Selama waktu singah di suatu negara atau layover, awak kabin bisa beristirahat untuk bersiap dalam perjalanan yang akan ditempuh selanjutnya. Layover sendiri menjadi sesuatu yang jamak dilakukan oleh maskapai yang melayani penerbangan jarak jauh, dengan tujuan agar awak kabin dapat fresh berkat pergantian kru setelah penerbangan jarak jauh. Dan terkait layover, baru-baru ini Emirates mengirimkan memo internal kepada stafnya yang terdiri dari 20 ribu awak kabin.
Baca juga: Coba Bunuh Diri, Awak Kabin Lompat dari Lantai 3 Gedung Kantor Pusat Emirates
Memo tersebut meningatkan mereka bila kesalahan kecil saja pada saat layover bisa merusak reputasi maskapai yang berbasis di Dubai tersebut. Email yang dikirim oleh Thomas Ney mengatakan pada awak kabin bahwa waktu yang dihabiskan untuk layover sendiri disediakan agar mereka bisa beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
Dilansir KabarPenumpang.com dari paddleyourownkanoo.com (4/4/2019), sayangnya memo yang dikirim secara internal tersebut bocor setelah beberapa hari lalu ada kejadian dua anggota awak kabin Emirates yang dirampok dengan kejam di Bali. Awak kabin tersebut tengah mengendarai sepeda motor saat insiden ,dan awak kabin pria disebut-sebut terluka parah serta tengah dalam perawatan untuk pemulihan di rumah sakit Bali.
Pengirim memo tersebut menyebutkan awak kabin telah melakukan tindakan tidak sensitif, karena tampaknya menghubungkan apa yang terjadi di Bali dengan perilaku yang tak pantas. Email itu memberitahukan pada awak kabin bahwa beberapa rekan mereka tidak mengelola waktu singgah dengan tepat dan mengingatkan bahwa harus mengambil tanggung jawab dengan sangat serius.
Beberapa awak kabin Emirates berpendapat, bahwa memo tersebut mirip dengan pemberitahuan dari perusahaan untuk tetap di kamar hotel selama masa layover. Hal ini karena mereka takut bila sesuatu bisa terjadi diluar kendali selama masa singgah tersebut.
Ney mengatakan dalam memo bahwa insiden tersebut mengakibatkan adanya intervensi dari perusahaan dan dalam insiden lain pihak berwenang setempat ikut terlibat.
Ternyata masalah ini tidak hanya dirasakan oleh Emirates, melainkan hampir semua maskapai mengalami hal yang sama dan berurusan dengan awak kabin yang tak dapat mengendalikan waktu saat layover. Ada beberapa pesta yang diadakan di kamar dan awak kabin mabuk, ini bisa menghancurkan hubungan maskapai dan hotel atau insiden lain yang lebih serius seperti penggunaan narkoba.
Tetapi bukan hanya awak kabin yang tidak mengelola persinggahan mereka dengan benar, seperti beberapa kasus baru-baru ini, pilot untuk maskapai penerbangan Jepang yang melebihi batas alkohol legal setelah layover mereka.
Ney benar dalam memberi tahu staf bahwa “disayangkan dan patut disesalkan” adalah untuk mengingatkan sebagian besar staf tentang harapan maskapai.
Faktanya, Emirates sangat jelas tentang harapannya terhadap awak kabin selama perjalanan perekrutan dan pelatihan dan kemudian sepanjang karier mereka dengan maskapai. Awak kabin Emirates adalah duta perusahaan dan setiap saat harus selalu berperilaku “dengan standar perilaku tertinggi”.
Baca juga: Dibalik Keanggunan, Ternyata 15 Pramugari Emirates Tergabung ke Dalam Tim Rugby
Pada tahun 2017, seorang anggota kabin Inggris dari Emirates ditemukan tewas di jalur kereta api di Amsterdam saat singgah di kota Belanda. Michael Moran baru saja bergabung dengan Emirates ketika ia hilang.