Setelah menyeruak pada tahun 1940-an, gagasan roket bertenaga nuklir kembali muncul. Bahkan, kali ini bukan sekedar gagasan melainkan akan digeluti dengan serius oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). NASA berpendapat bahwa roket nuklir akan sangat efektif untuk mengantar manusia ke Mars dan bulan dibanding roket yang ada sekarang.
Baca juga: NASA Luncurkan Toilet Khusus Astronot Wanita, Bekas Urine Bisa Buat Minum dan Masak
Dalam waktu dekat, tiga misi antariksa dari Uni Emirat Arab melalui wahana Perseverance, China melalui wahana antariksa Tianwen-1, dan Amerika Serikat, dikabarkan sama-sama akan mendarat di Planet Mars bulan ini. Ketiga negara pun berharap wahananya dapat selamat menyambangi Mars dan melakukan penelitian di sana tanpa keterlibatan astronot atau manusia secara langsung.
Teknologi untuk mengirim manusia ke Mars sebetulnya sudah ada. Hanya saja, dengan harak hingga 140 juta mil, Mars diperkirakan akan jauh lebih dingin dari Antartika. Bukan cuma itu, durasi perjalanan roket yang ada saat ini juga sangat lama, mencapai tujuh bulan. Itu kemungkinan akan lebih lama mencapai sembilan bulan untuk misi kapal berawak.
Selain membuat penelitian tidak efisien, lamanya perjalanan juga membuat keselamatan astronot terancam. Jeff Sheehy, kepala insinyur Direktorat Misi Teknologi Antariksa NASA, mengungkapkan durasi panjang menuju Mars dapat membuat astronot terpapar radiasi luar angkasa yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit radiasi, peningkatan risiko kanker seumur hidup, kerusakan sistem saraf pusat, dan penyakit degeneratif.
Melihat celah itu, perusahaan teknologi berbasis di Seatlle, AS, Ultra Safe Nuclear Technologies (USNC-Tech) menawarkan apa yang disebutkan roket dengan mesin nuclear thermal propulsion (NTP). Lewat NTP, roket nuklir diklaim bisa mengantar manusia ke Mars hanya dalam tempo tiga bulan, atau lebih cepat tiga kali lipat dari roket kimia yang ada.
“Teknologi nuklir akan memperluas jangkauan umat manusia melampaui orbit rendah Bumi, dan ke luar angkasa,” kata Michael Eades, direktur teknik USNC-Tech, dilansir CNN International.
Berbagai tantangan pembuatan roket nuklir juga sudah ditemukan solusinya oleh tim teknik USNC-Tech. Selama ini, pengembangan roket nuklir selalu terhalang bahan bakar uranium yang mampu beroperasi pada suhu 2.426 celcius di dalam mesin termal nuklir atau mesin NTP.
USNC-Tech mengatakan, solusi atas itu, bahan bakar uranium diperkaya dengan silikon karbida, bahan yang digunakan dalam pelindung tangki guna membentuk penghalang kedap gas yang mencegah keluarnya radioaktif dari reaktor nuklir, untuk melindungi para astronot.
Disebutkan, reaktor nuklir tidak akan digunakan untuk lepas landas dari Bumi, tapi dipakai untuk melesat di angkasa. Peluncurannya tetap dengan bahan bakar kimia seperti yang dilakukan selama ini. Hal ini didasari atas alasan keamanan.
Begitu berada di orbit, reaktor nuklir yang diaktifkan hanya bisa menimbulkan sedikit kerusakan karena ledakan dan radiasi termal tidak dapat bergerak melalui ruang hampa.
Baca juga: Awas! Ratusan Juta Sampah Antariksa Siap Menghujam Indonesia, Setiap Pekan ada Dua
Andai pun terjadi kegagalan dan reaktor roket nuklir hancur berkeping, potongan-potongan itu tidak akan mendarat di Bumi -atau planet lain- selama puluhan ribu tahun. Dengan sendirinya, zat radioaktif akan secara alami membusuk dan tidak akan berbahaya lagi.
USNC-Tech sendiri sudah mempresentasikan teknologi roket nuklirnya ke NASA. Sejauh ini, NASA memang belum berkomentar apapun, tetapi secara meyakinkan sangat antusias dan setuju dengan gagasan roket nuklir untuk misi mengirim manusia ke Mars pada 2035 mendatang.