Summer Time! Saatnya orang-orang di luar sana menikmati liburan musim panas yang sudah mereka nantikan sejak lama. Namun khusus untuk Benua Kangguru, Australia, minat traveling dari penduduknya mulai menurun. Hipotesa ini diambil dari maskapai terbesar di sana, Qantas yang menyebutkan bahwa pendapatan pihak maskapai untuk musim panas tahun ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tidak hanya Qantas, pun halnya dengan penyedia jasa perjalanan wisata kenamaan asal Aussie, Flight Centre juga mengeluhkan hal yang sama. Ada apa sebenarnya?
Baca Juga: Ternyata, Qantas Airways Itu Merupakan Singkatan dari…
Seperti yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman abc.net.au (22/8), laba bersih yang berhasil dibukukan oleh pihak perusahaan berada di angka AUD$891 juta atau yang setara dengan Rp8,6 triliun kurs sekarang – merosot AUD$62 juta dari tahun lalu. Bahkan, pendapatan sebelum kena pajak malah menunjukkan angka yang lebih menukik tajam – turun 17 persen ke angka AUD$1,3 miliar.
Di sini, pihak Qantas mengatakan bahwa mungkin saja penurunan pendapatan perusahaan ini diakibatkan karena meningkatnya harga bahan bakar yang pada akhirnya berimbas pada meningkatnya harga tiket pesawat. Kendati begitu, CEO Qantas Alan Joyce agaknya lebih legowo dengan mengatakan bahwa ini disebabkan oleh sepinya permintaan dari penumpang.
“Memang permintaan di pasar mengalami penurunan, dan hal ini merupakan dampak dari meningkatnya harga bahan bakar – namun kami tetaplah salah satu grup maskapai terbaik di dunia,” tutur Alan mencoba tetap optimis.
Hampir senasib – namun sedikit lebih beruntung dari Qantas, unit perjalanan wisata Flight Centre membukukan laba yang meningkat 0,1 persen ke angka AUD$263,8 juta per 30 Juni 2019. Keuntungan tersebut merupakan kombinasi dari meningkatnya bisnis perjalanan ke luar negeri dari Flight Centre dan stagnansi permintaan perjalanan domestiknya.
Baca Juga: Tekan Limbah, Qantas Tahun Ini Stop Penggunaan Boarding Pass Berbahan Kertas
Ke depannya, direktur pelaksana Flight Centre Graham Turner tidak berharap tren itu akan berubah banyak selama tahun depan, dengan peluang pertumbuhan utama Flight Centre di luar negeri, dan berharap ada perbaikan dari permintaan perjalanan domestik.
“Di Australia, kami mengharapkan pemulihan sektor rekreasi secara bertahap seiring berjalannya waktu, beriringan dengan pulihnya iklim perdagangan pengaplikasian strategi perusahaan,” tutur Graham.