Salah satu petinggi Airbus yang tak ingin disebutkan namanya mengungkapkan bahwa produsen pesawat asal Eropa itu akan kembali memutar otak. Salah satu yang akan dipertimbangan dalam waktu dekat adalah pemangkasan produksi pesawat terlaris mereka, seri A320 (beserta turunannya).
Baca juga: Wabah Corona Dorong Airbus Kirim Pesawat e-Delivery
Dirunut dari beberapa bulan sebelumnya, rencana Airbus untuk memangkas kapasitas produksi merupakan sebuah implementasi dari rancangan besar perusahaan dalam menghadapi anjkloknya inudstri penerbangan.
Kala itu, sekira bulan April, Airbus mengumumkan pihaknya akan memangkas kapasitas produksi menjadi sekitar sepertiga. Termasuk di dalamnya mengumumkan hanya akan memproduksi 40 pesawat A320 per bulan. Angka tersebut masih sangat mungkin untuk kembali diturunkan bila keadaan tak kunjung membaik, sekalipun wabah corona sudah mulai mereda dan mulai memasuki periode recovery.
Kurva proses recovery akan menjadi acuan perusahaan untuk mengambil langkah besar untuk beberapa bulan mendatang, setidaknya selama kuartal III 2020, apakah (kurva recovery-nya) berbentuk “V-shaped” atau “L-shaped”.
Bila kurva berbentuk “V” atau “V-shaped”, dimana industri penerbangan sudah mulai meningkat tajam setelah mencapai titik terdalam (anjlok drastis), maka Airbus mungkin akan kembali meningkatkan kapasitas produksi.
Sebaliknya, bila kurva berbentuk “L-shaped” atau kondisi dimana iklim industri penerbangan masih lesu, seperti sekarang ini, saat hampir seluruh maskapai di dunia masih menggrounded armada mereka, sekalipun wabah dinilai sudah mulai menurun dan banyak negara sudah mulai menatap recovery dengan melonggarkan kebijakan lockdown, Airbus besar kemungkinan belum akan meningatkan kapasitas produksi. Bahkan sangat mungkin malah menurunkannya. Belum tersedianya vaksin di pasaran diklaim menjadi salah satu biang keladi mengapa masyarakat tak kunjung mulai bepergian saat wabah mulai menurun.
Pemangkasan produksi A320 mungkin akan menjadi salah satu musibah lanjutan Airbus di beberapa bulan mendatang. Sebab, pesawat narrowbody yang pertama kali dilaunching pada 1984 tersebut menyumbang sebagian besar produksi dan perputaran uang perusahaan.
Baca juga: Backlog A320neo Buat Airbus Selamat dari Krisis Imbas Wabah Corona
Terbukti, ketika produsen pesawat yang berbasis di Toulouse, Perancis, itu hanya mengirimkan sekitar 12 pesawat (A320) di bulan April akibat penghentian operasional (mengikuti kebijakan lockdown) dan pembatalan pesanan besar-besaran oleh maskapai, Airbus mengalami kerugian besar; sekalipun angka tersebut juga ditunjang oleh penjualan pesawat lainnya, seperti A350, A330, A220. Pesanan di bulan Mei juga diprediksi sebagian pengamat juga tak kalah buruk, meskipun angka pastinya baru akan diumumkan pekan ini.
“Tujuan kami adalah menyelesaikan stabilitas baru untuk menyesuaikan diri dengan dunia baru (The New Normal) pada Juni. Kami akan memiliki gambaran yang lebih rinci; itu tidak boleh berubah secara signifikan dibandingkan dengan apa yang telah kita lakukan, tetapi itu bisa sedikit berubah,” kata CEO Airbus, Guillaume Faury, pada akhir April lalu, sebagaimana dikutip dari Bloomberg.