Sekelompok pakar pencarian terkemuka dunia untuk Malaysia Airlines MH370 mengumumkan penetapan area baru untuk menemukan Boeing 777 yang hilang. Seperti diketahui, MH370 menghilang sejak 8 Maret 2014 dengan membawa 239 penumpang dan awak. Sejauh ini, misi pencarian pesawat yang melibatkan peralatan canggih dari seluruh dunia tersebut paling bagus hanya menemukan puing-puing yang diduga asal pesawat malang tersebut.
Baca juga: Penyidik Asal Australia Temukan Puing yang Dianggap Sebagai Serpihan Malaysia Airlines MH370!
Seperti dilansir KabarPenumpang.com dari laman airlineratings.com, Selasa, (4/2), terkait penemuan titik baru pencarian tersebut, pihak Malaysia Airlines menanggapi dingin. Mereka menyatakan bahwa pihaknya membutuhkan bukti lainnya sebelum memulai pencarian baru. Sebaliknya, perusahaan pencarian yang berbasis di AS, Ocean Infinity, justru mengatakan bahwa mereka akan mencari berdasarkan azas “no find no fee” atau kalau diterjemahkan bebas berarti “tidak ada uang tidak akan jalan”.
Terlepas dari hal tarik ulur di antara keduanya, munculnya titik pencarian baru lewat empat pakar ternama, yakni Victor Iannello, Bobby Ulich, Richard Godfrey, dan Andrew Banks tersebut, tak terlepas dari pengembangan serta penyempurnaan penelitian sebelumnya. Oleh karenanya, tak mengherankan, bila titik pencarian baru Malaysia Airlines MH370 tersebut tak jauh atau bersebelahan dari lokasi pencarian sebelumnya.
Dalam perkembangannya, keempat ahli yang menemukan titik baru pencarian tersebut kemudian merilis temuannya dalam sebuah makalah terperinci. Dengan berbagai penjelasan pada makalah yang diberi judul “Rekomendasi Pencarian untuk Puing MH370” secara tak langsung telah menggerakkan para ahli independen untuk menyatukan data-data mereka.
Salah satu bagian pada makalah tersebut berbunyi, “Pencarian terakhir untuk MH370 dilakukan oleh Ocean Infinity, yang berkonsultasi dengan para peneliti resmi serta independen dan kemudian memindai dasar laut di sepanjang busur ke-7 sejauh garis lintang utara S25 °. Sejak itu, para peneliti independen terus menganalisis data yang tersedia untuk memahami area dasar laut mana yang paling mungkin, dan mengapa upaya pencarian sebelumnya tidak berhasil.”
Kemudian, dijelaskan pula bahwa dalam makalah sebelumnya, makalah menyajikan ikhtisar penelitian Bobby Ulich, yang bertujuan lebih tepatnya menemukan titik dampak atau point of impact (POI) menggunakan kriteria statistik yang mengharuskan variabel acak (seperti kesalahan pembacaan data satelit) tidak berkorelasi, semuanya benar-benar acak. Makalah selanjutnya menjelaskan karya Richard Godfrey untuk secara analitik mengevaluasi sejumlah besar jalur penerbangan kandidat menggunakan kriteria ini dan lainnya.
Hasil dari penelitian itu menunjukkan bahwa jam-jam terakhir penerbangan berada di selatan di Samudera Hindia sepanjang E93.7875 ° bujur, yang cocok dengan lingkaran besar antara titik jalan BEDAX (sekitar 100 NM barat dari Banda Aceh, Sumatra) dan kutub selatan. POI diperkirakan terletak dekat dengan busur ke-7 di sekitar garis lintang S34.4 °. Jaraknya sekitar 1800 km di sebelah barat Dunsborough, Australia Barat.”
Selanjutnya, mereka juga melaporkan bahwa saat ini penelitian masih terus berjalan, mengevaluasi kadidat jalur menggunakan model terintegrasi yang akurat yang mencakup data satelit, data radar, dinamika penerbangan, navigasi otomatis, kondisi meteorologi, konsumsi bahan bakar, manuver pesawat, dan hasil pencarian udara. Dalam keterangan lanjutan, penelitian dilaporkan sudah hampir selesai. Sementara dokumentasi dan rilis terbarunya akan segera diumumkan.
Seperti pada penelitian sebelumnya, penelitian yang kini sedang berjalan juga menunjukkan bahwa lintasan terakhir MH370 kemungkinan besar di sepanjang jalur selatan atau sepanjang E93.7875 ° bujur. Bedanya, pada penelitian ini terdapat tiga kasus yang masih diamati lebih jauh, masing-masing dengan area pencarian yang saling berkaitan.
Area pencarian prioritas tertinggi terapat di 6.719 NM2 (23.050 km2) mengasumsikan tidak ada input pilot setelah kehabisan bahan bakar. Area pencarian prioritas tertinggi berikutnya mencakup 6.300 NM2 (22.000 km2), dan mengasumsikan ada luncuran ke arah selatan setelah kehabisan bahan bakar. Prioritas terendah adalah luncuran terkendali ke arah yang sewenang-wenang dengan luas sekitar 48.400 NM2 (166.000 km2).