Tak lama lagi Indonesia bakal menjadi kota metropolitan yang sejajar dengan Bangkok, Kuala Lumpur dan Singapura, pasalnya backbone transportasi di Jakarta akan dilengkapi dengan MRT (Mass Rapid Tansit) dan LRT (Light Rail Transit), melengkapi keberadaan Commuterline atau kereta listrik (KRL) yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota pinggiran seperti Depok, Bogor, Bekasi dan Tangerang.

Namun, pemerintah belum cukup puas dengan adanya KRL, karena masih saja Jakarta macet. Seperti diketahui, kini ada dua moda transportasi yang sedang digarap di kawasan Jakarta, yakni LRT dan MRT. Nah, sebelum resmi diluncurkan, mungkin Anda yang warga Jakarta masih bingung dengan istilah LRT, MRT dan city rail (KRL). Berikut dibawah ini kami jelaskan.
LRT atau Light Rail Transit merupakan sebuah sistem kereta api penumpang yang beroperasi dikawasan perkotaan dengan konstruksi ringan dengan gerbong pendek seperti monorel. Sedangkan MRT atau Mass Rapid Transit merupakan sistem transportasi transit cepat yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar. Untuk KRL sendiri, Anda pasti tahu kereta listrik yang ada di Jakarta dan sudah beroperasi sebelum rencana pembangunan MRT dan LRT ini.
Apa sih perbedaan dari LRT, MRT dan KRL? Bila Anda masih bingung, sebenarnya mudah saja membedakannya dari nama dan bentuknya. Seperti halnya LRT yang merupakan agkutan massal cepat dan ringan. Ringan yang dimaksud adalah kereta yang tidak memiliki gerbong banyak atau hanya memiliki 3 gerbong setiap rangkaiannya. Memang isi penumpangnya akan lebih sedikit dari transportasi massal lainnya. Namun, kecepatannya bisa lebih cepat dari pada KRL karena memiliki gerbong yang lebih sedikit.

MRT sendiri memiliki kapasitas gerbong yang hampir sama dengan KRL yakni 8 gerbong dengan muatan penumpang lebih banyak. Perbedaannya yakni kecepatan laju MRT lebih cepat dibandingkan dengan KRL. Untuk bentuk fisik sendiri MRT terbagi menjadi 2 yakni BRT atau Bus Rapid Transit dan Heavy Rail Transit.
Bus Rapid Transit seperti bus TransJakarta saat ini dan LRT yang akan dibangun atau Trem yang ada saat zaman Belanda menjajah Indonesia. Sedangkan Heavy Rail Transit seperti KRL yang udah ada saat ini. Dalam hal ini, MRT yang berupa Heavy Rail Transit bisa memiliki jalur bawah tanah atau jalur di permukaan tanah seperti yang ada saat ini pada KRL.
Perebedaan lainnya MRT dengan LRT yakni, LRT terbangun seperti monorel yang memiliki jalur sendiri dan bisa dipadukan dengan jalan raya. Saat ini, tak hanya Jakarta yang sedang dalam pembangunan LRT, Palembang yang menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Selataan juga memulai pembangunannya. Untuk Jakarta, rute tahap pertama dari Bekasi Timur-Cawang-Kuningan-Dukuh Atas dan Cibubur-Cawang. Sedangkan tahap ke 2 dari Cibubur-Bogor dan Dukuh Atas-Palmerah-Senayan. Tahap ketiga Palmerah-Grogol.
Sedangkan pembangunan MRT untuk Palembang di mulai dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II hingga ke Jakabaring. Pembuatan LRT ini diperuntukkan Asean 2018 mendatang.



Ibarat tak kenal maka tak sayang, Anda pengguna TransJakarta ada baiknya tahu tentang kemampuan bus ini. Dlihat dari kapasitas, bus gandeng bercat putting biru ini dilengkapi 39 kursi, namun karena mengemban peran sebagai BRT (Bus Rapit Transit), bus gandeng ini dapat menampung total 140 penumpang. Enam di antaranya adalah kursi prioritas dan dua ruang untuk kursi roda.
Bus Scania TransJakarta didatangkan ke Indonesia lewat kerjasama antara PT TransJakarta dan PT United Tractors selaku Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) di Indonesia. Dalam kurun 2015-2016, PT Transjakarta akan mengoperasikan 103 unit bus gandeng tipe K340IA/6×2-2 dan K320IA/6×2-2. Penjualan untuk Transjakarta di Indonesia menjadi penjualan terbesar kedua untuk bus berbahan bakar gas Euro 6 yang ditawarkan Scania ke berbagai negara. Pemesanan itu juga menjadi rekor tersendiri baru PT United Tractors yang mengageni Scania sejak tahun 2004. Apalagi spesifikasi yang dipesan ini untuk bus kota dan berbentuk bus gandeng.


Uniknya, bagi Anda yang biasa menggunakan bemo akan merasakan sensasi berbeda dengan naik angkutan kota atau angkot. Di bemo, para penumpang akan duduk tiga kanan dan tiga kiri, dan lutut setiap penumpang akan bertemu. Mungkin saja ada kenangan indah dan manis bagi Anda yang mersakan sensasi naik bemo. Apalagi yang bertemu jodohnya di bemo, pasti akan senyum-senyum sendiri saat mengingat Bemo.
Mulanya bemo beroperasi seperti taksi, namun seiring perkembangan teknologi baru, daerah operasi bemo pun dibatasi. Tak hanya dibatasi, bemo akhirnya tersingkir dari jalan-jalan utama dan mempunyai rute yang tidak dilewati bus kota. Penyingkiran bemo ke jalan-jalan kecil dimulai sejak tahun 1971, kemudian di susul Surabaya dan Malang tahun 1979. Tak berbeda jauh dengan kota lainnya, pemerintah Surakarta pun akhirnya menyingkirkan keberadaan bemo.
Namun, para pecinta bemo bekerja sama dengan paguyuban bemo untuk menciptakan bemo bertenaga listrik. Bemo ini nantinya bila disetujui oleh Pemda DKI, bisa menjadi mata pencaharian para supir angkutan umum. Bemo yang diciptakan oleh perkumpulan bemo ini, nantinya tidak membutuhkan bahan bakar lagi dan bergantung pada empat baterai yang berada di bawah bemo tersebut.
Pelabuhan Singapura
Pelabuhan Hamburg
Pelabuhan Victoria
Bajaj di Jakarta saat pertama kali keluar menggunakan mesin 2 tak dan berkembang denngan cepat karena menggunakan mesin yang bandel dan lebih baik dari sebelumnya. Bajaj hanya menampung penumpang 2 orang dewasa dan satu anak kecil. Namun, Bajaj oranye yang pertama kali hadir di Jakarta, tempat duduk di pengemudi lebih panjang sehingga, terkadang ada penumpang yang duduk dengan supir bajajnya.
Bajaj yang ada di Jakarta sejak tahun 1975 ini, menggunakan bahan bakar bensin (premium) dan bertransformasi di tahun 2007 dengan warna biru yang melambangkan Bajaj tersebut menggunakan bahan bakar gas. Namun, masih juga menggunakan campuran premium sebagai bahan bakarnya. Pada Bajaj biru ini, bunyi berisik sudah tidak terdengar, suara lebih halus dan tidak bisa dibedakan dengan kendaraan lain bila lewat depan rumah Anda.
Bila gardu induk sudah beroperasi, aliran listrik dari gardu induk PLN akan dialirkan ke gardu induk tersebut dan diteruskan ke tiga power supplu yang ada di bandara untuk mendukung listrik di Terminal 1, 2 dan 3 serta kawasan perkantoran.