Friday, May 2, 2025
HomeHot NewsAmerika Serikat Telat, Baru Akan Mulai Rapid Test Covid-19

Amerika Serikat Telat, Baru Akan Mulai Rapid Test Covid-19

Semenjak pandemi Covid-19, untuk bepergian baik di dalam negeri sendiri maupun negara luar, setiap penumpang diwajibkan memiliki hasil tes negatif Covid-19. Hal ini untuk mencegah penyebar luasan virus tersebut ke daerah atau negara yang akan dikunjungi pelancong. Biasanya maskapai penerbangan akan meminta hasil dengan cara tes cepat atau rapid tes.

Baca juga: Enak Banget, Penumpang Etihad Bisa Rapid Test dan PCR Test Covid-19 di Rumah! Begini Teknisnya

Namun, ternyata Amerika Serikat mengalami keterlambatan besar dalam melakukan uji Covid-19 dengan cepat karena para dokter dan ilmuwan mengatakan jenis tes diagnostik lainnya dapat mengurangi tekanan pada laboratorium. Bahkan bisa dikatakan, tes cepat ini memberikan hasil dalam waktu beberapa menit, sedangkan alat berbasis laboratorium akan memakan waktu berhari-hari.

“Setiap hari mereka menunggu adalah hari lain mereka perlu karantina, atau jika tidak, itu hari lain mereka bisa menulari orang lain,” kata Dr. Keith Jerome dari Universitas Washington yang dikutip KabarPenumpang.com dari nbcnews.com (23/7/2020).

Dia mengatakan, jika hasil tes didapat dalam waktu 20 menit, Anda akan dapat mengambil tindakan segera. Pada Rabu (22/7/2020) kemarin, National Institutes of Health mengumumkan apa yang disebut upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk meningkatkan teknologi pengujian. Upaya ini didanai US$1,5 miliar sebagai stimulus federal, dan program ini akan fokus pada pembuatan tes cepat dan mendistribusikannya secara lebih luas.

Presiden Donald Trump juga menjanjikan pengujian yang lebih cepat selama pengarahannya. Dr Breet Giroir yang mengawasi pengujian Covid-19 nasional mengatakan, bahwa dirinya mengarapkan lima juta tes tambahan dengan sasaran 20 juta atau lebih di September mendatang.

Tes ini akan memberikan hasil cepat karena sample tidak dikirim ke laboratorium dan dimasukkan langsung ke mesin yang bertempat di ruang dokter atau rumah sakit. Nantinya mesin melakukan analisis, yang awalnya butuh berjam-jam kini hanya beberapa menit untuk mendapatkan hasil seperti pengecekan flu atau tes strep yang digunakan sebagian besar dokter.

Enam tes perawatan diotorisasi oleh Food and Drug Administration, termasuk dua tes antigen, yang mencari protein tertentu dalam virus daripada bahan genetik. Meskipun tes cepat tampaknya menjanjikan, masalah yang signifikan mencegah lebih banyak dokter untuk menggunakannya.

Sebab sebagian besar tidak seakurat tes berbasis laboratorium dan dalam beberapa kasus, mereka dapat memiliki tingkat negatif palsu yang sangat tinggi. Joseph Petrosino, direktur virologi molekuler dan mikrobiologi di Baylor College of Medicine bahkan membandingkannya dengan makan di restoran cepat saji.

“Jika Anda pergi ke restoran gourment, Anda tidak mengharapkan makanan Anda siap dalam lima menit. Tapi jika Anda sedang bepergian dan membutuhkan makanan cepat saji, kualitas makanan biasanya merupakan pengorbanan, dibandingkan dengan restoran gourmet. Itu hal yang sama di dunia pengujian,” kata dia.

Salah satu tes cepat yang lebih populer, tes point-of-care ID Abbott Labs, yang menjanjikan hasil hanya dalam lima menit dan pernah digembar-gemborkan oleh Gedung Putih, mendapat kecaman dalam beberapa pekan terakhir setelah sebuah penelitian kecil menemukan bahwa itu mengembalikan negatif palsu untuk hampir 50 persen sampel tertentu dibandingkan dengan tes saingan. Sementara penelitian lain menemukan hasil yang lebih akurat, itu sudah cukup bagi FDA untuk mengeluarkan peringatan pada bulan Mei, ini karena badan tersebut telah menerima 147 laporan kejadian buruk tentang tes tersebut.

Baca juga: Meski Beda Prosedur, Lufthansa dan Lion Air Hadirkan Layanan Rapid Test Covid-19

“Kenyataannya adalah mencoba melakukan ini dengan sangat cepat, kombinasi yang cepat dan sensitif ternyata benar-benar sebuah tantangan,” kata Dr. Christopher Polage, direktur laboratorium mikrobiologi klinis di Duke University Health System.

Polage mengatakan pengujian Covid-19 adalah proses yang panjang. Di laboratorium, para ilmuwan menggunakan reagen khusus yang memperkuat atau menyalin bahan genetik sampel untuk menguji virus.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru