Dampak Grab Akuisisi Uber, Tarif di Filipina Melonjak Hampir 50 Persen

Uber mundur di dunia aplikasi ride sharing Asia Tenggara. Mundurnya Uber dan bergabung dengan Grab dikeluhkan oleh para pengguna aplikasi ride sharing tersebut. Pasalnya, pengguna mengatakan, tarif menjadi lebih tinggi dari biasanya sebelum Uber hilang dari dunia ride sharing. Baca juga: Diakuisisi Grab, CEO Uber: “Ini Taktik Untuk Tingkatkan Profit” Namun, perusahaan jaringan transportasi atau The transport network company (TNC) tersebut menekankan bahwa itu tidak mengambil keuntungan dari situasi dan menjelaskan bahwa tarif mereka masih dalam batas yang disetujui oleh pemerintah. KabarPenumpang.com melansir dari laman inquirer.net (17/4/2018), bahwa kenaikan tarif Grab pada jam sibuk di Filipina pada Senin (16/4/2018) pagi sangat mengejutkan banyak pengguna yang terpaksa mencari transportasi lain. Joyce Yu salah satu pengguna akhirnya memilih bus dari North Avenue ke Ortigas karena Grab mengenakan tarif P450 atau sekitar Rp118 ribu untuk perjalanan saat itu, yang biasanya hanya P250 atau Rp66rb. Beberapa warganet yang menggunakan Twitter menuliskan kekecewaan mereka atas tarif Grab yang tinggi berkisar P300 hingga P600 atau Rp79 ribu sampai Rp158 ribu. Contohnya seperti perjalanan yang menempuh jarak 6,5 km dari Makati ke Manila pada pukul 08.00 pagi waktu setempat membuat tarif melambung hampir P300 yang biasanya hanya P150. Pada Minggu lalu, the Land Transportation Franchising and Regulatory Board (LTFRB) meminta Grab untuk segera menurunkan batas harga dari dua kali tarif reguler menjadi hanya 1,5 kali saat memproses TNC baru yang akan menggantikan Uber. Manager Komunikasi Grab Filipina, Fiona Nicolas mengatakan, sementara mereka telah menerapkan laju lonjakan baru yang dikenakan oleh LTFRB dan tarif mungkin tetap tinggi karena terbatasnya jumlah pengemudi. “Onboarding untuk TNVS (transport network vehicle services) belum mencapai 100 persen, sementara sebagian besar, penumpang Uber sudah mengunduh aplikasi Grab. Transfer pengemudi dari Uber ke Grab masih berlangsung,” ujar Fiona. Kepala Bagian Grab Filipina, Brian Cu sebelumnya telah menjelaskan, bahwa sementara ada peningkatan hingga 70 persen dalam pemesanan penumpang mereka dan pengemudi yang ada hanya bertambah sekitar 30 persen saat ini. Uber sendiri diketahui sudah mengofflinekan aplikasinya di Filipina setelah Grab mengakuisisi operasi di Asia Tenggara pada 25 Maret 2018 lalu. Langkah Uber sendiri sesuai dengan instruksi LTFRB agar berhenti sebagai TNC mulai 16 April 2018 kemarin, meskipun ada perintah dari Philippine Competition Commission untuk melayani publik sambil menunggu peninjauan kembali kesepakatannya dengan Grab. Untuk melindungi masyarakat dari kenaikan tarif Grab, the National Center for Commuter Safety and Protection (NCCSP) meminta LTFRB untuk mempercepat akreditasi TNC baru Lag Go, Hype dan Owto. Baca juga: Hadirkan Layanan Sepeda Listrik di Negeri Paman Sam, Uber Akuisisi JUMP “Ini adalah kewajiban pada LTFRB untuk menyetujui aplikasi ini. Kami berpikir bahwa LTFRB harus cepat sehingga akan ada persaingan,” kata kepala NCCSP, Maricor Akol. Pada saat yang sama, LTFRB meminta publik untuk melaporkannya kepada pengemudi Grab yang pemilih, termasuk mereka yang memaksa penumpang untuk membatalkan pemesanan mereka. Dikatakan bahwa menunjukkan perintah penyebab akan dikeluarkan terhadap driver ini yang harus menjelaskan mengapa waralaba mereka untuk beroperasi tidak boleh dicabut. Kejadian ini juga terjadi di Indonesia, seorang penumpang yang berangkat dari sekitaran Cilandak menuju Bandara Halim Perdanakusuma yang awalnya di aplikasi hanya Rp48 ribu, namun saat tiba menjadi Rp69 ribu. Beberapa pengemudi Grab car baik Jakarta maupun luar Jakarta mengatakan, hingga saat ini belum merasakan dampak akuisisi Grab pada Uber tersebut.

Unik! Penumpang ini Sandera Awak Kabin Air China Menggunakan Pena

Teror yang terjadi di dalam perjalanan udara kembali terjadi baru-baru ini. Kali ini, bukan penumpang yang menjadi sandera, melainkan awak kabin. Akibat insiden yang dilakukan oleh seorang penumpang ini, akhirnya maskapai Air China yang tengah berada dalam perjalanannya menuju Beijing terpaksa melakukan pendaratan darurat di kota Zhengzhou. Uniknya, si penumpang tidak menggunakan senjata tajam atau benda berbahaya lainnya untuk menyandera korban, melainkan dengan sebuah pena. Baca Juga: Pembajakan Pesawat Terlama, 39 Hari Kelam Penumpang El Al Flight 426 Seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman independent.co.uk (16/4/2018), Administrasi Penerbangan Sipil China membenarkan bahwa seorang penumpang berjenis kelamin laki-laki telah menyandera seorang awak kabin maskapai Air China dengan nomor penerbangan CA1350 dengan menggunakan sebuah pena. Si penumpang beraksi tak lama setelah maskapai tersebut lepas landas dari Changsha Huanghua International Airport, pada Minggu (15/4/2018) pagi. Pihak kepolisian yang menangani kasus ini pun mengidentifikasi tersangka sebagai seseorang yang memiliki riwayat penyakit mental. “Secara tiba-tiba ia menangkap seorang pramugari dan menyanderanya dengan menggunakan pena,” ungkap salah seorang petugas kepolisian. Karena kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan, akhirnya kapten pesawat memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di kota Zhengzhou. Civil Aviation Authority mengatakan masalah ini berhasil ditangani oleh kepolisian tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Banyak saksi yang mengatakan bahwa penumpang mulai disiagakan ketika mendengar salah seorang awak kabin mulai menangis karena drama penyanderaan ini.
“Suara tangisan membangunkan saya dan sebagian penumpang lain yang tengah tertidur. Kami tidak mengetahui sumber tangisan tersebut,” ungkap salah seorang saksi mata kejadian tersebut. Penumpang lain yang juga berada di dalam penerbangan tersebut mengatakan drama penyanderaan ini terjadi antara di kelas bisnis atau First Class, ia tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi karena tirai pemisah kelas tertutup rapat. Baca Juga: Neerja Bhanot – Mengenang Tameng Hidup Tragedi Pan Am Penerbangan 73 Setibanya di darat, para penumpang sudah melihat kerumunan petugas darat, ambulans, dan juga petugas kepolisian yang siap ‘menyambut’ kehadiran si penyandera. Untungnya, tidak ada yang terluka dalam insiden ini. Hingga kini, pihak kepolisian masih belum merilis hasil pemeriksaan lebih lanjut dari tersangka yang disinyalir berusia 41 tahun ini.

Di Tengah Pesimisme, Dirut Jakpro Optimis LRT Jakarta Bisa Digunakan Saat Asian Games 2018

Rangkaian kereta Light Rapid Transit (LRT) Jakarta yang didatangkan dari Korea Selatan, tiba pada Jumat (13/4/2018) kemarin. Rangkaian ini nantinya akan digunakan untuk membawa para kontingen Asian Games 2018 yang akan di selenggarakan di Jakarta Agustus hingga September mendatang. Baca juga: Kebut Persiapan Asian Games 2018, PT INKA Mulai ‘Cicil’ Pengiriman LRT Palembang Direktur Utama PT Jakpro, Satya Hergandhi mengatakan, LRT rute Kelapa Gading-Veledrome bisa digunakan sebelum Asian Games 2018. “Saya optimis sebelum Agustus kereta dan jalur sudah siap melayani main line,” ujarnya yang dikutip KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber. Satya mengatakan, proses pembangunan fisik termasuk depo LRT di Jalan Pegangsaan II sudah mencapai 70 persen hingga awal April 2018. Dia menambahkan pihaknya akan mengupayakan segala cara untuk mempercepat penyelesaian fisik serta prasarana yang menunjang. “Pemasangan rel sudah selesai. Saat ini kami tengah memasang persinyalan dan sistem telekomunikasi. Mudah-mudahan sebelum Agustus sudah selesai,” ucapnya. Pernyataan Satya ini seperti berbanding terbalik dengan ucapan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. “LRT tidak bisa di Asian Games itu, tersisa empat bulan. Venue-nya kan banyak, ada di Senayan, Kemayoran, Sunter. Ada enam tempat di Jakarta ini. Ini tidak mungkin (menunggu LRT selesai),” ujar JK. Dengan hal ini, JK menyarankan agar dibuat jalur khusus bus bagi kontingen dan pemangku kepentingan saat Asian Games 2018 mendatang untuk menggantikan tidak siapnya LRT. Adanya permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan LRT, JK menambahkan, hal tersebut perlu koordinasi dengan pemerintah pusat yakni Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta beberapa BUMN. “Ini semua harus terkoordinasi. Kalau LRT tidak terkoordinasi dengan MRT, tidak terkoordinasi dengan busway (Transjakarta), itu nanti orang akan bingung. Oleh karena itu, harus ada otoritasnya. Tapi yang soal ini, yang terjadi di kota ini selalu bermasalah,” kata JK. Tak hanya itu, Budi Karya juga mengatakan, LRT yang dibangun di Jakarta tidak akan selesai untuk mendukung pelaksanaan Asian Games 2018. Budi Karya mengatakan karena LRT tidak bisa menjadi transportasi bagi peserta Asian Games, maka Kementerian Perhubungan akan menyediakan bus yang akan mengantar para peserta dari tempat penginapan menuju ke lokasi perlombaan dan pertandingan. Namun, dia mengatakan untuk LRT Palembang diyakini bisa beroperasi sebelum perhelatan olahraga terbesar se-Asia tersebut. Baca juga: LRT Kelapa Gading-Velodrome Progress Pengerjaan 67 Persen “LRT Jakarta tidak selesai untuk Asian Games. Ini pengamatan saya. Saya tidak tahu ada masalah apa. Bisa juga masalah tanah. LRT Palembang bisa beroperasi saat Asian Games sehingga semua atlet akan menggunakan LRT,” kata Budi Karya. Diketahui panjang jalur LRT Jakarta dari Kelapa Gading Hingga Veledrome adalah sembilan kilometer. Nantinya jika selesai akan dilanjutkan dengan Veledrome-Dukuh Atas sehingga terhubung dengan kereta bandara dan KRL di Dukuh Atas serta MRT. Sedangkan jalur LRT Palembang kurang lebih sekitar 23,5 km yang akan dilayani 14 rangkaian ketera dengan tiga kereta per rangkaian.

Setelah 45 Tahun, Jalur Kereta Api Kamboja-Thailand Dibuka dengan Sejumlah Syarat

Perang Sipil yang meletus di Kamboja pada 1970 membawa dampak besar, selain puluhan ribu nyawa melayang, infrastruktur transportasi pun ikut  menjadi korban, seperti jalur kereta yang menghubungkan antara ibu kota Kamboja Phnom Penh dan Bangkok sebagai ibu kota Thailand. Dan setelah 45 tahun berlalu, jalur kereta sepanjang 48 kilometer tersebut dibangun kembali dan beroperasi pada Rabu (4/4/2018) melewati kota di perbatasan Kamboja, Poipet dan Sisophon. Baca juga: Gunakan Armada ‘Sementara’, Menteri Transportasi Kamboja Resmikan Layanan Kereta Bandara KabarPenumpang.com melansir dari laman scmp.com (4/4/2018), sayangnya beberapa bagian dari rel kereta antara Sisophon dan Phnom Penh masih dalam tahap renovasi dan pekerjaan tersebut diharapkan selesai akhir tahun 2018 ini. Sebenarnya renovasi ini juga dilakukan untuk membuka kembali jaringan kereta api dari ibu kota Phom Penh di Kamboja dengan Bangkok di Thailand. Namun, hal tersebut belum bisa dipastikan kapan akan kembali beroperasi secara utuh. Sebab, Menteri Transportasi Kamboja, Sun Chantol mengatakan, pihaknya masih melakukan negosiasi dengan Thailand terkait masalah perbatasan yang belum selesai. Diketahui, jalur kereta api yang selesai pada Februari 2018 lalu ini, menambahkan rute transportasi baru ke Southern Economic Corridor serta memiliki jalur yang akan menghubungkan Bangkok melalu iPhnom Penh ke kota Ho Chi Minh di Vietnam Selatan. Sebenarnya panjang bentang rel antara kota Phom Penh dan Poipet adalah 386 km yang selesai pada 1942 silam dengan waktu pengerjaan 13 tahun. Namun tahun 1973 lalu sekitar 48 km rel tersebut rusak berat yang menghubungkan Sisophon dan kota perbatasan Poipet karena perang sipil di Kamboja. Untungnya tahun 2009 lalu, Asian Development Bank memberikan US$13 juta atau sekitar Rp179 miliar untuk membangun kembali jalur sepanjang 42 km. Hal ini menyisakan enam kilometer, agar pemerintah Kamboja yang meneruskan pembangunan jalur tersebut. Baca juga: Museum Kereta Api Bondowoso, Saksi Sejarah Gerbong Maut Pengangkut 100 Pejuang Kemerdekaan Awalnya segmen ini akan selesai pada pertengahan 2016 lalu, tetapi di tunda beberapa kali karena masalah hukum dan sengketa tanah. Menurut Direktur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Transportasi Kamboja, Vasim Soraya, sengketa tersebut bermasalah dengan penduduk yang tinggal di sepanjang rel kereta api itu.

Departemen Perhubungan Naikkan Permintaan Pajak Layanan, Maskapai Justru Lepas Tangan

Pajak yang dibebankan maskapai penumpang di Indonesia sudah termasuk dalam tiket. Hal ini sebenarnya untuk memudahkan penumpang dan maskapai dalam pelayanannya. Namun, masalah lain saat ini dirasakan oleh China Easter Airlines, lantaran maskapai tidak bertanggung jawab untuk membayar pajak layanan (service tax). Dimana biaya layanan penumpang dan pajak lainnya yang dikumpulkan dari penumpang sebagai bagian dari pertimbangan. Baca juga: Pajak Bandara di Beirut Naik, Masyarakat Lakukan Demonstrasi KabarPenumpang.com melansir dari laman taxscan.in (12/4/2018), hal ini mengesampingkan tatanan terdakwa dari pendapatan China Eastern Airlines dari Delhi Customs, Excise and Service Tax Appellate Tribunal (CESTAT). Pemohon China Eastern Airlines merupakan maskapai yang menyediakan layanan transportasi penumpang dan barang melalui udara. Perselisihan dalam kasus ini adalah berkenaan dengan departemen penerbangan yang menaikkan permintaan atas Biaya Layanan Penumpang atau Passenger Service Fees (PSF) dan pajak lainnya seperti pajak internasional. Pajak ini merupakan pajak yang dikumpulkan maskapai penerbangan sebagai bagian pertimbangan ketika tiket yang dibeli dan dikeluarkan untuk penumpang. Pemohon yang merasa tersinggung menantang adanya urutan pendapatan tersebut dengan mengajukan banding ke Tribunal ini. Petinggi yang terdiri dari Presiden Keadilan Satish Chandra dan Anggota Teknis V Padmanabhan juga sudah mendengar pertikaian yang di ajukan oleh apa yang dinilai. Petinggi yang mendengar resital dan bergantung pada keputusan dalam kasus Royal Jordania Airlines dan Ors. Vs. CST, Delhi. Hal ini dimana telah diadakan sesuai dengan pemberitahuan No.12/2010 yang dibuat pada tanggal 12/02/2010 lalu dimana pajak wajib yang dibebankan oleh pemerintah pada penumpang udara akan dikeluarkan dari nilai kena pajak. Baca juga: Demi Pembangunan Terminal 5, Bandara Changi Kutip Pajak Hingga S$15 Per Penumpang Ini ditujukan untuk retribusi pajak sehingga pajak layanan tidak dibayarkan oleh pemohon yang dalam hal ini China Eastern Airlines. Dalam keterangan kasus tersebut, Tribunal menyatakan, bahwa biaya layanan penumpang dan pajak lainnya yang dikumpulkan dari penumpang adalah bagian dari pertimbangan dimana seharusnya tidak dibawa ke dalam pajak layanan.

Bandara Cape Town Berubah Nama di Wikipedia Menjadi Bandara Internasional Winnie Madikizela-Mandela

Apa jadinya jika sebuah bandara berubah nama dan Wikipedia menyetujuinya serta ikut mengganti? Ya, ini baru saja terjadi pada Bandara Internasional Cape Town yang berubah nama menjadi Bandara Winnie Madikizela-Mandela. Baca juga: Sah! Stasiun Sudirman Baru Ganti Nama Jadi Stasiun BNI City Pasalnya, pengubahan nama tersebut setelah Pemimpin Front Kebebasan Ekonomi atau Economic Freedom Front (EFF) Julius Melma menyerukan agar bandara Cape Town diganti namanya saat pemakaman Winnie Madikizela-Mandela di stadion Orlando di Johannesburg, Sabtu (14/4/2018). KabarPenumpang.com melansir dari laman capetownetc.com (15/4/2018), bahwa penggantian nama Bandara Internasional Cape Town di setujui setengah jam kemudian oleh Wikipedia yang mengubah rincian di halaman bandara tersebut. Wikipedia menuliskan Bandara Internasional Winnie Madikizela-Mandela sebelumnya dikenal sebagai Bandara Internasional Cape Town. Diketahui, selama pidatonya, Malema meminta ANC untuk menghormati Winnie dengan mengganti nama bandara. Adanya perubahan ini juga karena masyarakat yang menuliskan petisi meminta Presiden Cyril Ramphosa untuk perubahan. Petisi tersebut berada di situs Change.org yang menyatakan “Winnie Madikizela-Mandela, Ibu dari Bangsa, harus dihormati untuk kepemimpinannya dalam perjuangan kemerdekaan untuk mengakhiri Apartheid.” “Bandara Internasional Cape Town harus diganti namanya menjadi Bandara Internasional Winnie Madikizela-Mandela untuk menghormatinya atas semua pengorbanan, kesulitan dan siksaan yang dia tanggung pada semua orang Afrika Selatan untuk mengakhiri Apartheid, kejahatan terhadap kemanusiaan.” Sebelum adanya petisi, gagasan untuk mengubah nama bandara, bagaimanapun telah mengumpulkan banyak perbincangan di media sosial yang meminta nama bandara Cape Town diubah untuk mengenang Winnie. Dalam lampiran di Wikipedia Bandara Internasional Winnie Madikizela-Mandela adalah satu-satunya bandara di wilayah metropolitan Cape Town yang menawarkan layanan penumpang terjadwal. Beberapa masyarakat menuliskan di akun Twitter mereka tentang nama bandara baru ini. Baca juga: Ternyata 9 Jenis Barang Ini Sering Tertinggal di Bandara Lho! “Perubahan nama Bandara Internasional Cape Town adalah apropos karena ibu kota akan benar-benar MENJADI ibu kota bandara tepat dinamakan setelah uMam ‘Winnie Madikizela Mandela,” tulis @sungodess. Jika di telisik dalam lampiran Wikipedia Bandara ini memiliki terminal domestik dan internasional. Dalam sejarahnya bandara Winnie Madikizela-Mandela dibuka pada tahun 1954. Winnie Madikizela-Mandela merupakan istri dari Nelson Mandela sejak 1958 hingga keduanya berpisah pada Maret 1996 lalu.

Dianggap Sempit dan Tak Nyaman, Kursi KA Ekonomi Premium Penumpang Akan Diganti

Kereta ekonomi premium namanya, jenis kereta anyar ini jelas mencerminkan nuansa segar dan modern, baik pada eksterior dan interior gerbongnya. Siapa pun yang pertama masuk punya ekspektasi tinggi pada peranakan kelas bisnis dan ekonomi ini. Namun dibalik ‘keindahan’ interior gerbong ekonomi premium, sejumlah keluhan mengemuka dari para penumpangnya. Baca juga: “Kelas Ekonomi Rasa Eksekutif,” PT KAI Siap Luncurkan 66 Gerbong Ekonomi Premium Jarak antar kursi yang sangat sempit dibandingkan kereta bisnis menjadi alasan utama, bagi penumpang yang punya tinggi di atas 175 cm ditaksir akan kesulitan untuk meregangkan kaki. Tuntutan pun mengemuka, sebagian pecinta kereta Indonesia menginginkan kembalinya PT KAI mengoperasikan gerbong kelas bisnis. Penghapusan kelas bisnis sendiri pernah terealisasi pada 2016 lalu dimana KA Senja Utama, Fajar Utama dan Mutiara Selatan menggunakan rangkaian K3-16 yang juga disebut ekonomi plus. Namun karena banyaknya keluhan yang timbul beberapa minggu kemudian kebijakan tersebut dihapuskan dan kembali dengan kereta rangkaian bisnis. KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, bahwa kereta K3 tersebut kemudian digunakan pada KA Argo Parahyangan. Alasan pengguna kereta meminta kelas bisnis dikembalikan karena jarak antar tempat duduk yang terlalu sempit dan kursi yang digunakan lebih tegak dibandingkan dengan kelas bisnis. Memang harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan dengan kelas bisnis. Adanya permasalahan ini juga sempat dibuat petisi untuk mengganti KA premiun dan kembali menjadi kereta bisnis. Diketahui, KA premium ini menggantikan KA bisnis pada 28 September 2016 saat ulang tahun KAI ke 71. Langkah ini sebenarnya menandakan berakhirnya eksistensi kelas bisnis dan digantikan rangkaian baru kelas ekonomi buatan PT INKA. Ada lima set sejak tahun 2014, dari luar kereta sangat bagus dan membuat decak kagum. Interior pun mentereng. Sayang persoalan timbul pada kursi dan jarak antar kursi yang sempit. Sebenarnya kursinya cukup empuk tetapi terasa kaku dan tak bisa diatur (reclining seat) dengan sandaran yang tegak membuat punggung lelah. Untuk tempat kaki dan berselonjoran adalah hal langka dan banyak yang mengeluh apalagi orang tua dengan perjalanan cukup jauh dan waktu tempuh lebih dari delapan jam. Kondisi duduk sempit ini bisa memicu penyakit Deep Vein Trombosisi (DVT) yakni penggumpalan darah di dalam pembuluh darah, yang umumnya menyerang daerah persendian di sekitar kaki. Baca juga: Terbang Nonstop Lebih dari 16 Jam, Ini Yang Mungkin Terjadi Pada Anda Untuk ibu hamil dan ibu menyusui ini adalah hal yang merepotkan. Mungkin sebagian besar akan berpikir dan memilih duduk di lantai daripada harus duduk menyiksa. Bahkan seseorang yang memiliki tinggi di atas 175 cm akan merasakan nyeri dengan kondisi seperti itu. Adanya masalah di atas rupanya direspon cepat oleh PT KAI. Gerbong kelas bisnis seperti yang saat ini dipakai Fajar/Senja Utama nantinya tetap akan diganti, karena sudah menua. Sebagai solusinya PT KAI akan melakukan modifikasi pada jarak tempat duduk kereta ekonomi premium secara bertahap.

Terdengar Mudah, Namun Inilah Tugas yang Terlupakan dari Tiara Alincia dan 84 Masinis MRT Jakarta

Beberapa waktu yang lalu, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (MRTJ), Agung Wicaksono menyampaikan bahwa perusahaan yang tengah mematangkan pengadaan dari layanan Mass Rapid Transit pertama di Indonesia ini akan mengerahkan tenaga dari sejumlah kaum hawa sebagai masinisnya. Memang agak sedikit unik ketika mendengar pernyataan tersebut, namun begitulah kenyataannya. Baca Juga: Lima Wanita Tangguh Jadi Masinis MRT Jakarta Pada Kamis (12/4/2018) kemarin, bertempat di Depo 1 Lebak Bulus, Jakarta Selatan, satu dari lima masinis wanita yang dipekerjakan oleh PT MRTJ menampakkan batang hidungnya. Adalah Tiara Alincia Fitri, sang masinis MRTJ wanita pertama yang tampak mendampingi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Wanita 21 tahun lulusan Akademi Perkeretaapian Indonesia ini nantinya akan ditugaskan sebagai tenaga pendamping moda otonom produksi Nippon Sharyo, Jepang. Secara harfiah, sebenarnya moda otonom seperti yang digunakan oleh MRT Jakarta ini tidaklah membutuhkan tenaga masinis, karena hampir semua urusan pengoperasiannya dijalankan dari pusat kendali. Namun dengan mengedepankan aspek keselamatan, akhirnya PT MRTJ memutuskan untuk menambah tenaga manusia di dalam kabin masinis. Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari sumber internal, nantinya Tiara dan 84 masinis MRT Jakarta akan ditugaskan untuk menutup pintu secara manual ketika kereta sedang transit. Sedangkan untuk proses membukanya akan dilakukan secara otomatis. “Terkait keselamatan, karena proses menutup (pintu) merupakan salah satu fase krusial,” tutur sumber internal di PT MRTJ tersebut. Tidak hanya itu, para tenaga pendamping moda otonom ini juga bertanggung jawab untuk menghidupkan mesin ketika hendak beroperasi. “Walaupun semuanya sudah mengedepankan otomatisasi, namun untuk urusan menyalakan sistem kereta tetap dilakukan secara manual,” tandasnya. Baca Juga: MRT Jakarta Adopsi Teknologi CBTC, MRT di Jepang Justru Belum Meskipun terdengar mudah, namun sebenarnya pengawasan yang dilakukan oleh otoritas PT MRTJ sendiri bisa dibilang sangat ketat. Setiap tenaga pendamping moda otonom tidak diperkenankan untuk mengoperasikan gadget selama jam kerja. Mereka pun tidak bisa mengendap-endap menggunakan gadget mereka, karena kabin masinis diawasi penuh oleh kamera pengawas. Jika kedapatan melanggar, maka mereka akan dikenakan sanksi yang sebelumnya telah disepakati.

Ditelantarkan di Stasiun Dua Dekade Lalu, Wanita ini Kembali ke Cina Demi Lacak Orang Tua Kandung

Kasus penelantaran anak yang selama ini sering kita dengar di media ternyata tidak hanya terjadi di dalam negeri saja, pun di luar negeri. Kendati dilatarbelakangi oleh banyak alasan, namun tindakan tersebut tetaplah tidak manusiawi. Hal inilah yang dialami oleh seorang wanita berkebangsaan Cina bernama Wei Fang, dimana dirinya ditelantarkan oleh kedua orang tuanya di sebuah stasiun kereta api di Negeri Tirai Bambu, puluhan tahun yang lalu. Baca Juga: Tak Sampai 24 Jam, Cina Rampungkan Pembangunan Stasiun Ini! Kini Wei Fang sudah bertumbuh menjadi remaja yang tengah berusaha untuk menemukan orang tua kandungnya. Kejadian ini berawal ketika Wei Fang yang baru berusia dua tahun, ditinggalkan kedua orang tuanya di Guiyang Railway Station. Entah benar Wei Fang ditelantarkan begitu saja oleh kedua orang tuanya, atau mungkin ia terpisah dari kedua orang tuanya, Wei pun tidak bisa mengingat semuanya dengan jelas. Sebagaimana yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman scmp.com (12/4/2018), Wei yang kala itu masih balita tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa menangis berharap seseorang dapat menolong dan membawanya kembali ke orang tua kandungnya. Petugas stasiun Guiyang yang menyadari keberadaan Wei langsung membawanya ke pusat informasi dan menyebarkan pengumuman. Sayangnya, tidak ada satupun yang datang untuk menjemput Wei. Petugas stasiun tersebut lalu memutuskan untuk membawa Wei menuju panti asuhan yang ada di Provinsi Guizhou. Wei kecil menghabiskan waktu sekitar dua tahun di panti asuhan tersebut, sebelum akhirnya sepasang Belanda datang dan mengadopsinya. Di bawah asuhan kedua orang tua angkatnya ini, Wei Fang pun dibawa terbang menuju Negeri Kincir Angin dan berganti nama menjadi Vera. Vera pun bertumbuh menjadi pribadi yang ceria, namun kerap kali menangis di malam hari karena memikirkan tentang status sebagai anak adopsi yang melekat di dirinya. “Kadang status sebagai anak adopsi membuat saya merasa terhina di sekolah,” tutur Vera. “Matamu hitam dan kulitmu kuning, apa kamu orang Cina?” imbuhnya seraya menirukan pertanyaan teman-temannya di sekolahan. Vera alias Wei Fang ini hanya bisa berasumsi, mengapa kedua orang tuanya tega menelantarkannya. “Mungkin kondisi mereka saat itu sedang sangat sulit,” ungkap Vera berandai-andai. Akhirnya pada tahun 2010 silam, Vera memutuskan untuk kembali ke Tanah Airnya hanya demi mencari kebenaran tentang orang tua kandungnya. Kedua orang tua angkatnya pun tidak merasa keberatan dengan jalan yang dipilih Vera tersebut. Guna memudahkan langkah untuk menemukan kedua orang tua kandungnya, Vera lalu mendaftarkan diri di Guizhou University di Guiyang. Seperti yang sudah disinggung di atas, Vera sendiri memiliki keterbatasan memori tentang keluarga kandungnya dan ia berencana untuk menghabiskan waktu satu tahun lagi di Provinsi Guizhou. Hal tersebut ia lakukan hanya demi menemukan kedua orang tua kandungnya. Baca Juga: Buang Stigma Jorok, Cina Lakukan Revolusi Toilet di Kereta Api Diketahui, beragam cara sudah ditempuh Vera. Mulai dari menitipkan DNA-nya kepada pihak kepolisian, hingga mencari bantuan dari kampanye yang dipimpin pemerintah untuk membantu mencari anak-anak yang hilang. Namun sayang, usaha-usahanya tersebut tidak membuahkan hasil. Hanyalah sisa luka bakar pada punggung tangan kanan Vera yang diharapkan dapat memudahkan langkahnya untuk melacak keberadaan orang tua kandungnya. “Saya sadar bahwa upaya pencarian ini sangatlah sulit, mengingat keterbatasan informasi yang saya miliki. Namun jika saya tidak mencoba setiap kemungkinan, saya pasti akan sangat menyesal. Jadi apapun hasilnya kelak, saya harus tetap berusaha,” jelas Vera. Menurut laman sumber, upaya terakhir yang dilakukan Vera adalah dengan menyebarkan selembaran di distrik sibuk Provinsi Guiyang bersama teman-teman dari Guizhou University.

Tak Lagi Gunakan Format Bilik, PT KAI Siap Luncurkan Layanan Sleepers Train Lebaran 2018 Mendatang!

Bagi Anda yang selama ini menantikan kehadiran dari layanan Sleepers Train yang sempat hilang dari rel di Indonesia pada awal tahun 1990-an, nampaknya Anda akan bergembira seraya PT KAI yang secara resmi akan mengoperasikan layanan ini pada Hari Raya Idul Fitri mendatang. Menganut prinsip yang hampir serupa dengan layanan First Class yang ada di dunia aviasi, Sleepers Train ini dipercaya akan bertengger di atas kelas Priority, kelas paling mewah yang dimiliki oleh PT KAI saat ini. Baca Juga: Mengenal Eksotisme Layanan Kereta Tidur di Indonesia Sebagaimana yang dihimpun KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro mengatakan bahwa beberapa Sleepers Train ini akan datang sebelum Lebaran 2018 mendatang. “Sebelum Lebaran ini empat kereta tersebut akan datang. Kami berharap, Lebaran nanti bisa dioperasikan,” tutur Edi, dikutip dari laman Kompas.com (14/4/2018). Seperti yang sudah disinggung di atas, nantniya para pengguna layanan Sleepers Train ini dapat mengatur tempat duduknya hingga ke posisi tidur, persis seperti bangku First Class. Tidak berhenti sampai di situ, penumpang juga dapat menikmati beberapa fasilitas penunjang kenyamanan lainnya, seperti televisi, sajian makanan, dan lain sebagainya. “Penumpangnya bisa betul-betul selonjoran buat tidur. Kami siapkan ini untuk kereta jarak jauh, dari Jakarta ke Surabaya,” ungkap Edi sembari membocorkan rute uji coba dari kereta tidur ini. “Sudah waktunya Indonesia memiliki angkutan umum mewah yang tidak kalah dengan yang ada di luar negeri,” tandasnya. Edi menambahkan, semisal Sleepers Train ini ternyata banyak digandrungi oleh penumpang, bukan tidak mungkin jumlah armadanya pun akan meningkat sesuai dengan permintaan penumpang. Untuk kapasitas, kereta ini sendiri mampu menampung 17 hingga 18 kursi penumpang di setiap gerbongnya. Kendati belum ada konfirmasi resmi terkait formasi gerbong dalam satu rangkaian, namun untuk soal harga per-trip, Edi menaksir akan berada diatas layanan eksekutif dan Priority. “Perkiraan di atas Rp900.000 untuk rute Jakarta – Surabaya,” tutur Edi. Oleh karena itu, PT KAI akan melakukan tes pasar guna menetahui animo masyarakat. “Kami ‘test case’ dulu apakah memang masyarakat menghendaki kereta sleeper ini yang betul-betul bisa tidur selonjoran. Tarif sedang dihitung mudah-mudahan satu sampai dua hari ini keluar tarifnya,” kata Edi, dikutip dari sumber lain. Baca Juga: Hadirkan Sleeper Train, Siapkah PT KAI Hapus Bayangan “Masalah” Sosial KA Bima? Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, PT KAI akan menggunakan armada yang kini tengah dikembangkan oleh PT INKA untuk layanan Sleepers Train ini. Guna menghindari masalah sosial, PT KAI tidak akan lagi menggunakan sistem bilik seperti yang pernah digunakan KA Bima 1 dan 2. KA Bima sendiri terkenal sebagai pelopor layanan Sleepers Train di Indonesia, dimana pada tanggal 1 Juni 1967 silam tercatat sebagai tanggal pengoperasian pertama dari kereta tidur ini.