Hadirnya garbarata atau yang akrab disebut aerobridge di dunia aviasi global ini tentu membawa kemudahan tersendiri kepada para penumpang. Mereka tidak harus berpanas-panasan atau kehujanan ketika berjalan di tarmak untuk masuk ke dalam pesawat. Selain itu, garbarata ini sendiri bisa dibilang sebagai salah satu faktor yang mengindikasikan kemajuan sebuah bandara.
Baca Juga: Duel Garbarata dan Tangga Manual: Siapa Yang Akan Menang?
Nah, jika diperhatikan, garbarata sendiri memiliki bagian berkerut pada bagian ujungnya. Bagian ini juga merupakan salah satu partisi yang menggunakan material non-metal di jet bridge itu sendiri. Seperti yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman quora.com, ternyata bagian yang menyerupai alat musik akordeon tersebut berfungsi untuk melindungi penumpang dari faktor cuaca seperti panas, hujan, angin, dan salju, dan faktor lain seperti jet blast mesin pesawat, suara bising dan debu.
Dapat dibayangkan jika garbarata yang terbuat dari mayoritas material metal, bertemu dengan body pesawat yang juga terbuat dari bahan metal? Tentu akan sulit untuk mengkoneksikan keduanya, bukan? Hadirnya bagian fleksibel tersebut pun dapat melindungi suhu di dalam garbarata sendiri, sehingga dapat mengikuti suhu di dalam ruang tunggu dan kabin penumpang.
Sumber: istimewa
Sekedar informasi, teknologi canggih garbarata atau jet bridge yang saat ini banyak digunakan diciptakan oleh Frank Der Yuen, dan digunakan pertama kali pada tanggal 26 Juli 1959 di Bandara San Francisco, Amerika Serikat. Garbarata ini sendiri menggunakan sistem Electro Mechanical yang dikendalikan pada sebuah control console (monitor Control Desk) yang berada di kabin dan dilengkapi dengan CCTV untuk memantau keadaan di sekitar garbarata. Sistem kendali ini menginterintegrasikan peralatan keselamatan dan alat sistem kendali elektronik.
Patut diketahui, tidak semua jadwal penerbangan dapat menggunakan fasilitas garbarata, dengan dalih keterbatasan parking stand. Garbarata sendiri dibangun dengan ketahanan terhadap angin yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu 140 km per jam ketika tidak beroperasi, dan 90 km per jam ketika tengah beroperasi.
Baca Juga: Video Garbarata Berhantu di Phuket Menjadi Viral di Media Sosial
Si belalai penghubung ruang tunggu dan mulut pesawat ini pun harus mampu menahan beban lebih dari lantai dan atap yang disebabkan oleh pergerakan penumpang, sebesar 200 kg/m2 dan 100 kg/m2. Tahukah Anda bahwa ternyata garbarata tidak hanya ada di dunia aviasi saja? Ya, fasilitas tambahan ini pun dapat Anda temui di pelabuhan, walaupun bentuknya berbeda.
Kendati dunia perkeretaapian global tengah diramaikan oleh armada bertenaga listrik yang digadang-gadang rendah emisi, namun bukan berarti kereta diesel elektrik (listrik) kehilangan pamornya. Dewasa ini, masih banyak armada kereta api dari berbagai penjuru dunia yang menggunakan kereta bertenaga hibrida semacam ini. Lalu terbesit sebuah pertanyaan, bagaimana bisa sebuah moda seperti kereta dapat beroperasi dengan menggunakan dua tenaga secara bersamaan?
Baca Juga: Kereta Listrik Diesel Keluaran Siemens, Solusi Pertumbuhan Populasi di Amerika
Dikutip KabarPenumpang.com dari laman midcontinent.org, pengapian bahan bakar diesel akan mendorong piston terhubung ke generator listrik. Sementara itu, daya listrik yang dihasilkan akan terhubung ke roda lokomotif. Seperti itulah kira-kira gambaran sederhana dari cara kerja mesin diesel elektrik. Adapun mesin jenis ini ditemukan oleh Dr. Rudolph Diesel dan dipatenkan pada tahun 1892.
Mengapa kereta menggunakan bahan bakar diesel? Sebenarnya, bahan bakar diesel telah menjadi bahan bakar pilihan untuk penggunaan lokomotif karena volatilitasnya yang lebih rendah ketimbang bahan bakar lain. Volatilitas di sini maksudnya adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk berubah fasa menjadi fasa uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang rendah menandakan tingginya volatilitas.
Selain tingkat volatilitasnya yang rendah, alasan lain dibalik penggunaan bahan bakar diesel adalah biayanya yang relatif lebih rendah dan bukan termasuk barang yang sulit untuk dicari.
Lalu, bagaimana dua tenaga ini bisa saling bersinergi? Awal-awal, bahan bakar diesel (solar) di simpan di dalam tangki penyimpanan dan dikirim ke mesin oleh pompa bahan bakar listrik. Mesin diesel ini sendiri merupakan mesin pembakaran internal yang terdiri dari beberapa silinder yang terhubung ke poros engkol (crankshaft).
Ketika bahan bakar dinyalakan oleh kompresi yang kuat, maka piston pun akan terdorong naik-turun. Gerakan dari piston ini lalu akan memutar poros engkol.
Mesin diesel yang terhubung ke generator utama akan mengubah penggunaan tenaga, yang semula menggunakan tenaga diesel akan dikonversikan menjadi tenaga listrik. Setelah itu, listrik yang telah dikonversi tadi kemudian didistribusikan ke motor traksi melalui sirkuit yang dibentuk oleh berbagai komponen switchgear (panel distribusi yang menyalurkan beban ke panel-panel yang kapasitasnya lebih kecil).
Baca Juga: GE CC200, Lokomotif Diesel Elektrik Perdana di Indonesia, Ikut Sukseskan KTT Asia Afrika 1955
Para teknisi yang merancang mesin diesel-elektrik semacam ini mengontrol output daya lokomotif yang dikendalikan oleh arus medan eksitasi ke setiap belitannya dengan menggunakan throttle (yang dikendalikan secara elektrik). Semakin banyak bahan bakar yang disuntikkan ke silinder mesin, maka semakin meningkat pula output listriknya.
Setiap motor traksi secara langsung diarahkan ke sepasang roda penggerak. Penggunaan listrik sebagai “transmisi” untuk lokomotif jauh lebih andal ketimbang menggunakan transmisi mekanis dan kopling.
Jadi, sekarang sudah ada gambaran kan bagaimana kedua tenaga ini bisa saling bersinergi menggerakkan lokomotif?
Tak bisa dipungkiri, kereta juga punya pramugara/pramugari atau train attendant. Tugas mereka pun sebenarnya tak terlalu jauh berbeda dengan flight attendant dalam sebuah penerbangan milik maskapai.
Baca juga:Tak Kenal Maka Tak Sayang, Yuk Kenali Sosok Train Attendant PT KAI
Train attendant sendiri, di Indonesia sudah ada sejak masa PT Kereta Api Indonesia (KAI) bernama Perumka ataupun DKA. Biasanya sebelum melakukan tugas di dalam gerbong, para train attendant ini membantu penumpang dengan memberikan petunjuk gerbong dimana penumpang harus naik saat masih di peron stasiun.
Scrapbook milik Pat Green yang berisi kumpulan fotonya bersama petugas stasiun dan penumpang (www.desmoinesregister.com)
Jika di Indonesia biasanya train attendant ini berperawakan cantik dengan tinggi dan berat badan proporsional, tetapi berbeda dengan train attendant yang satu ini.
Seorang wanita bernama Pat Green sudah bekerja selama 32 tahun di stasiun Osceola Amerika Serikat. Bisa di katakan wanita 78 tahun ini sudah mengabdi dengan dunia perkeretaapian Amerika Serikat dari dirinya masih muda. KabarPenumpang.com yang merangkum berita tentang Green dari desmoinesregister.com mendapatkan bahwa dirinya jarang sekali melewatkan satu hari selama 32 tahun bekerja atau bisa dikatakan tak pernah meminta libur atas pekerjaannya tersebut.
Catatan jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta di stasiun Osceola (www.desmoinesregister.com)
Bahkan bisa dikatakan dalam satu tahun tepatnya selama 365 hari, Green melakukan pekerjaannya setiap pagi dan malam hari ketika kereta api penumpang Amtrak datang dan berhenti di stasiun Osceola di Lowa. Green diketahui merupakan satu-satunya petugas yang membantu penumpang naik atau turun dari kereta Amtrak menuju perjalan selanjutnya.
Baca juga: Serba-Serbi Amtrak, Kereta Jarak Jauh Yang Sering Mejeng di Film Hollywood
Diusia yang tak lagi muda, Green sudah mengabadikan dirinya selama bekerja di stasiun Osceola salah satu stasiun di Amerika Serikat tersebut baik dengan penumpang, masinis, teknisi dan pekerja stasiun lainnya. Dokumentasi yang diabadikannya dengan foto di simpannya dalam sebuah buku atau yang biasa dikenal dengan scrapbook.
Tak hanya itu, para pekerja stasiun baik itu masini, teknisi atau staf lainnya sudah di anggap keluarga sendiri oleh Green. Ada suatu waktu Green berbagi bunga kertas yang dibuat dari kertas musik bekas dan dibagikan kepada penumpang. Saat ini, Green juga memiliki catatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta di Osceola yang ditulisnya dengan tulisan tangan.
Pemanasan global setiap tahunnya meningkat dan membuat suhu bumi semakin meningkat. Hal ini disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah pembabatan hutan besar-besar, dimana hutan adalah paru-paru dunia.
Baca juga: 165 Tahun Kereta Api Mengular di Rel India
Kereta Api India, baru-baru ini membantu mengurangi pemanasan global dengan melakukan perekrutan karyawannya dengan cara online. Tak hanya itu, tes yang dilakukan juga melalui online tanpa selembar kertas.
KabarPenumpang.com merangkum dari laman economictimes.indiatimes.com (24/4/2018), keputusan yang dilakukan kereta api India ini ternyata sudah menghemat setidaknya 7,5 lakh kertas atau hampir setara dengan menyelamatkan 10 lakh pohon. Sebagai informasi, di India lakh adalah satuan nilai, yang menyiratkan 1 lakh sama dengan 100 ribu.
“Ada 62 ribu pos yang melibatkan awak pemeriksaan jejak dan yang lain terkait dengan peningkatan keselamatan, sementara lebih dari 26 ribu posting berhubungan dengan driver mesin dan teknisi, untuk ini, lebih dari dua orang crore telah diterapkan,” ujar petugas perkerutan kereta India.
Ujian online ini akan diadakan di 300 tempat dan saat ini pihak kereta api masih menyelesaikan perinciannya. Tak hanya untuk menyelamatkan pohon yang menjadi paru-paru dunia, ujian online ini juga dilakukan untuk menghindari bocornya soal ujian kepada peserta colon petugas di kereta api India.
“Satu pelamar biasanya membutuhkan tiga sampai empat lembar kertas ukuran A4 untuk menulis ujian. Jadi, dengan seluruh tes melalui online, perusahaan kereta api telah menyelamatkan sejumlah besar lembar kertas,” kata petugas itu lagi.
Dengan tes tersebut, pihak kereta India mengklaim bahwa pihaknya melakukan perekrutan online terbesar di dunia. Sebab, bukan hanya menyediakan ribuan pekerjaan tetapi proses yang dilakukan juga melakukan penghematan kertas dan pohon sebagai bahan bakunya dengan jumlah yang cukup besar.
Sebelum tes yang sesungguhnya akan dilakukan, maka pihak kereta api India juga melakukan tes percobaan sebelum yang sesungguhnya untuk memberikan kesempatan pelamar dalam membiasakan diri dengan proses ujian berbasis komputer.
“Sistem Aplikasi Online telah menyelamatkan kandidat dari kekhawatiran dan ketidakpastian tentang penundaan pos atau tidak terkirimnya aplikasi mereka. Mereka yakin pengajuan aplikasi mereka dan mendapatkan SMS dan pemberitahuan email pada berbagai tahap perekrutan. Pemeriksaan berbasis komputer memberikan kandidat fleksibilitas untuk beralih antara bahasa pertanyaan dan meninjau kembali dan merevisi jawaban mereka, jika diperlukan,” ujar Kementerian Perkeretaapian India.
Kementerian mengatakan tidak akan ada wawancara dalam pemeriksaan tes online ini dan sistem pengunggahan kunci jawaban telah diperkenalkan untuk meningkatkan transparansi dan keadilan.
Baca juga:Nyaris Celakakan 1.000 Penumpang, Tujuh Petugas Kereta Api India Diganjar Sanksi Berat!
“Dalam Tes Berbasis Komputer, para kandidat diperlihatkan kertas pertanyaan mereka, menjawab buklet bersama dengan kunci jawaban yang benar. Mereka juga diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan mengenai kebenaran kunci pertanyaan dan jawaban, jika ada,” kata Kementerian.
Bila di Indonesia PT KAI mengoperasikan Rail Clinic, yakni klinik berjalan di atas rel yang mengandalkan platform Kereta Rel Diesel (KRD). Maka jauh lebih komplit dari ‘sekedar’ klinik, di India ada yang disebut kereta rumah sakit dengan label Lifeline Express. Banyaknya penduduk miskin yang minim dukungan fasilitas kesehatan menjadi latar dari gagasan diluncurkannya Lifeline Express.
Baca juga: Rail Clinic, Klinik Berjalan Diatas Rel Milik PT KAI GratisKabarPenumpang.com yang melansir dari thequint.com (24/4/2018), didapatkan fakta bahwa beberapa provinsi di India masih langka akan pelayanan kesehatan yang layak, bahkan dokter spesialis pun hanya bisa ditemukan di kota-kota besar di India seperti Mumbay, Bangalore dan New Delhi.
Belum lama ini, seorang buruh di India, Bhawri Devi mengira dirinya sekarat karena kehilangan pendengannya. Devi sempat pergi ke rumah sakit milik pemerintah di dekat desa terpencilnya di negara bagian Rajasthan untuk dirawat.
Gerbong yang digunakan untuk rumah sakit (www.thequint.com)
Sayangnya rumah sakit itu pun tidak memiliki dokter spesialis yang bisa menangani penyakit Devi. Sehingga dia memutuskan untuk kembali kerumahnya.
“Saya bahkan tidak punya 5000 rupee,” ujar buruh yang berusia 41 tahun itu saat kembali kerumahnya di Jalore.
Tak lama Devi keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian, muncul berita bahwa dokter-dokter spesialis akan datang ke Rajasthan dan membuka pengobatan gratis. Para dokter spesialis ini datang awal April 2018 dengan menggunakan Lifeline Express.
Kereta dengan tujuh gerbong ini diubah menjadi rumah sakit berjalan, dan ternyata kereta rumah sakit ini sudah 27 tahun berkeliling India untuk membantu pengobatan masyarakat tak mampu seperti Devi di daerah yang langka akan pelayanan kesehatan. Ranjnish Gourh seorang dokter yang juga COO Impact India Foundation, mengatakan, sejak diluncurkan 1991 silam, Lifeline Express telah membantu 1,2 juta masyarakat India.
Dengan penduduk 1,3 miliar jiwa, India menjadi salah satu negara diantara yang terendah terkait pengadaan alat untuk perawatan kesehatan. Sehingga dengan hadirnya rumah sakit berjalan seperti Lifeline Express membuat kesenjangan sosial antar masyarakat dapat berkurang.
Perdana Menteri Narendra Modi pada Februari 2018 lalu meluncurkan skema yang bertujuan untuk memperluas cakupan asuransi kesehatan pada 500 juta orang. Namun, para kritikus mengatakan rencana tersebut tidak mungkin berhasil kecuali sistem kesehatan masyarakat meningkat secara dramatis.
Lifeline Express sendiri dihiasi dengan karangan bunga mahoni dan kereta berwarna biru langit yang diparkir di stasiun Jalore, beberapa orang mengiranya sebagai kereta penumpang baru. Fasilitas medisnya sendiri akan menyaingi banyak rumah sakit umum India.
Baca juga: LIfeline Express India, Kereta “Rumah Sakit” Pertama di Dunia
Lifeline Express sendiri mempekerjakan 20 staf paramedis permanen, dengan sebagian besar dokter sukarela dari perguruan tinggi kedokteran terdekat atau rumah sakit di sekitaran. Biasanya, ia menghabiskan sebulan di sebuah distrik, melakukan operasi mulai dari katarak dan kanker dan bedah ortopedi. Tujuannya bukan untuk bersaing dengan sistem kesehatan masyarakat India, tetapi mendukungnya. “Kita tidak bisa memiliki seratus Lifeline Expresses di negara ini,” kata Gourh.
Menteri Perkeretaapian Piyush Goyal setuju untuk menyediakan kereta kedua pada pertemuan dengan pejabat Lifeline Express pada Februari.
Baru usai Olimpiade musim dingin di korea Selatan, Cina yang akan menjadi tuan rumah pada Olimpiade musim dingin Beijing dan Paralimpiade pada 2022 mendatang sudah mempersiapkan diri untuk perhelatan akbar empat tahunan tersebut. Kali ini untuk mempermudah para kontingen dan yang terlibat lainnya, China Railway menghadirkan kereta berkecepatan tinggi yang diberi label Olympic.
Baca juga: 10 Fakta Seputar Kereta Cepat di CinaKabarPenumpang.com melansir dari laman railjournal.com (24/4/2018), China Railway Coporation (CRC) pada 23 April 2018 kemarin baru saja mengungkapkan rincian armada terbarunya tersebut. Nantinya armada kereta berkecepatan tinggi ini akan melayani kontingen olah raga ke tempat-tempat perhelatan akbar Olimpiade musim dingin Beijing 2022.
Diketahui, kereta tersebut akan melaju dengan kecepatan 350 km per jam dan ini merupakan pengembangan dari CR400BF Fuxing EMU yang sudah ada. Kereta tersebut adalah yang biasa digunakan pada jalur kecepatan tinggi ini dari Beijing menuju Shanghai dan diberikan sejumlah peningkatan untuk kenyamanan dan mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan kereta cepat.
Nantinya satu set prototipe akan diluncurkan sebelum akhir tahun dan uji coba akan selesai pada 2019 mendatang. Konfigurasi gerbong kereta yang disediakan standar alias sama dengan kereta cepat lainnya.
Namun, kereta cepat yang satu ini akan dilengkapi dengan rak ski dan kompartemen media dengan WiFi berkecepatan tinggi untuk menyiarkan siaran olimpiade secara langsung. Nantinya armada kereta cepat ini juga akan dikerahkan di jalur utara Beijing di Zhangjiakou sepanjang 174 km yang menyediakan koneksi cepat bagi para penonton yang ingin melakukan perjalanan dari ibu kota ke Taizicheng di Chongli County.
Baca juga: Tiga Tahun Lagi Cina Luncurkan Kereta Maglev Berkecepatan 600 Km Per Jam
Chongli County yang dekat dengan Zhangjiakou sendiri diketahui menjadi salah satu dari dua tempat untuk arena pertandingan ski pada Olimpiade musim dingin 2022 mendatang. Jalur ini juga akan dilengkapi dengan Operasi Kereta Otomatis atau Automatic Train Operation (ATO) diatas China Train Control System (CTCS) level 3. CRC mengatakan penggunaan ATO pada jalur kereta cepat sendiri akan meningkatkan kapasitas dan mengurangi konsumsi energi.
Semisal Anda menemui perlintasan sebidang di jalan raya, sepertinya itu bukan hal mengejutkan. Namun apa jadinya jika Anda menemukan jalur kereta aktif yang melintang di atas sebuah landas pacu? Tenang, ini bukan ada di dunia fiksi saja, tapi jika Anda pernah mengunjungi Gisborne Airport yang ada di Pantai Timur North Island, Selandia Baru, maka Anda akan percaya bahwa perlintasan tidak wajar ini benar-benar ada!
Baca Juga: 10 Bandara Ini Punya Landasan Paling Ekstrim
Dilansir KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, ternyata, Gisborne Airport ini menjadi salah satu dari sedikit bandara di dunia yang memiliki sebuah jalur kereta api yang memotong landasan pacu. Bandara ini sendiri memiliki tiga landas pacu dan satu landas pacu utama yang tidak dipotong oleh Palmerston North – Gisborne Railway Line. Lebih uniknya lagi, jalur kereta ini masih aktif dan masih sering dilalui oleh hilir mudik kereta.
Sumber: charismaticplanet
Bandara dengan luas 160 hektar ini mulai beroperasi sejak pukul 06.30 hingga 20.30 waktu setempat, setiap harinya. Di luar dari jadwal itu, dua jalur beda moda tersebut ditutup dan tidak ada aktifitas apapun di dalamnya. Keunikan yang paling menonjol dari lokasi ini dilihat dari segi kedua moda yang jalurnya sama sekali tidak bisa diinterupsi oleh objek apapun.
Ya, seperti yang kita ketahui bersama, baik landas pacu atau yang akrab disebut runway maupun jalur kereta api memang sama-sama dikhususkan untuk moda yang bersangkutan. Berbeda dengan jalan raya yang dapat dipotong (diinterupsi) oleh jalur kereta api. Alhasil, kedua operator layanan harus saling bersinergi agar kelancaran operasional dari keduanya dapat terjalin.
Baca Juga: Di Lokasi Ekstrim, Pulau Saint Helena Kini Punya Bandara Internasional
Namun, beban yang lebih berat diemban oleh Gisborne Airport. Pasalnya, bandara yang dikelola oleh Eastland Group ini merupakan gerbang masuk utama dan satu-satunya yang ada di kota Gisborne via jalur udara. Dibalik keunikan sekaligus keterbatasannya dalam mengelola jalur udara di sana, bandara berkode GIS ini mampu melayani sekitar 60 penerbangan domestik setiap harinya, dengan kisaran 150.000 penumpang per-tahun.
Satu tahun bukanlah waktu yang lama bagi PT MRT Jakarta (PT MRTJ) sebelum memasuki masa operasionalnya yang diperkirakan rampung pada April 2019 mendatang. Sejumlah persiapan pun sudah bisa dibilang matang, mulai dari trek, beberapa rangkaian armada, hingga kini perusahaan yang digawangi oleh William P Sabandar cs. ini tengah disibukkan dengan mempersiapkan SDM bermutu. Tak ayal, kehadiran dari sarana transportasi berbasis massal ini kian dinantikan.
Baca Juga: Anies: Bukan Sekedar Alat Transportasi, MRT Juga Pembentuk “Budaya” Baru di Jakarta
Pada saat PT MRTJ memamerkan armada terbarunya di Depo MRT Lebak Bulus beberapa waktu yang lalu, tampak Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pun turut hadir guna meninjau perkembangan dari jaringan metro pertama di Indonesia ini. Dalam kesempatan itu, Anies mengaku optimis dengan kehadiran MRT Jakarta yang dipercaya mampu mengurangi volume kendaraan pribadi di jalanan.
“Obsesi kami adalah meninggalkan kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Jurus penambahan rute bukan jawaban yang tepat, tapi yang terpenting adalah bagaimana angkutan umum dapat terintegrasi dan lebih manjangkau warga,” ungkap Anies, Kamis (12/4/2018). Lebih lanjut, mantan Menteri Pendidikan ini mengatakan bahwa hadirnya MRT Jakarta diharapkan mampu mengubah kebudayaan warga Indonesia – khususnya Jakarta, dalam melakukan mobilisasi.
“Saya harapkan (MRT Jakarta) bisa menjadi pembentuk budaya baru bagi warga Jakarta. MRT secara tak langsung mengajarkan pada warga pengguna untuk berlaku disiplin dan ketat dalam menjaga kebersihan, karena itulah standar dalam operasional MRT, termasuk budaya tersebut telah diterapkan selama ini oleh karyawan PT MRT Jakarta,” katanya.
Nah, pernyataan Anies ini tentu menyiratkan bahwa sarana transportasi dapat mengubah setidaknya budaya di satu daerah, bentuk mikro dari perubahan suatu daerah atau negara terkait. Ternyata, tidak hanya PT MRTJ saja yang tengah mengupayakan perubahan tersebut, pun dengan negara yang terkenal dengan Menara Eiffel-nya, Perancis.
Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, Presiden Perancis Emmanuel Marcon tengah menghadapi tentangan yang dilayangkan oleh serikat pekerja kereta api karena dirinya tengah berusaha untuk mengubah sistem perkeretaapian di sana. Sang Presiden sendiri diketahui ingin mengubah status perusahaan kereta api milik negara, SNCF, menjadi perusahaan saham gabungan.
Baca Juga: TGV, Masih Jadi Lambang Supremasi Kereta Cepat Eropa
Adapun hal yang melatarbelakangi aksi Emmanuel Marcon ini adalah untuk melakukan revolusi industri dan mengurangi hutang dari SNCF sendiri. Alih-alih mulus, Emmanuel malah mendapati 48 persen pekerja kereta api di SNCF yang melakukan mogok massal selama beberapa hari karena tidak setuju dengan kebijakan yang ditempuh olehnya.
Perkembangan teknologi yang kian merambah seolah memaksa setiap orang untuk turut berada di dalamnya agar tetap dapat bersaing, tidak terkecuali di dunia transportasi. Dewasa ini, sudah banyak perusahaan-perusahaan bus dari seluruh penjuru dunia yang mulai beralih menggunakan armada berbasis tenaga listrik yang didukung oleh pabrikan seperti Hyundai, Daimler, BYD, hingga Proterra.
Baca Juga: Seorang Desainer Industri Rancang Halte Bus yang Dilengkapi Pengisian Daya EV Nirkabel!
Berbicara soal bus listrik, tak lengkap rasanya jika tidak menginggung soal sistem pengisian dayanya. Jika pada artikel sebelumnya sudah pernah dibahas soal seorang desainer yang merancang halte lengkap dengan stasiun pengisian daya listrik nirkabel untuk bus, kini sebuah perusahaan yang berbasis di Pennsylvania, Amerika, Momentum Dynamics, diketahui tengah memasarkan charger nirkabel berkekuatan 200 kilowatt pertama di Negeri Paman Sam sebelah Utara.
Seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman newatlas.com (20/4/2018), Momentum Dynamics sendiri telah menguji coba charger nirkabel ini pada bus listrik yang menggunakan mesin BYD di Wenatchee, Washington beberapa waktu yang lalu. Bus tersebut mengisi daya sembari melakukan pemberhentian secara rutin. Bus-bus ini tidak melulu melakukan operasi secara terus-menerus, ada kalanya mereka berhenti – semisal menaik-turunkan penumpang atau berganti pengemudi. Nah, di saat itulah daya mereka diisi ulang.
Salah satu pihak dari Momentum Dynamics mengatakan bahwa ketika bus listrik BYD K9S melakukan pemberhentian terjadwal di Link Transit di Wenatchee selama 5 menit, baterainya secara nirkabel akan menerima lebih dari cukup daya untuk ‘menggelinding’ di rute berikutnya. Cara pengisiannya pun cukup sederhana, bus hanya perlu berhenti di atas mesin pemancar yang tertanam di jalan dan pengisian daya pun akan mulai secara otomatis.
“Kesederhanaan konsep pengisian dan kapasitas daya yang mampu disalurkan kepada bus-bus listrik ini memungkinkan setiap armada melakukan perjalanan secara terus menerus sepanjang hari tanpa harus melakukan pemberhentian khusus untuk mengisi daya,” tutur salah seorang juru bicara dari Link Transit, Todd Daniel.
Baca Juga: North Carolina Canangkan Halte Bus dengan Tenaga Surya
“Kami berencana untuk memperluas sistem pengisian daya nirkabel ini hingga ke wilayah pedesaan dalam waktu dekat ini. Hadirnya prasarana semacam ini secara tidak langsung akan mendorong program penggunaan 100 persen moda elektrik,” timbalnya. Momentum Dynamics memperhitungkan bahwa penghematan biaya potensial untuk operator bus yang menjalankan armada listrik dapat menambah hingga jutaan dolar setiap tahun, dibandingkan dengan armada kendaraan diesel dan hibrida.
Berjulukkan City of Lights, ternyata Paris tidak hanya terkenal dengan keindahan menara Eiffelnya saja, melainkan jaringan komuternya pun, Paris Metro, digalang-galang sebagai salah satu jaringan kereta bawah tanah terbaik di dunia. Selain mengedepankan aspek keamanan dan ketepatan waktu operasi, Paris Metro pun diketahui menjunjung tinggi nilai kenyamanan para penumpangnya. Nah, dalam rangka meningkatkan perihal kenyamanan tersebut, Paris Metro melengkapi setiap armadanya dengan teknologi pendingin terbaru yang dikembangkan oleh European Space Agency (ESA), lho!
Baca Juga: Ouigo, Kereta Cepat Bergaya TGV dengan Tarif Rendah
Sebagaimana yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman phys.org, pemasangan sistem pendingin ini dipercaya meningkatkan kenyamanan penumpang, karena sistem tersebut bekerja tanpa mengubah bagian kereta dan membebaskan lebih banyak ruang untuk digunakan penumpang.
Sistem pengatur suhu di jaringan kereta bawah tanah memang memiliki peran yang bisa dibilang vital semisal kereta mengalami masalah ketika berada di underground, sebut saja kereta mengalami masalah pada bagian kelistrikan. Jika hal ini terjadi dan tidak ada sistem pengatur suhu di dalamnya, maka suhu di dalam kabin penumpang akan meningkat secara drastis karena eksistensi dari berbagai alat pembangkit tenaga.
Alhasil, tidak membutuhkan waktu lama untuk ‘memanggang’ penumpang yang berada di dalamnya. Belum lagi terowongan bawah tanah yang akan meminimalisir udara segar dan kandungan oksigen di dalam kabin penumpang. Sayangnya, versi awal dari sistem pengatur suhu ruangan ini sendiri memiliki bentuk yang cukup besar, malah dalam pengoperasian, dan juga ringkih.
Hadirnya solusi pengatur suhu dari ESA ini seolah menjadi jawaban atas kekurangan dari sistem pengatur suhu yang sudah ada. Dengan menjadikan sirkulasi cairan sebagai basis dari teknologi ini, pihak dari ESA sendiri tidak menampik bahwa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan sistem pengatur suhu ini adalah bagaimana cara mendapatkan air untuk disirkulasikan.
Baca Juga: Ada Gambar Penari Bali di Metro Caracas, Ada Apa Ya?
Para insinyur antariksa yang mengelola sistem ini kemudian menggunakan aksi kapiler yang dikombinasikan dengan teknologi penukar panas udara, sehingga sistem pengatur suhu tersebut dapat menggantikan peran dari kipas mekanis konvensional yang digunakan kereta Paris Metro. Jika sistem ini dapat meningkatkan kenyamanan penumpang yang berada dalam kondisi ‘darurat’, bukan tidak mungkin pihak ESA akan kebanjiran order dari penyedia jasa kereta bawah tanah lainnya.