Pesawat Fokker-100 sempat mengalami masa kejayaan di era 1980-an. Namun pesawat itu kemudian hilang pamor dan tidak lagi dilirik, hingga akhirnya dihentikan produksinya pada 1990an. Pesawat yang pertama kali diproduksi pada 1986, untuk menggantikan Fokker F28 Fellowship yang ukurannya lebih kecil ini ditenagai oleh dua mesin jet Rolls-Royce RB.183 Tay.
Menurut situs Badan Penerbangan Sipil Finlandia, Finavia, ongkos operasional Fokker-100 sangat rendah sehingga maskapai bisa mendapatkan untung bahkan jika hanya 30 persen kursi yang terisi. Itulah salah satu alasan mengapa pamor pesawat besutan Anthony Fokker ini sempat naik daun pada masanya.
Akan tetapi, sekalipun era Fokker-100 sudah sirna, hal itu tak lantas menjadikan pesawat berkapasitas 122 penumpang dalam satu kelas itu lenyap dari muka bumi. Di tengah hegemoni duopoli Airbus Boeing seperti sekarang ini, masih ada belasan maskapai di dunia yang masih mengoperasikan pesawat yang terakhir kali dilaporkan jatuh di Kazakhstan itu.
Dilansir Simple Flying, Alliance Airlines tercatat menjadi maskapai terbesar yang masih mengoperasikan twin jet dengan jarak tempuh sejauh 2.700 km ini. Maskapai charter yang berbasis di Brisbane, Queensland, Australia ini tercatat memiliki 27 pesawat Fokker 100 dengan rata-rata umur pesawat mencapai 30 tahun.
Terpaut 10 pesawat, QantasLink menjadi maskapai kedua terbesar dengan mengoperasikan sebanyak 17 armada Fokker 100. Maskapai regional Australia yang juga anak perusahaan Qantas ini mengandalkan Fokker 100 untuk menghubungkan kota-kota besar di Australia serta timur dan barat Negeri Kanguru. Maskapai yang berbasis Sydney, Australia itu bersaing ketat dengan Virgin Australia Regional yang juga mengoperasikan sebanyak 14 unit Fokker 100, dengan ceruk pasar yang hampir sama.
Menariknya, diposisi keempat terbanyak, terselip maskapai asal tanah Papua, dalam hal ini Papua Nugini, dengan mengoperasikan sebanyak 7 pesawat. Air Niugini amat mengandalkan pesawat tangguh yang hingga tahun 1990-an silam sudah diproduksi sebanyak 300 unit ini untuk rute-rute ekstrem regional mereka. Sama dengan maskapai nasional Papua Nugini itu, Iran Aseman Airlines juga mengoperasikan tujuh pesawat.
Keduanya masih sedikit lebih banyak dari beberapa maskapai lain di dunia, seperti Karun Airlines dan Qeshm Airlines masing-masing empat unit, Iran Air dan Carpatair (Romania) tiga unit, Air Panama, Avanti Air, Skippers Aviation, dan Kish Airlines dua unit, serta Crossline (Georgia), Montenegro Airlines (Montenegro), Salaam Air Express (Somalia), dan Trade Air (Kroasia) satu unit.
Baca juga: Fokker F-27 Friendship, Pesawat Transisi Garuda Indonesia Menuju Era Jet Domestik
Di Indonesia, bila berbicara soal Fokker 100, mungkin sedikit banyaknya akan teringat ke salah satu maskapai legendaris sekaligus kontroversial, Sempati Air.
Maskapai milik Tommy Soeharto, putra bungsu dari keluarga presiden ke-2 Indonesia Soeharto -yang kali itu tengah berkuasa- ini tercatat pernah mengoperasikan sebanyak tujuh Fokker 100. Sejak medio 80-an, Sempati Air amat menikmati masa-masa kejayaannya bersama pesawat tersebut, sampai krisis moneter datang dan mulai menghancurkan bisnis keluarga Cendana ini.