Thursday, December 5, 2024
HomeDarat"Tanggung," Stasiun Kedua Tertua di Indonesia, Masih Beroperasi dan Jadi Cagar Budaya

“Tanggung,” Stasiun Kedua Tertua di Indonesia, Masih Beroperasi dan Jadi Cagar Budaya

Namanya memang Stasiun Tanggung dan menjadi stasiun kereta api nomor dua tertua dan masih beroperasi hingga kini. Terletak di Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah, stasiun Tanggung merupakan stasiun kereta api kelas III atau stasiun kecil.

Baca juga: Hari ini 156 Tahun Lalu, Jalur Kereta Api Penumpang Pertama di Indonesia Resmi Beroperasi

Berada di ketinggian +20 meter dari permukaan laut, stasiun Tanggung masuk dalam Daerah operasional (Daop) IV Semarang dan memiliki dua jalur dengan jalur dua sebagai sepur lurus. KabarPenumpang.com mengabarkan dari berbagai sumber, awalnya stasiun Tanggung memiliki lebar rel 1435 mm yang merupakan standar Eropa, kemudian pada masa penjajahan Jepang, jalur rel tersebut digeser hingga menjadi 1067 mm sampai sekarang.

Stasiun ini memiliki gaya arsitektur Swiss Chalet yang berasal dari Swiss dan biasanya bentuk bangunan tersebut digunakan pada lumbung, kandang ataupun rumah tinggal. Gaya ini sangat sederhana tetapi sangat cantik bila melihat dari sisi seninya. Ciri Swiss Chalet ini bisa terlihat di bagian atap pelana yang diberi dekorasi dan ekspose tiang konstruksi.

Namun entah bagaimana gaya arsitektur milik pegunungan Swiss dipakai untuk gaya stasiun ini. Ada kemungkinan, gaya arsitektur ini sesuai dengan bangunan stasiun Tanggung yang kecil dengan tanpa mengurangi nilai estetika atau keindahannya.

Stasiun Tanggung memiliki empat ruang pada bangunan stasiunnya yakni ruang kepala stasiun yang juga digunakan untuk loket, gudang, ruang tunggu dan ruang PPKA.

Gaya arsitektur Swiss Chalet terlihat di bangunan Stasiun Tanggung tempo dulu

Stasiun ini pertama kali dibangun tahun 1867. Kemudian pada 1910 dibangun kembali dan berdiri hingga saat ini dan mengalami perubahan bentuk atap dari yang semula berupa kombinasi atap pelana pada bagian atas dan atap jurai di bagian bawah menjadi bentuk atap pelana serta teras berkanopi dibagian depan dan overstek di bagian belakang.

Diketahui, stasiun ini sudah empat kali direnovasi, yakni pertama tahun 1984, kedua setelah banjir 1996 tepatnya tahun 1997, ketiga kali renovasi pada tanggal 15 Maret 2000 dan terakhir kali banjir pada Desember 2006 tepatnya pada bulan Februari 2007.

Pada pertengahan tahun 1980an, stasiun ini pernah hendak dibongkar dan ditempatkan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, untungnya tidak jadi dan tetap berada di tempatnya semula. Stasiun ini juga sudah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya berdasarkan UU Cagar Budaya No.5/1992.

Ada beberapa keunikan yang terlihat dari stasiun ini, yang pertama saat masuk akan terlihat sebuah tugu peringatan dengan tulisan “Di Bumi iniliah kita bermula” sebagai pegingat sejarah bermulanya kereta api di Indonesia. Keunikan kedua adalah sebuah rumah tua kecil yang dulunya menjadi rumah dinas kepala stasiun Tanggung dan masih ada hingga saat ini.

Baca juga: “Baso,” Bukan Cuma Makanan, Tapi Juga Nama Bekas Stasiun di Sumatera Barat

Karena sulitnya moda transportasi umum ke stasiun ini, akhirnya stasiun Tanggung beralih fungsi sebagai stasiun pemantau. Saat ini satu-satunya kereta api yang berhenti di stasiun Tanggung adalah KA Bangunkarta tujuan Jakarta untuk bersilang dengan sesamanya tujuan Surabaya yang melintas langsung.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru