Stasiun Chuo-Rinkan dengan layanan terusan hingga Stasiun Kuki di Jalur Isesaki dan Stasiun Minami-Kurihashi di Jalur Nikko, keduanya milik Tobu Railway, melewati Jalur Hanzomon milik Tokyo Metro.
Meski belum ada nama bertuliskan Jalita dibagian atas kaca kabin KRL, namun rangkaian dengan livery tersebut masih melakukan tugasnya mengantar penumpang dengan rute Bogor-Jakarta pp. Fyi, meski KRL dengan seri 8500 ini yang hanya satu-satunya berjalan dilintas Jabodetabek, tentu sudah sangat langka ditemukan saat masih beroperasi. Untuk seri KRL Tokyu Railway lainnya sudah tidak digunakan kembali mengingat suku cadang maupun usianya yang tidak sekuat lagi saat dijalankan.
Flashback mengenai KRL “Jalita” ini saat tahun 1999. Divisi Jabotabek dibentuk oleh KAI untuk mengurus operasional KRL komuter di wilayah Jabotabek. Di tahun 2008, statusnya dinaikkan menjadi anak usaha dengan nama KAI Commuter Jabodetabek, yang umum disingkat KCJ. Awalnya, KAI Commuter Jabodetabek mewarisi operasional armada KRL milik KAI tanpa memiliki armada sendiri. Di tahun 2009, KAI Commuter Jabodetabek membeli 1 rangkaian KRL seri 8500 dengan nomor rangkaian 8613F, yang kemudian dikenal dengan nama “JALITA”, akronim dari “Jalan-jalan Lintas Jakarta”, yang langsung menjadi ikon perusahaan.
Rangkaian 8618F sendiri merupakan rangkaian KRL terakhir yang didatangkan oleh KAI Divisi Jabotabek di tahun 2008. Pernah menjadi rangkaian 12 kereta, 8618F menjadi rangkaian KRL seri 8500 terakhir yang saat ini masih beroperasi. Sementara rangkaian KRL eks Tokyu Railway lainnya, termasuk JALITA, telah berhenti beroperasi: 8611F di tahun 2015, 8039F di tahun 2016, 8608F di tahun 2017, 8607F dan 8612F di tahun 2019, serta 8003F, 8604F, dan 8610F di tahun 2010. Rangkaian 8007F hilang secara administratif di tahun 2017 karena bergabung ke rangkaian 8003F dan 8604F.
Agats, ibu kota Kabupaten Asmat, Papua memang unik, karena hampir seluruh kotanya berdiri di atas rawa dan sungai, bertumpu pada jutaan tiang kayu ulin. Di tengah bentang itu, Pelabuhan Agats menjadi denyut kehidupan utama jalur masuk keluar barang dan orang.
Pelabuhan Agats menjadi pusat aktivitas masyarakat dan urat nadi kehidupan Kabupaten Asmat. Pasalnya, banyak warga kampung di Asmat yang datang ke Pelabuhan ini untuk berdagang, mencari kebutuhan pokok, atau hanya sekedar menjemput kerabat.
Pelabuhan ini tidak hanya memfasilitasi perdagangan, tapi juga menjadi tempat berkumpulnya warga. Anak-anak bermain di tepi dermaga, pedagang menjajakan cemilan, dan nelayan sibuk memperbaiki jaring.
Pelabuhan Agats melayani kapal cepat atau speedboat untuk transportasi antar distrik atau kota besar seperti Timika dan Merauke. Selain itu juga ada kapal perintis dan kapal barang untuk distribusi logistik.
Masyarakat lokal juga mengandalkan perahu motor tradisional untuk transportasi mereka antar kampung. Untuk diketahui, pelabuhan ini menjadi jembatan antara peradaban modern dan kekayaan budaya tradisional Asmat. Sebab, membangun pelabuhan di atas rawa tentu tak mudah.
Namun masyarakat Asmat sudah hidup berdampingan dengan air sejak leluhur mereka. Struktur kayu dan jembatan papan bukan hal asing—justru menjadi warisan budaya. Memiliki kondisi geografis yang ekstrem tak membuat Agats tertinggal.
Justru dari pelabuhan inilah, daerah yang dahulu sulit dijangkau kini terbuka pada dunia luar. Pemerintah pun terus mendorong peningkatan fasilitas, termasuk memperluas dermaga dan memperbaiki akses logistik.
Pelabuhan Agats bukan hanya tempat datang dan pergi, tetapi di sinilah cerita Asmat bermula. Dari pelabuhan ini, seni ukir mereka tersebar ke galeri seni dunia. Dari sinilah juga para siswa berangkat sekolah ke kota, dan hasil tangkapan nelayan dikirim ke pasar.
Bagi masyarakat Asmat, pelabuhan adalah penghubung antara tradisi dan modernitas. Sebuah simpul antara masa lalu yang kaya, dan masa depan yang terus bergerak maju di atas papan dan air.
Siapa sangka perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) akhirnya sudah seabad alias 100 tahun melayani operasionalnya di wilayah Jabodetabek. Sejak saat itu KRL Commuter Line, pertama kali beroperasi di Indonesia pada 6 April 1925 dengan nama Elektrische Staatsspoorwegen yang dikelola oleh perusahaan milik pemerintah Hindia Belanda, yaitu Staats Spoorwagen (SS).
Tepat pada 6 April 2025 atau beberapa hari lalu adanya aktivitas kunjungan para pecinta kereta api mengunjungi salah satu bangunan bersejarah di area PLTA Ublug yang berada di wilayah Sukabumi.
Nah, Kali pertama elektrifikasi, diterapkan untuk lintas Tanjungpriok- Meester Cornelis (Jatinegara). Proyek yang dimulai tahun 1923 ini selesai pada 24 Desember 1924. Listrik selanjutnya mengalir ke Gardu Induk Ancol dan Jatinegara. Sementara listrik dari PLTA Kracak juga mendukung suplai LAA lintas Manggarai-Bogor melalui Gardu Induk Depok dan Kedungbadak (Bogor).
Dilansir dari laman IRPS bahwa PLTA Ubrug adalah satu dari dua PLTA yang dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk mengalirkan listrik guna operasional kereta listrik di Jakarta, dahulu Batavia. PLTA ini dibangun mulai 1919 dan beroperasi sejak 1923, mengalirkan listrik 70 kilovolt menuju gardu yang dibangun di Bogor, Depok, Jatinegara, dan Ancol.
PLTA Ubrug adalah PLTA yang menyuplai listrik untuk rute Tanjung Priok-Jatinegara yang merupakan rute pertama kereta listrik di Indonesia yang diresmikan pengoperasiannya oleh anak usaha dari perusahaan kereta api pemerintah kolonial Hindia Belanda, Staatsspoorwegen, yaitu Electrische Staatsspoorwegen pada 6 April 1925.
Para peserta melihat pipa inlet PLTA Ubrug. (Foto: Dok. IRPS)
Pembangunan jaringan kereta listrik di Batavia dilakukan mulai 1924, dengan uji coba jaringan kereta listrik mulai 24 Desember 1924. Pada 1 Maret 1925, jaringan elektrifikasi sudah siap dioperasikan. Saat pengoperasiannya pada 6 April 1925, kereta listrik di Batavia terdiri dari lokomotif listrik untuk menghela KA ekspres dan KA barang, serta KRL untuk angkutan komuter.
Sejak saat itu, kereta listrik menjadi sistem transportasi yang modern dan bersih dari dulu, kini, dan nanti, yang selalu menjadi andalan masyarakat di sekitar wilayah yang dilewatinya. Kereta listrik terus berbenah dan memperluas jaringannya agar menjangkau masyarakat lebih luas, serta menumbuhkan kecintaan dari masyarakat kepada kereta listrik.
Kejutan Spesial Rayakan 100 Tahun Operasional KRL
April 2025 ini memang menjadi momen bersejarah untuk perjalanan KRL yang sudah menginjak usianya satu abad. Namun ternyata pada genap 100 tahun ini rencananya akan menjalankan rangkaian kereta spesial yang bakal menjadi ikonik kejayaan KRL pada waktu jaman Kolonial Belanda dulu. Informasi yang sempat ramai di media sosial akan ada rangkaian khusus menggunakan lokomotif listrik pertama yang nantinya kembali akan di sayembarakan pada festival perayaan 100 tahun perjalanan KRL.
Ya, Lokomotif listrik ESS 3200 dengan julukan “bonbon” ini merupakan lokomotif listrik produksi pabrik Werkspoor yang pernah melayani jalur Batavia hingga ke Buitenzorg. Dan nantinya akan dijalankan bersamaan dengan rangkaiam 2 unit kereta Djoko Kendil. Untuk rute masih dalam pembahasan.
Meskipun begitu kemungkinan rute yang dijalankan masih sama yaitu Jakarta Kota – Kampung Bandan – Ancol – Tanjung Priok. Selain rangkaian tersebut, nantinya juga akan dijalankan KRL dengan livery Jalita yang menggunakan seri 8518. Saat ini KRL tersebut masih aktif sebagai perjalanan reguler lintas Jakarta Kota – Bogor pp. Untuk tanggal pelaksanaan acara masih menunggu info lanjut dari pihak KAI. Kita tunggu saja, ya.
Sering kita melihat bahwa bagian sambungan gerbong atau kereta khususnya di Indonesia pasti adanya alat pengaman. Nah, definisi dari sambungan rangkaian kereta api adalah terhubungnya antara 2 unit gerbong yang saling berkaitan antara gerbong satu dengan gerbong selanjutnya. sedangkan untuk menyambungkan antara gerbong satu dengan gerbong yang lainnya, kita harus menggunakan media yang dinamakan “coupler” penyambung.
Coupler ini akan dipasang pada ujuang badan kereta api, dengan tujuan agar proses penyambungan gerbong satu dengan gerbong yang lainnya bisa menjadi satu rangkian yang panjang. selain untuk menjadi satu rangkaian yang panjang, gerbong yang sudah tersusun rapi juga akan di sambungkan dengan badan lokomotif.
Media yang digunakan ini untuk menyambung rangkaian kereta api ini tidak hanya menggunakan Coupler, tetapi ada beberapa macam media yang wajib di pasang demi menjaga keselematan perjalanan kereta api. Media yang digunakan untuk perlengkapan penyambung / coupler ini, meliputi : alat tolak-tarik, saluran pengereman, dan saluran aliran listrik.
Pada saat ini, lokomotif indonesia lebih sering menggunakan coupler jenis genggam, seperti gambar di samping. cuupler jenis genggam ini dinamakan sesuai dengan penggunaannya, karena akan saling terkait seperti orang bersalaman. dan coupler genggam ini hanya perlu di dorong dan dibenturkan antara gerbong depan dengan gerbong selanjutnya.
Penyambung jenis ini terbilang sangat mudah dan aman, karena mereka akan terkatit dengan bantuan engkol yang hanya dapat di lepaskan oleh teknisi saja. sedangkan kelebihan lain dari coupler genggam ini adalah memiliki 2 fungsi sekaligus yang dapat digunakan sebagai penarik dan pendorong lokomotif sekaligus, tanpa bantuan buffer ‘pendorong’. Tetapi, untuk pemasangan alat pengereman dan aliran listrik, masih tetapi dilakukan secara manual.
Fyi, pada bagian dalam coupler genggam, dipasangi peredam yang terbuat dari karet, dengan tujuan untuk meredam benturan ketika kereta api dalam proses penyambungan. pada bagian coupler yang sering di ganti adalah bagian pengait saja. karena sering dibuka tutup ketika akan di sambungkan.
Selain coupler genggam yang saat ini terbilang aman pada kereta api di Indoesia, pengamanan antar rangkaian kereta api sejak dulu sudah ada. Pada saat lokomotif masih menggunakan penyambung jenis ganco, rantai pengaman yang terdapat pada coupler ganco masih tetap terpasang hingga saat ini.
Tujuan dari rantai ini adalah untuk pengamanan ketika gerbong terputus dengan rangkaian yang lainnya. Rantai pengaman ini juga tidak terlalu baik, karena jika gerbong putus dari rangkaian kereta api, rantai pengaman bisa di katakan akan ikut terputus. Tetapi, setidak-tidaknya akan memberikan kode hentakan yang terasa oleh masinis kalau ada gerbong yang terputus pada bagian belakang.
Jenis coupler ganco dengan rantai pengaman.
Pada saat digunakannnya coupler jenis genggam, kejadian rangkaian terputus sudah jarang terjadi. Disamping itu, coupler genggam juga dipasangi pengereman rem udara yang mampu mengerem secara otomatis ketika terdapat gerbong yang terputus.
Sekalipun PT KAI memiliki sistem pengereman udara, tidak semua gerbong yang ada di Indonesia dipasangi sambungan seperti ini. Karena pada sistem pengereman lokomotifnya menggunakan pengereman secara manual dan yang dapat mengerem lokomotif ini hanyalah petugas pegereman / PLKA. Kalau saja terjadi rangkaian terputus, maka siap-siap saja gerbong akan berjalan sendiri. Tetapi, rantai pengaman sudah pasti dipasang di rangkaian gerbong. Mengingat untuk memberikan kode kepada masinis berdasarkan hentakan ketika gerbong terputus dari rangkaiannya.
Setelah beberapa waktu lalu Pemerintah Tangerang Selatan (Tangsel) menambah armada bus sekolah. Ternyata ada banyak fakta menarik tentang bus sekolah ini.
Penasara apa saja fakta tentang bus sekolah di Tangsel? Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, berikut beberapa fakta terkait dengan bus sekolah di Tangsel.
1. Bernama Bus Trans Anggrek
Pada awal perdana mengaspal Bernama bus Trans Anggrek. Di mana bus tersebut untuk mengangkut masyarakat umum dan dilaunching oleh Wali Kota Tangsel terdahulu yakni Airin Rachmi Diany. Namun, perjalanan Trans Anggrek tidaklah berjalan lancar karena kurang diminati masyarakat umum. Sehingga akhirnya dipakai sebagai bus sekolah untuk mengangkut para pelajar.
2. Khusus anak sekolah
Beroperasi pada pagi, siang dan sore hari, bus ini gratis untuk semua pelajar di Tangsel. Masyarakat umum tidak diperbolehkan untuk menumpang bus ini. Bus sekolah ini melayani Sembilan rute.
3. Bus sekolah gratis melayani 9 rute
Berikut rute bus sekolah gratis:
Rute 1
Melati mas – Tandon Ciater (SMPN 11 Kota Tangerang Selatan) (PP)
Rute 2
Kantor Polsek Serpong – Pamulang Permai (SMPN 17 Kota Tangerang Selatan) (PP)
Rute 3
Komplek Dosen UI – Kel. Cirendeu (SMPN 2 KotaTangerang Selatan)
Rute 4
Kantor Kecamatan Serpong Utara – Paku Alam (SMPN 16 Kota Tangerang Selatan)
Rute 5
Perumahan South City – SKH Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Rute 6
Bus Stop Sasak Tinggi – SKH Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Rute 7
Kantor Kecamatan Pondok Aren – SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan
Rute 8
Bus Stop Perumahan Pondok Kacang Prima – SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan
Rute 9
Halte Alun – Alun Pamulang – SKH Assalam
4. Anak sekolah berkebutuhan khusus
Bus sekolah tidak hanya digunakan oleh pelajar biasa, tetapi dua dari sepuluh bus ini dikhususkan untuk pelajar berkebutuhan khusus. Ini diberikan khusus karena Pemkot Tangsel ingin anak kebutuhan khusus juga merasakan manfaat dari bus sekolah. Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan menyatakan, 2 bus untuk antar jemput dikhususkan untuk ABK, demi keamanan dan kenyamanan para ABK.
“Dua bus dikhususkan untuk ABK, karena ABK ini kan treatmentnya berbeda, dan mereka juga membutuhkan sekali bus ini,” ujar Pilar beberapa waktu lalu.
5. Tambahan bus
Pilar mengaku, pihaknya akan melihat lebih jauh efektivitas dari sepuluh bus sekolah gratis ini. Bila memungkinkan dan semakin banyaknya peminat, bus sekolah kedepannya kan ditambah.
“Kita lihat efektivitasnya ya, kalau dirasa perlu ada penambahan, nanti kita tambah, kalau masih ada yang belum terakomodir. Tapi kita lihat tahun ini,” ujarnya.
Siapa yang tak mau perjalanan KRL Commuter Line yang saat ini hanya sampai Stasiun Cikarang bisa diperpanjang hingga Stasiun Karawang. Padahal wacana ini sudah direncanakan sejak tahun 2019 lalu. Pada 2024 lalu saat jumpa pers bersama Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi sempat menyinggung perpanjangan rute KRL sampai Karawang. Sebelumnya perpanjangan ini sempat jadi wacana sejak 2019.
Sayangnya belum jelas waktu yang disebutkan Menhub tersebut, apakah target beroperasi atau waktu memulai pembangunan. Adapun saat ini untuk rute Timur jalur KRL hanya sampai Cikarang, Kabupaten Bekasi, meskipun perpanjangan KRL hingga Karawang sudah jadi wacana lama.
Sejumlah pihak menilai wacana proyek perpanjangan jaringan Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line ke Karawang memang harus dilakukan. Ini karena angkutan rel perkotaan menjadi solusi untuk mengatasi padatnya kawasan perkotaan seperti Jabodetabek.
Ilustrasi penumpang KRL di area peron stasiun.
Memasuki tahun 2025 ini proyek perpanjangan tersebut belum sama sekali ada perkembangan yang mengabarkan bahwa rencana itu benar-benar akan dijalankan. Mengutip dari media online Karawang Bekasi bahwa hingga Bupati Karawang , Aep Syaepuloh terus mendorong percepatan pembangunan KRL itu hingga menjangkau wilayah Karawang. Pasalnya, hingga saat ini layanan KRL Commuter Line hanya beroperasi baru sampai Stasiun Cikarang, sehingga menyulitkan mobilitas warga Karawang yang bekerja di luar kota maupun para pekerja yang pulang ke wilayah Karawang.
Menurut Aep, pemerintah pusat perlu memandang serius urgensi proyek ini, mengingat Karawang merupakan salah satu kawasan industri terbesar di Indonesia dengan tingkat mobilitas tenaga kerja yang sangat tinggi. Ia pun sangat menyambut baik dukungan dari pihak Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta yang siap mendorong pengusulan proyek ini kepada Kementerian Perhubungan. Sementara dukungan tersebut direspon baik oleh Executive Vice President (EVP) Daop 1 Jakarta, Yuskal Setiawan yang memberi dukungan atas rencana pengembangan jalur KRL ke Karawang. Menurutnya, integerasi moda transportasi harus terus diperkuat agar pelayanan terhadap masyarakat semakin optimal.
Saat ini perjalanan kereta api di Stasiun Karawang baru melayani angkutan kereta api lokal Commuter Line Walahar/Jatiluhur dengan rute Cikarang-Cikampek dan Purwakarta pp. KA Lokal ini dikenakan tarif Rp3.000 hingga Rp4.000 untuk sekali perjalanan. Meskipun tidak diwajibkan memilih kursi, namun kekurangan dari KA Lokal ini adalah keterbatasannya jumlah penumpang. Jika pada jam tertentu tiket terjual habis, maka penumpang diharuskan membeli tiket pada jam berikutnya.
Hari ini, 44 tahun lalu yang bertepatan dengan 14 April 1981, selalu diingat sebagai momen besar dalam pencapaian besar di dunia penerbangan dan luar angkasa. Persisnya, untuk pertama kali, pesawat ulang-alik (space shuttle) mendarat kembali di Bumi. Pesawat space shuttle yang dimaksud adalah Colombia.
Baca juga: Intip Boeing 747 yang Disulap Jadi NASA Space Shuttle
Dari situs resmi NASA, disebutkan pendaratan pertama Space Shuttle dilakukan oleh pesawat ulang-alik Colombia pada 14 April 1981. Misi ini dikenal sebagai misi STS-1 dan menjadi penerbangan pertama dari program pesawat ulang-alik NASA.
Setelah dua hari di orbit, Colombia kembali ke Bumi dan berhasil mendarat dengan aman di landasan pacu Edwards Air Force Base di California, Amerika Serikat. Pendaratan ini menjadi momen penting dalam sejarah penerbangan antariksa karena menandai dimulainya era penerbangan pesawat ulang-alik dan membuka jalan bagi penjelajahan angkasa lebih lanjut.
Pesawat ulang-alik Colombia diluncurkan ke orbit pada tanggal 12 April 1981 dari Kennedy Space Center di Florida dengan dua astronaut, John W. Young dan Robert Crippen, di dalamnya.
Pada tanggal 14 April 1981, roda belakang pesawat ulang-alik pengorbit Columbia mendarat di danau kering Rogers di Pangkalan Angkatan Udara Edwards, Pusat Penelitian Penerbangan Armstrong NASA (d/h Pusat Penelitian Penerbangan Dryden), di California selatan, untuk berhasil menyelesaikan masa tinggal di ruang lebih dari dua hari.
Area pangkalan udara disisihkan untuk publik melihat pendaratan, dan kerumunan berjumlah lebih dari 200.000 orang, dengan beberapa perkiraan setinggi 300.000 pengunjung yang berbondong-bondong ke situs tersebut. Media dari seluruh dunia menambah kerumunan, saat truk radio dan TV dari segala bentuk dan ukuran berdatangan dari mana-mana.
Baca juga: Inilah Space Shuttle Café, Food Truck Bertema Pesawat Luar Angkasa
James Young, Kepala Sejarawan Pusat Uji Penerbangan Angkatan Udara di Edwards AFB, mengingat pendaratan dengan baik. “Anda hanya harus berada di sana untuk mendengar, bahkan merasakan, dentuman ganda dari dentuman sonik,” kata Young. “Sungguh kegembiraan yang luar biasa untuk melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya, untuk menyaksikan peristiwa bersejarah seperti itu.”