Kenaikan tarif KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line Jabodetabek tak terhindarkan. Bila tak ada aral melintang, tarif KRL mulai naik per 1 April 2022 sebesar Rp2.000 per 25 km, 35 km, 45 km, 55 km pertama. Ada sejumlah alasan yang mendasari kenaikan tarif.
Baca juga: Tekan Pencurian Barang di KRL, KAI Commuter Pasang Kamera Canggih di 10 Stasiun Sibuk
VP Corporate Secretary PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter, Anne Purba, mengungkapkan, selama ini operasional KAI Commuter di masa pandemi dan sebelumnya terus-menerus disokong oleh pemerintah.
Kalau kenaikan tarif sebesar Rp2.000, lanjutnya, belum tentu cukup untuk rata-rata perjalanan satu orang penumpang. Di masa pandemi ini, Anne menyebut satu orang penumpang rata-rata disubsidi pemerintah lebih dari Rp14.000 per perjalanan.
Andai subsidi penumpang KRL Jabodetabek oleh pemerintah terus naik di tahun ini, jangkauan KAI Commuter tidak akan berkembang luas.
“Di 2022 ini kita coba cek lagi, kalau terus subsidinya naik kapan KRL kita bisa sampai Karawang, kapan KRL kita bisa lebih banyak di Rangkasbitung, kapan kita bisa melayani di luar Jabodetabek, saat ini baru ada di Jogja-Solo,” jelas Anne.
Selain itu, dari pengalaman pribadinya, Anne juga mengaku miris karena transportasi di Medan, kampung halamannya, sangat minim dan masyarakat butuh effort sangat tinggi dari dan ke suatu tempat.
Secara data, pengalaman Anne memang sejalan dengan besaran alokasi subsidi pemerintah. Menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, subsidi KRL Jabodetabek cukup besar di tahun 2021 mencapai Rp1,7 triliun, jauh dibandingkan subsidi Angkutan Jalan Perintis untuk 332 rute se-Indonesia yang hanya Rp134 miliar.
Karenanya, subsidi Kereta Api, yang pada tahun ini turun atau dikurangi menjadi Rp3,2 triliun dari sebelumnya Rp3,448 triliun di tahun 2021, dinilai wajar. Semata agar rakyat Indonesia yang lainnya turut menikmati subsidi transportasi murah selain KRL.
Kembali ke persoalan kenaikan tarif KRL Jabodetabek, Anne Purba, juga menyebutkan kalau beberapa tahun ke depan kereta yang saat ini ada harus direvitalisasi.
“KRL yang ada sekarang dua, lima, 10 tahun ke depan pasti harus diganti dan ini harus disupport agar kita mendapat layana transportasi yang lebih baik,” tutup Anne.
Baca juga: Banyak Masukan, Tarif KRL Jabodetabek Ada Kemungkinan Tak Naik untuk di Bawah 25 Km
Terkait KRL yang harus diganti, itu memang benar adanya. Pada Rabu (19/1) sampai Kamis dini hari, KAI Commuter dilaporkan kontributor KabarPenumpang.com sudah mengirim beberapa KRL yang tak layak pakai atau KRL konservasi dari Depo KRL Depok ke Stasiun Pasir Bungur.
Urutan rangkaian KRL konservasi yang dibawa tahap pertama adalah Lokomotif CC 201 89 02 ( Depo Induk Tanah Abang ) + 1081 + 1082 + 1083 + 1084 + B 0 14 19 + B 0 14 29 + k1 0 99 11 + k1 0 99 02.