Kayangan-Pototano: “Destinasi Kelas Dunia” Sekaligus Penggerak Ekonomi Lokal

Lintasan Kayangan–Pototano di Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin menunjukkan perannya sebagai jalur vital penghubung Pulau Lombok dan Sumbawa. Jalur laut ini menjadi urat nadi mobilitas masyarakat sekaligus pintu gerbang wisatawan menuju destinasi unggulan kedua pulau tersebut.

Pentingnya lintasan ini tidak hanya untuk transportasi, tetapi juga pengembangan pariwisata. Lombok dan Sumbawa sendiri memiliki potensi besar dengan destinasi tingkat kelas dunia.

Hal ini dikatakan Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry, Heru Widodo. Dia mengatakan, untuk mewujudkannya aksesibilitas menjadi kunci, dan ASDP berkomitmen menjaga konektivitas agar wisata terus tumbuh dan memberi dampak ekonomi bagi masyarakat

“Kami percaya bahwa pariwisata hanya bisa maju dengan dukungan transportasi yang lancar, aman, dan terjangkau. Karena itu, ASDP terus memperkuat armada, meningkatkan kualitas layanan, dan menghadirkan sistem reservasi digital agar penyeberangan semakin mudah diakses masyarakat maupun wisatawan,” jelas Heru yang dikutip dari siaran pers, Minggu (28/9/2025).

Pulau Lombok dikenal dengan ikon wisata Gunung Rinjani, Gili Trawangan, dan Pantai Senggigi, sementara Sumbawa menawarkan pesona Pantai Maluk dan Gunung Tambora. Akses penyeberangan Kayangan–Pototano menjadi jalur vital yang membuka peluang wisatawan untuk menjelajahi dua destinasi unggulan tersebut.

Selain sektor pariwisata, jalur ini juga menopang distribusi logistik. Komoditas pangan seperti padi, jagung, kedelai, hingga hasil laut bergerak melalui lintasan ini, memperkuat rantai pasok dan mendukung ketahanan pangan di NTB.

Data ASDP mencatat, periode Januari–Agustus 2025, lintasan Kayangan–Pototano telah melayani 889.682 penumpang dan 252.973 unit kendaraan. Dari jumlah tersebut, sepeda motor mendominasi dengan 117.643 unit, diikuti mobil pribadi sebanyak 72.412 unit. Angka ini menunjukkan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap moda penyeberangan.

Corporate Secretary ASDP, Shelvy Arifin, menjelaskan bahwa perusahaan juga mendorong kawasan pelabuhan memiliki fungsi tambahan sebagai destinasi wisata.

“Melalui program waterfront destination, ASDP melakukan transformasi kawasan pelabuhan agar lebih modern dan terpadu, sehingga bisa menghadirkan pengalaman baru bagi wisatawan,” katanya.

Dengan konsep serupa, pengembangan waterfront di Kayangan diharapkan mampu menambah daya tarik kawasan dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Ke depan, ASDP menargetkan pelabuhan tidak hanya berfungsi sebagai terminal penyeberangan, tetapi juga sebagai magnet wisata baru.

Dalam operasionalnya, ASDP terus menekankan aspek keselamatan. Jadwal keberangkatan yang teratur, prosedur keselamatan yang ketat, serta kesiapan kru kapal menjadi bagian penting dari upaya menghadirkan layanan yang andal.

Heru Widodo menegaskan kembali, keberadaan lintasan ini bukan hanya tentang transportasi.

“Kayangan–Pototano adalah jembatan laut yang menyatukan masyarakat, memperkuat pariwisata, sekaligus menggerakkan roda ekonomi. Inilah wujud kontribusi ASDP sebagai garda terdepan konektivitas Nusantara,” ujarnya menandaskan.

Kapal Penumpang Tertua di Dunia ‘Berlabuh’ di Bintan, Disulap Jadi Hotel oleh Pengusaha Singapura

Wujudkan Mimpi Jawa Barat! KRL Akan Melayani Perjalanan di Bandung Raya

Masyarakat Bandung dan sekitar sepertinya akan merasakan terobosan baru di jalur kereta api Bandung Raya dengan rute Padalarang – Bandung – Cicalengka maupun sebaliknya. Ya, menurut kabar dari berbagai sumber bahwa pembangunan elektrifikasi di jalur tersebut akan terealisasikan. Pasalnya jalur ganda di wilayah tersebut sudah lama digunakan, tinggal moda transportasinya saja yang terus dikembangkan.

Seperti diketahui, wilayah Bandung dan sekitarnya untuk kereta yang beroperasi saat ini masih terus berjalan. Ya, rangkaian kereta Commuter Line Bandung Raya wara wiri menghiasi jalur Padalarang – Cicalengka untuk melayani penumpang. Kereta api ini berhenti di setiap stasiun dengan tarif yang relatif murah yakni Rp5.000.

Menggunakan Commuter Line Bandung Raya tak semudah saat menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) di Jabodetabek. Pasalnya, masyarakat harus menyesuaikan jam keberangkatan dari stasiun awal dan harus memesan/membeli tiket terlebih dahulu melalui aplikasi di ponsel. Jika tertinggal kereta, mau tidak mau harus membeli tiket lagi pada jam berikutnya.

Ilustrasi Perjalanan KRL di Jabodetabek.

Maka dari itu, pemerintah berencana dengan matang untuk memberlakukan sistem elektrifikasi di jalur wilayah Bandung Raya dan sekitarnya. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) hingga tahun 2030, merancang KRL juga dibangun di Bandung. Dalam RIPNas tersebut, Kemenhub membangun jalur ganda dan elektrifikasi lintas Padalarang – Bandung – Cicalengka.

Infrastruktur elektrifikasi bisa terpenuhi dalam waktu dekat ini, PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) akan mudah dalam menghadirkan kereta KRL-nya. Mengingat hal ini pernah dilakukan sebelumnya di beberapa daerah lain seperti di Solo. Berdasarkan pengalaman PT KAI di Solo, mulanya memang sedikit penumpang yang menaiki kereta tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu terus bertambah. PT KAI sebagai penyedia sarana akan memenuhi hadirnya KRL Bandung Raya itu. Di sisi lain, rencana ini juga sudah dikaji.

Tentunya dengan menghadirkan perjalanan KRL, masyarakat Bandung dan sekitarnya lebih dimudahkan dalam bertransportasi kapan saja tanpa harus memesan tiket melalui aplikasi di ponsel. Layaknya jalur Jabodetabek dan Solo – Yogya, menggunakan KRL lebih memudahkan masyarakat cukup dengan tap in – out kartu elektronik lalu naik dan turun sesuai keinginan.

Sambut Wisatawan, Monumen Lokomotif Uap Jadi Ikonik Stasiun Bandung

Global Rail 2025 – Etihad Rail Pamerkan Mockup Kereta Cepat yang Melesat 200 Km Per Jam

Proyek kereta penumpang ambisius Etihad Rail menjadi sorotan utama dalam pameran Global Rail 2025 di Abu Dhabi. Di sana, para pengunjung dapat melihat langsung layanan yang akan segera beroperasi ini, yang akan mendefinisikan ulang perjalanan antarkota di seluruh Uni Emirat Arab (UEA).

Sorotan utama pameran ini adalah peluncuran kabin kereta penumpang Etihad Rail yang akan datang—menandai pandangan publik pertama tentang seperti apa masa depan perjalanan kereta api di UEA. Model (mockup) kereta perak ramping yang ditampilkan secara mencolok di tempat tersebut menampilkan merek Etihad Rail hitam dan merah yang khas dan memberikan pengunjung pratinjau nyata tentang apa yang akan terjadi ketika operasi penumpang dimulai pada tahun 2026.

Kereta penumpang akan mencakup tiga kelas perjalanan yang berbeda: ekonomi, keluarga, dan kelas satu. Kabin ekonomi menampilkan tempat duduk abu-abu gelap yang saling membelakangi; kabin keluarga menawarkan tempat duduk berhadapan dengan meja tengah yang panjang untuk kenyamanan rombongan; dan kabin kelas satu menyediakan tempat duduk yang lebih lebar dan dapat disesuaikan yang dirancang untuk kenyamanan. Semua kabin dilengkapi meja baki, kompartemen bagasi di atas kepala, dan ruang khusus tambahan untuk bagasi yang lebih besar.

Hubungkan Abu Dhabi – Dubai dengan Kereta Cepat, Etihad Rail Mulai Layani Penumpang di Tahun 2026

Penumpang akan memasuki stasiun melalui gerbang tiket otomatis. Meskipun dianjurkan untuk memesan tiket secara online terlebih dahulu, mesin penjual tiket juga akan tersedia di stasiun. Contoh mesin yang dipajang menunjukkan warna hitam dan abu-abu, dengan dukungan pembayaran melalui uang kertas, kartu, dan Apple Pay. Mesin ini memungkinkan pengguna untuk memilih kelas perjalanan, memasukkan titik awal dan akhir perjalanan, dan menentukan persyaratan khusus.

Perjalanan kereta api dirancang agar cepat dan efisien. Setelah beroperasi, rute Abu Dhabi ke Dubai akan memakan waktu 57 menit. Waktu tempuh ke Fujairah akan sekitar 100 menit, dan ke Ruwais, sekitar 70 menit. Kereta api ini diperkirakan akan melaju dengan kecepatan hingga 200 km/jam.

Dua jenis kereta akan beroperasi di jaringan ini. Kabin CRC buatan Cina akan menawarkan 365 kursi, sementara kabin CAF buatan Spanyol akan menyediakan 369 kursi. Meskipun kedua model mendukung struktur kelas yang sama, sedikit variasi desain akan membedakan kedua interiornya.

Layanan kereta api ini juga berupaya menciptakan pengalaman pelanggan yang mulus dan berkelas. Masinis kereta akan mengenakan seragam abu-abu dan hitam, sementara petugas stasiun dan kereta akan mengenakan seragam krem ​​dan merah.

Fokker F-XII – Lakoni Penerbangan Reguler Terpanjang Amsterdam-Batavia di Tahun 1931

1 Oktober mungkin jadi salah satu tanggal paling bersejarah bagi maskapai tertua di dunia yang masih beroperasi, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij atau yang akrab disapa KLM. Selain menjadi penerbangan uji coba destinasi antarbenua pertama KLM, tepatnya pada 1 Oktober 1924, tanggal tersebut juga spesial buat maskapai atas bergabungnya armada baru mereka, Fokker F-XII, ke dalam rute reguler terpanjang di dunia tersebut, yakni pada 1 Oktober 1931.

Baca juga: Hari ini, 101 Tahun Lalu, Sejarah Rute Reguler Terpanjang Dunia KLM Amsterdam-Batavia Dimulai

Dampak kehadiran pesawat tersebut bisa dibilang cukup besar, mulai dari frekuensi terbang menjadi lebih banyak, waktu tempuh jauh lebih cepat, dan muatan yang jauh lebih banyak. Muara dari semua itu, konektivitas Belanda dengan wilayah koloninya pun menjadi lebih intens.

Dikutip dari laman resmi perusahaan, penerbangan pertama antarbenua ini menggunakan sebuah pesawat Fokker F-VII dengan kode registrasi H-NACC, dan diterbangkan oleh dua pilot Van der Hoop serta penyair dan mekanik Van den Broeke.

Laporan Simple Flying, penerbangan antarbenua pertama KLM tersebut memakan waktu sampai 55 hari, melintasi Athena, Kairo, Baghdad, Karachi, Calcutta, Rangoon, Singapura, dan tiba di Batavia, dengan total 21 pemberhentian. Adapun pemberhentian pertama rute Amsterdam-Batavia itu terjadi di Praha, Cekoslovakia. Selain menjadi penerbangan terpanjang di dunia, perjalanan Belanda-Batavia juga merupakan koneksi penerbangan terjadwal paling lama di dunia karena menempuh waktu 55 hari.

Sebetulnya, dengan melahap perjalanan sejauh 13.744 km, uji coba penerbangan Fokker F-VII H-NACC tergolong lama sampai memakan waktu hampir dua bulan. Sebab, dengan jarak tempuh yang tak terlalu lama, pesawat Walvaren 2 PK-KKH buatan Achmad bin Talim, pemuda lulusan ITB, Bandung, hanya membutuhkan waktu 18 hari untuk menyelesaikan penerbangan pertama Indonesia ke Eropa (Amsterdam, Belanda) pada 9-27 September 1935.

18 hari itu pun sudah termasuk berbagai kendala di lapangan, termasuk kerusakan mesin. Bila tak ada aral melintang, harusnya pesawat Walvaren 2 PK-KKH hanya membutuhkan waktu 10 hari.

Kembali ke KLM, setelah uji coba berhasil, enam tahun berselang, yaitu tahun 1930, penerbangan terjadwal antara Amsterdam dan Batavia (Jakarta) pun resmi diumumkan. Sejak pertama penerbangan tersebut dijajaki selama seminggu sekali sampai seminggu dua kali, KLM masih mengerahkan pesawat Fokker F-VII (panjang 14 meter lebih), dengan kapasitas dua kru dan delapan penumpang.

Seiring meningkatnya popularitas rute antarbenua pertama maskapai sekaligus rute terpanjang di dunia itu, KLM kemudian mulai mengerahkan pesawat lain yang lebih besar dan tangguh, Fokker F-XII mulai 1 Oktober 1931. Pasca kehadiran F-XII, frekuensi penerbangan juga ditambah menjadi seminggu tiga kali, dengan mengangkut lebih banyak penumpang, yakni 18 pax dengan empat kru. Waktu tempuh juga ikut terpangkas karenanya, menjadi kurang dari 10 hari.

Baca juga: Anthony Fokker – Pria Kelahiran Blitar Yang Jadi Legenda di Dunia Dirgantara

Pada tahun 1932, KLM mendatangkan kembali armada baru, Fokker F-VIII yang tak kalah tangguh dengan Fokker F-XII. Kehadiran pesawat tesebut juga sekaligus menandai keluarnya Fokker F-VII dari layanan. Fokker F-VIII kemudian didaulat oleh KLM untuk melayani penerbangan reguler Amsterdam-Batavia, sedangkan Fokker F-XII beroperasi khusus untuk rute KLM di Eropa.

Hari ini, 101 Tahun Lalu, Sejarah Rute Reguler Terpanjang Dunia KLM Amsterdam-Batavia Dimulai

1 Oktober mungkin jadi salah satu tanggal paling bersejarah bagi maskapai tertua di dunia yang masih beroperasi, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij atau yang akrab disapa KLM. Selain menjadi penerbangan uji coba destinasi antarbenua pertama KLM, tepatnya pada 1 Oktober 1924, tanggal tersebut juga spesial buat maskapai atas bergabungnya armada baru mereka, Fokker F-XII, ke dalam rute reguler terpanjang di dunia tersebut, yakni pada 1 Oktober 1931.

Baca juga: Rayakan HUT Ke-100, KLM Torehkan Penerbangan ‘Terlama’ Menuju Indonesia

Dampak kehadiran pesawat tersebut bisa dibilang cukup besar, mulai dari frekuensi terbang menjadi lebih banyak, waktu tempuh jauh lebih cepat, dan muatan yang jauh lebih banyak. Muara dari semua itu, konektivitas Belanda dengan wilayah koloninya pun menjadi lebih intens.

Dikutip dari laman resmi perusahaan, penerbangan pertama antarbenua ini menggunakan sebuah pesawat Fokker F-VII dengan kode registrasi H-NACC, dan diterbangkan oleh dua pilot Van der Hoop serta penyair dan mekanik Van den Broeke.

Rute KLM Amsterdam-Batavia. Foto: KLM via Simple Flying

Laporan Simple Flying, penerbangan antarbenua pertama KLM tersebut memakan waktu sampai 55 hari (1 Oktober 1924 – 24 November 1924), melintasi Athena, Kairo, Baghdad, Karachi, Calcutta, Rangoon, Singapura, dan tiba di Batavia, dengan total 21 pemberhentian. Adapun pemberhentian pertama rute Amsterdam-Batavia itu terjadi di Praha, Cekoslovakia.

Kala itu, penerbangan tak berjalan mulus. Selang dua hari, tepatnya pada 3 Oktober, mesin Rolls Royce mengalami overheat saat memasuki Eropa Timur, tepatnya di dekat Saladinovo, Bulgaria. Tak main-main, mesin dinyatakan hancur total dan tak bisa digunakan kembali.

Mesin baru kemudian dikirim ke Bulgaria dengan kereta kuda selama beberapa hari atas donasi dari majalah kenamaan Belanda, Het Leven. Setelah sampai, mesin baru pun langsung dipasang oleh Van den Broeke. Perjalanan pun kembali dilanjutkan.

Selain menjadi penerbangan terpanjang di dunia, perjalanan Belanda-Batavia juga merupakan koneksi penerbangan terjadwal paling lama di dunia karena menempuh waktu 55 hari.

Sebetulnya, dengan melahap perjalanan sejauh 13.744 km, uji coba penerbangan Fokker F-VII H-NACC tergolong lama sampai memakan waktu hampir dua bulan. Sebab, dengan jarak tempuh yang tak terlalu lama, pesawat Walvaren 2 PK-KKH buatan Achmad bin Talim, pemuda lulusan ITB, Bandung, hanya membutuhkan waktu 18 hari untuk menyelesaikan penerbangan pertama Indonesia ke Eropa (Amsterdam, Belanda) pada 9-27 September 1935.

18 hari itu pun sudah termasuk berbagai kendala di lapangan, termasuk kerusakan mesin. Bila tak ada aral melintang, harusnya pesawat Walvaren 2 PK-KKH hanya membutuhkan waktu 10 hari.

Kembali ke KLM, setelah uji coba berhasil, enam tahun berselang, yaitu tahun 1930, penerbangan terjadwal antara Amsterdam dan Batavia (Jakarta) pun resmi diumumkan. Sejak pertama penerbangan tersebut dijajaki selama seminggu sekali sampai seminggu dua kali, KLM masih mengerahkan pesawat Fokker F-VII (panjang 14 meter lebih), dengan kapasitas dua kru dan delapan penumpang.

Baca juga: Ternyata, Jakarta Merupakan Destinasi Penerbangan Antar Benua Perdana KLM!

Seiring meningkatnya popularitas rute antarbenua pertama maskapai sekaligus rute terpanjang di dunia itu, KLM kemudian mulai mengerahkan pesawat lain yang lebih besar dan tangguh, Fokker F-XII mulai 1 Oktober 1931. Pasca kehadiran F-XII, frekuensi penerbangan juga ditambah menjadi seminggu tiga kali, dengan mengangkut lebih banyak penumpang, yakni 18 pax dengan empat kru. Waktu tempuh juga ikut terpangkas karenanya, menjadi kurang dari 10 hari.

Pada tahun 1932, KLM mendatangkan kembali armada baru, Fokker F-VIII yang tak kalah tangguh dengan Fokker F-XII. Kehadiran pesawat tesebut juga sekaligus menandai keluarnya Fokker F-VII dari layanan. Fokker F-VIII kemudian didaulat oleh KLM untuk melayani penerbangan reguler Amsterdam-Batavia, sedangkan Fokker F-XII beroperasi khusus untuk rute KLM di Eropa.

Ini Tiga Tipe Terminal Bus di Indonesia dan Fungsinya

Indonesia memiliki berbagai macam transportasi darat baik angkutan kota, angkutan desa, dalam kota, maupun antarkota antarporvinsi. Semua angkutan ini mulai beroperasi dari satu tempat yakni terminal.

Terminal di Indonesia dibagi dalam tiga tipe yakni Tipe A, Tipe B, dan Tipe C. Di mana masing-masing ini pun terpisah pula wewenangnya seperti milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah.

Pembagian ini dilakukan berdasarkan UU No.23/2014 tentang Pemerintah Daerah, yang hanya membagi berdasarkan kewenangan pengelolaan teminal. Dirangkum dari berbagai laman sumber, penentuan tipe dan kelas terminal dilakukan berdasarkan fungsi pelayanan, fasilitas pelayanan dan kewennagan.

Terminal penumpang Tipe A, yaitu yang berfungsi melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antar kota antar propinsi (AKAP), dan angkutan lintas batas antar negara, angkutan antar kota dalam propinasi (AKDP), angkutan kota (AK) serta angkutan pedesaan (ADES).

Kemudian, terminal penumpang Tipe B, yaitu yang berfungsi melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antar kota dalam propinasi (AKDP), angkutan kota (AK) serta angkutan pedesaan (ADES).

Sedangkan terminal penumpang Tipe C, yaitu yang berfungsi melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan pedesaan (ADES). Klasifikasi terminal tersebut akan mendasari pertimbangan bagi keperluan perencanaan berbagai fasilitas penunjang dari masing-masing tipe terminal.

Tipe yang berbeda juga akan menuntut jumlah dan dimensi fasilitas pendukung yang berbeda pula. Demikian pula halnya dengan lokasi terminal, di masing-masing tipe mempunyai kriteria tersendiri dalam penentuan lokasi yang sesuai dengan tipe pelayanan yang diembannya.

Selain dibedakan berdasarkan tipe terminal, terminal juga dibedakan berdasarkan kelas terminal yaitu terminal kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 (PM 132 tahun 2015). Pembagian kelas terminal ditetapkan melalui kajian teknis terhadap intensitas kendaraan yang didasari pada tingkat permintaan angkutan, keterpaduan pelayanan angkutan, jumlah trayek, jenis pelayanan angkutan, fasilitas utama dan penunjang terminal serta simpul asal dan tujuan angkutan.

Dalam penetapan tipe terminal terdapat pembagian kewenangan dalam proses penetapan. Kewenangan tersebut meliputi, Menteri dengan memperhatikan masukan Gubernur, untuk terminal penumpang tipe A.

Lalu Gubernur dengan memperhatikan masukan Bupati/ Walikota, untuk terminal penumpang tipe B. Yang terakhir, Bupati/Walikota dengan memperhatikan usulan/masukan dari SKPD yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan untuk terminal tipe C.

Bagi Gubernur DKI Jakarta dengan memperhatikan usulan/ masukan dari SKPD yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan untuk terminal tibe B dan C di Provinsi DKI Jakarta.

Dari Sistem Pencahayaan Sampai Pengisian Listrik, Inilah Deretan Terminal Bus Ramah Lingkungan

Jejak Sejarah Trem Surabaya: Menguak Arsitektur Unik Stasiun Karangpilang yang Sederhana

Bagi pecinta sejarah, tentu berkunjung ke Kota Surabaya banyak sekali menyimpan cerita masa lampau yang sangat melegenda. Terlebih banyak peninggalan bangunan maupun jalur kereta khususnya trem yang ternyata masih menarik untuk dibahas. Ya, banyaknya jalur trem yang menghubungkan beberapa daerah di Kota Surabaya maupun sekitarnya menyimpan cerita yang membuat masyarakat penasaran.

Seperti pada bangunan stasiun yang membuat penikmat sejarah jalur trem tentunya ingin berkunjung. Ya, Stasiun Karangpilang ini ternyata masih terlihat hingga kini sebagai stasiun yang melayani jalur trem dari dan ke Wonokromo, Surabaya.

Meski bangunannya kecil, namun menyimpan banyak cerita tentang moda transportasi di Surabaya pada masa lalu. Dan yang lebih mengejutkan, meski kondisi saat ini beralih fungsi menjadi warung, tapi area tanahnya masih milik PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI).

Stasiun/Halte Karangpilang yang masih terlihat bangunannya hingga kini dan beralih fungsi menjadi warung makan. (Foto: Dok. Tangkapan Layar Youtube)

Stasiun Karangpilang, atau lebih tepatnya disebut Halte Karangpilang karena ukurannya yang kecil, dibangun pada tahun 1890. Pembangunnya adalah sebuah perusahaan Belanda bernama Oost Java Stoomtram Maatschappij. Dulunya, tempat ini berfungsi sebagai tempat pemberhentian trem uap.

Kawasan Karangpilang saat itu masih desa atau berada di pinggiran Surabaya. Trem yang melintas dari Wonokromo-Karangpilang hingga Krian umumnya mengangkut penumpang orang. Sebab di sepanjang jalur ini banyak melewati pasar-pasar. Seperti pasar Wonokromo, Sepanjang dan Krian. Dalam sehari trem ini melintas dua kali, yaitu pagi dan sore hari.

Jalur trem yang membentang ke arah selatan ini memang khusus menggunakan trem bertenaga uap. Alasannya. Trem uap ini menghasilkan lebih banyak polusi dibandingkan trem listrik. Jadi, agar asap dan uapnya tidak mencemari pusat Kota Surabaya, jalur trem uap ini sengaja dibuat menuju pinggiran Surabaya.

Sayangnya, era trem di Surabaya berakhir. Layanan trem di kota ini resmi berhenti beroperasi pada tahun 1970-an. Ini karena persaingan yang ketat dengan mobil pribadi dan moda transportasi umum lainnya yang semakin berkembang. Akibatnya, banyak stasiun atau halte trem di Surabaya yang kemudian kehilangan jejaknya.

Halte Trem Karangpilang ini adalah salah satu dari sedikit yang masih bertahan hingga hari ini. Meski tak lagi melayani trem, bangunan tuanya masih berdiri kokoh dan masih menjadi aset milik PT KAI. Selain itu, ini menunjukkan bahwa secara kepemilikan, stasiun ini masih terkait dengan sejarah perkeretaapian di Indonesia.

Berharap stasiun ini masih bisa bertahan di tengah zaman yang semakin modern. Sehingga bangunan tersebut menjadi bagian penting dari sejarah transportasi di Surabaya yang patut dilestarikan.

Sering Mengundang Tanya, Inilah Alasan Trem Dihapuskan di Jakarta

Garuda Indonesia Gandeng WebCargo Perluas Layanan Kargo ke Asia

Garuda Indonesia melalui lini bisnis kargo pada Senin (29/9) mengumumkan kerja sama dengan Freightos Limited, platform layanan kargo global yang berbasis di Spanyol.

Melalui kolaborasi ini, Garuda Indonesia resmi bergabung ke dalam WebCargo by Freightos, yang memberi kemudahan bagi perusahaan pengiriman barang untuk melakukan pemesanan layanan kargo Garuda Indonesia secara real-time dan seamless.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani mengungkapkan, “Kolaborasi dengan WebCargo by Freightos akan memperkuat kinerja kargo Garuda Indonesia khususnya di pasar internasional, sehingga membuka peluang pertumbuhan yang baru maskapai pembawa bendera bangsa ini.”

CEO Freightos, Zvi Schreiber menyampaikan, “Asia Tenggara berperan krusial dalam perdagangan global, dan Garuda Indonesia merupakan pemain penting di kawasan ini. Dengan memanfaatkan layanan kargo Garuda Indonesia di WebCargo by Freightos, para forwarders akan mendapatkan akses lebih mudah di rute-rute yang padat.”

“Dari ekspor fesyen hingga barang-barang teknologi tinggi, kolaborasi Garuda Indonesia dan Freightos akan membantu perusahaan pengiriman barang untuk memperoleh kapasitas kargo secara efisien, real-time, serta meningkatkan perdagangan global,” jelas Schreiber.

Dalam kerja sama ini, Garuda Indonesia akan menawarkan kapasitas kargo secara eksklusif melalui WebCargo by Freightos, khususnya pada rute-rute yang menghubungkan Jakarta dan Denpasar dengan hub global utama, termasuk ke Hong Kong, Jeddah, Shanghai, Singapura, Sydney, Tokyo Haneda dan Tokyo Narita.

“Garuda Indonesia yakin bahwa kemitraan strategis dengan WebCargo by Freightos ini akan membuat layanan angkutan kargo kami semakin mudah diakses, sekaligus memberikan pengalaman pemesanan online yang seamless.

Melalui penguatan aksesibilitas dan efisiensi layanan kargo secara digital, kami yakin Garuda Indonesia akan terus tumbuh dan memenuhi kebutuhan pengguna jasa,” tutup Wamildan.

Eksplorasi Sektor Kargo, Garuda Indonesia Group Luncurkan “Tauberes”

Paling Nyaman! 4 Rekomendasi Sleeper Bus Mewah Rute Jakarta-Jepara (Fasilitas Sultan)

Sleeper bus kini mulai menjangkau banyak rute di berbagai kota seperti Bali, Yogyakarta, Sumatera dan berbagai kota besar lainnya yang ada di Pulau Jawa. Nah, kali ini, perusahaan otobus (PO) yang memiliki armada sleeper menghadirkan trayek dari Jakarta menuju ke Jepara.

Jepara sendiri merupakan kota kelahiran dari Raden Ajeng (RA) Kartini. Nah, berikut ini PO dengan armada sleeper busnya yang melayani trayek Jakarta – Jepara.

1. Shantika
PO yang satu ini menggunakan sleeper bus besutan Adiputro dengan bodi Jetbus 5 Dream Coach. Memiliki desain mirip hotel kapsul berjalan yang membuat penumpangnya nyaman untuk merebahkan diri. Disebut seperti hotel kapsul, karena konfigurasi kursi PO Shantika ini bersekat dan memiliki susunan dua tingkat untuk menjaga privasi masing-masing penumpang.

Uniknya, seriap kapsul di sleeper bus Shantika dilengkapi dengan televisi, AC, port USB, bantal, selimut, dan juga kudapan. Semua fasilitas dan kenyamanan tersebut bisa kamu nikmati dengan membayar sekitar Rp350 ribu sampai Rp720 ribu saja per orang. Tiketnya pun bisa dibeli secara online melalui aplikasi Shantika Bus maupun situs resminya atau menghubungi agen resmi terdekat di kotamu.

2. Kalingga Jaya
Menghadirkan sleeper bus mewah untuk rute Jakarta – Jepara, Kalingga Jaya memiliki bodi dengan nuansa warna puih dan hijau yang elegan. Memiliki bodi modern, konfigurasi kursinya adalah Sultan Class dengan susunan 1-1 yang memiliki total 22 reclining seat yang nyaman. Setiap kabin dilengkapi dengan lampu baca, cup holder, dan WiFi gratis. Fasilitasnya meliputi tempat tidur pribadi dengan bantal dan selimut, AC, port USB, serta hiburan TV LED di setiap kabin. Selain itu, tersedia toilet bersih untuk mendukung kenyamanan penumpang selama perjalanan.

Harga tiket sleeper bus Kalingga Jaya untuk rute Jakarta—Jepara ini dibanderol sekitar Rp340 ribu. Tiketnya dapat dibeli secara online melalui platform seperti Traveloka dan RedBus maupun langsung di loket resmi Kalingga Jaya.

3. Berlian Jaya
Berlian Jaya juga gak mau kalah dalam menghadirkan sleeper bus mewah untuk rute Jakarta—Jepara. Sleeper bus ini menggunakan bodi Jetbus 5+ Dream Coach dari Karoseri Adiputro. Konfigurasi kursinya disusun bertingkat untuk memberikan privasi lebih bagi penumpang. Sleeper bus ini dibekali dengan berbagai fasilitas di antaranya mencakup toilet, AC, Audio Video on Demand, lampu baca, rak sepatu, port USB, bantal, hingga selimut.

Harga tiketnya dibanderol Rp350 ribu per orang. Tiketnya bisa dipesan secara online melalui aplikasi pemesanan tiket bus atau bisa menghubungi agen resminya. Sementara untuk jam keberangkatannya, kamu bisa simak daftar di bawah ini:
Pukul 15.30 WIB dari Terminal Kalideres
Pukul 15.40 WIB dari BJ Kapuk Muara
Pukul 15.45 WIB dari Terminal Grogol Berlian

4. Muji Jaya
Muji Jaya menghadirkan sleeper bus nyaman untuk rute Jakarta—Jepara dengan fasilitas premium. Setiap penumpang akan mendapatkan tempat tidur empuk, bantal, dan selimut bersih. Fasilitas tambahan seperti AC, WiFi, dan port USB untuk mengecas gawai.
Harga tiket sleeper bus Muji Jaya untuk rute ini berkisar Rp330 ribu—Rp390 ribu per penumpang. Bus ini berangkat setiap hari pada sore hingga malam hari dari berbagai titik di Jakarta. Berikut jam keberangkatan sleeper bus PO Muji Jaya untuk rute Jakarta—Jepara:
Pukul 17.00 WIB dari Terminal Lebak Bulus
Pukul 17.00 WIB dari Terminal Grogol
Pukul 17.45 WIB dari Terminal Kampung Rambutan
Pukul 18.30 WIB dari Terminal Pulo Gebang
Pukul 18.30 WIB dari Terminal Tanjung Priok

Destinasi Jepara dari Museum, Pantai, Hingga Sentra Kuliner

 

Kochi Ekimae Kanko Hadirkan Sleeper Bus Paling Aman di Jepang

Jepang menjadi salah satu contoh negara di Asia dengan transportasi massalnya. Bahkan standar pelayanannya seperti ketepatan waktu, kebersihan armada, hingga penyediaan fasilitas yang nyaman pun tenar di berbagai negara.

Hal ini kemudian perlahan mulai ditiru banyak negara meski tidak 100 persen sama. Dilansir dari kyodonews.com, baru-baru ini operator bus Kochi Ekimae Kanko mulai mempersiapkan diri untuk melaunching armada sleeper mereka.

Berdiri 75 tahun silam atau tepatnya 1950, Kochi Ekimae Kanko yang bermarkas di Kochi, Pulau Shikoku, Jepang ini akan menghadirkan fasilitas tempat tidur untuk rute antar kota pada perjalanan malam. Kochi Ekimae Kanko akan menghadirkan bus dengan tempat tidur pada November 2025 mendatang.

Adanya armada sleeper atau yang disebut lie-flat ini atas saran dari para pengguna setianya. Para penumpang ini kerap kali mengeluh perjalanan jauh yang melelahkan sehingga membutuhkan tempat tidur yang layak selama perjalanan mereka.

Sehingga akhirnya, Kochi Ekimae Kanko merealisasikannya pada armada mereka. Awal perjalanannya di rute pertama yang akan mendapat pelayanan ini adalah dari kochi menuju Tokyo yang berjarak sekitar 786 km.

Perjalanan tersebut akan ditempuh dalam Waktu 12-13 jam. Format ‘sleeper’ yang disediakan bertingkat, saat uji coba Agustus lalu masing-masing akan dikenai tarif 12 ribu Yen atau sekitar Rp1,3 jutaan untuk kompartemen atas.

Sedangkan tarif untuk kompartemen bawahnya adalah 10 ribu Yen, setara Rp1,1 jutaan. Setiap tempat tidur itu panjangnya 180 centimeter, dan lebarnya 49 centimeter. Setiap kompartemen tidur ini dilengkapi tirai serta rel khusu pada dipan untuk faktor keamanan penumpang.

Untuk diketahui, ini bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh operator bus Jepang. Tetapi kompartemen khusus yang ada saat ini belum memenuhi standar keamanan kendaraan di Jepang.

Pihak Kochi Ekimae Kanko menyebutkan bahwa regulasi yang diberlakukan di Jepang sebenarnya mengarah pada disediakaannya jok yang bisa direbahkan. Bukan memperbolehkan tempat tidur atau ‘sleeper’. Ketentuan itu diriset oleh perusahaan ini selama sepuluh tahun hingga kemudian menemukan bentuk jok yang bisa dibuat datar secara penuh itu.

Nikmati “ReBorn” – Sensasi Sleeping Pod di Bus Malam Jepang