Wednesday, May 15, 2024
HomeDaratTernyata Negara Ini Jadi Benchmark KA Bandara di Indonesia

Ternyata Negara Ini Jadi Benchmark KA Bandara di Indonesia

Wajah transportasi di Indonesia terus berbenah. Salah satunya dengan menghadirkan KA Bandara sebagai pilihan moda transportasi lain menuju bandara. Meski tergolong telat menghadirkan kereta perkotaan yang khusus melayani bandara, tetapi itu masih lebih baik dari pada tidak ada sama sekali. Namun, terlepas dari itu, sebetulnya KA Bandara di negara mana yang jadi benchmark KA Bandara di Indonesia?

Baca juga: Horeee! Awal Tahun 2022 Tarif KA Bandara Soekarno-Hatta Kembali dari Goceng

KA Bandara pertama di Indonesia pertama kali hadir di Bandara Kualanamu, Medan pada 25 Juli 2013. Setelah beberap tahun, KA Bandara Soekarno Hatta akhirnya resmi melayani penumpang pada 26 Januari 2017, disusul KA Bandara NYIA Kulonprogo yang beroperasi pertama kali pada 6 Mei 2019.

Di hari pertama beroperasi, KA Bandara Soekarno-Hatta melayani 4.300 penumpang. Seiring waktu berjalan, KA Bandara Soekarno-Hatta pernah mencapai traffic tertinggi sebelum pandemi virus Corona menerjang.

Direktur Utama PT Railink Anggoro Tri Wibowo, mengungkapkan, di masa keemasannya, KA Bandara pernah mencapai okupansi 100 persen alias full passenger di setiap keberangkatan. Selebihnya, KA Bandara Soekarno-Hatta stabil melayani di angka 70 persen dari kapasitas atau sekitar 8 ribu penumpang per hari.

“Pernah sebelum pandemi kami 100 persen okupansinya. Luar biasa sekali,” katanya kepada KabarPenumpang.com, Selasa, (26/1).

Setelah pandemi menerjang, praktis KA Bandara turut terdampak. Pada 1 April 2021, KA Bandara atau KRL Bandara melakukan gebarakan dengan meluncurkan KA Bandara Premium dimana tarifnya hanya sebesar Rp5 ribu untuk relasi dari Manggarai – Batu Ceper PP.

Meski relasinya terbatas dan tidak seperti KRL Jabodetabek, namun, KA Bandara Premium berhasil menyerap kebutuhan penumpang lain yang tak ingin berdesakan di KRL di antara dua wilayah itu.

Setelah layanan tersebut tersela oleh PPKM Darurat, mulai Januari tahun ini, KA Bandara memulai kembali layanan KA Bandara Premium.

KA Bandara Premium tentu saja tidak ada di negara-negara manapun yang menjadi benchmark PT Railink atau KA Bandara di Indonesia.

Anggoro menjelaskan, KA Bandara di Indonesia diakuinya berkiblat kepada KA Bandara atau KRL Commuter di beberapa negara, seperti Jepang, Italia, Perancis, Jerman, Belanda, dan lainnya. Meski secara kultur, Belanda dan Jepang lebih kuat, namun itu tidak lantas membuat PT Railink terpaku hanya pada kedua negara itu.

Sebaliknya, KA Bandara di Indonesia mengadopsi semua yang baik dari KA Bandara di negara-negara tersebut.

“Tidak ada kecenderungan (menjadikan satu negara sebagai benchmark KA Bandara). Semuanya kami adopsi. Seperti persinyalan kami dari Alstom (Perancis), dari Siemens (Jerman). Keretanya dari Kanada, dari Jepang juga,” katanya

Baca juga: Inilah KA Bandara Pertama di Dunia, Warisan Nazi Jerman

Kendati begitu, Jepang diakui memang mengambil porsi terbanyak untuk dijadikan benchmark. Tetapi, tetap, ada banyak layanan yang disesuaikan dengan budaya dan kebutuhan di Indonesia; termasuk KA Bandara Premium yang dioperasikan PT Railink.

“Tidak ada itu (KA Bandara Premium di Jepang dll). Tidak ada. Memang disesuaikan dengan budaya (dan kebutuhan) di sini,” tutupnya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru