Inggris Mulai Kedatangan Kereta Peluru dari Jepang, Siap Mengular di 2019

Ternyata bukan hanya Indonesia yang kedatangan kereta dari Jepang, negeri maju sekelas Inggris pun nyatanya mendatangkan kereta dari Jepang. Seperti operator kereta api asal Tanah Britania yang dimiliki oleh FirstGroup, TransPennine Express baru saja mendatangkan tiga dari 19 armada baru yang dipesan dari Jepang. Kereta yang mencakup lima rangkaian ini memanfaatkan teknologi kereta peluru khas Jepang dan diperkirakan akan memasuki layanannya pada tahun 2019 mendatang. Baca Juga: TGV, Masih Jadi Lambang Supremasi Kereta Cepat Eropa Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman globalrailwayreview.com (20/4/2018), kereta bernama Nova 1 ini diketahui telah meninggalkan Negeri Sakura dan diprediksi akan tiba di Inggris pada bulan Juni 2018 mendatang, nantinya Nova 1 akan melewati serangkaian uji coba setibanya di Inggris. Proses uji coba ini sendiri akan bergulir selama periode musim panas 2018 dan akan memasuki layanan penuh pada musim panas 2019. Nantinya, Nova 1 ini akan mendukung pengoperasian Great North Rail Project yang menghubungkan kota-kota besar di Utara Inggris dan Skotlandia. Nova 1 akan mengular dari Manchester dan Liverpool, melintasi Pennines menuju ke kota-kota lainnya, seperti Leeds, York, Newcastle, dan Edinburgh. Kenyamanan penumpang pun tidak lantas ‘dianak-tirikan’. Nova 1 menyediakan 161 kursi tambahan, gerbong yang luas, ruang kaki ekstra, dan ruang bagasi tambahan. “TransPennine Express memberikan investasi sebesar £500 juta (Rp9,7 triliun) dalam jangka waktu dua tahun ke depan dalam hal layanan tambahan,” ungkap Managing Director TransPennine Express, Leo Goodwin. “Lebih banyak kursi bagi penumpang, dan tidak hanya satu melainkan tiga armada baru sekaligus,” imbuhnya. Penumpang yang menggunakan layanan ini kelak pun akan mendapatkan hiburan selama perjalanan, mulai dari WiFi gratis di kelas standar hingga layanan streaming film dari Exstream secara gratis bagi penumpang kelas satu. Adapun armada kereta peluru yang terinspirasi dari Jepang ini dirakit oleh Hitachi, dengan kesepakatan untuk melibatkan lebih dari 30 perusahaan Inggris sebagai pemasok komponen utamanya. “Kami sangat antusias untuk membawa teknologi kereta peluru khas Jepang ke Inggris, dan kami menantikan armada Nova 1 dapat mengubah pengalaman berkereta para penumpang di jalur sibuk,” tutur Berry Sas selaku Projects Director dari Hitachi Rail Europe. Baca Juga: Tempuh 12.000 Km, Jalur Sutera Kuno Dibuka Kembali dari Inggris Menuju Tiongkok Diketahui, armada Nova 1 ini sendiri tergolong sebagai kereta hibrida, dimana dalam pengoperasiannya, sang operator dapat menggunakan dua sumber tenaga, yaitu listrik dan diesel. Kereta ini sendiri dapat beroperasi dengan formasi lima hingga 10 rangkaian dalam setiap perjalanannya. Ketika menggunakan tenaga listrik, Nova 1 dapat mengular hingga kecepatan 140mph atau yang setara dengan 225 km/jam. Sedangkan ketika menggunakan tenaga diesel, kereta ini mampu melaju hingga kecepatan 125mph atau yang setara dengan 201 km/jam. Dengan menggunakan mesin MTU modern dari Rolls-Royce, kereta ini akan mengurangi emisi berbahaya di bawah tenaga diesel hingga 90 persen. Keren!

PO Sinar Jaya, Tawarkan Kenyamanan dengan Harga Bersahabat

Perusahaan Otobus atau yang biasa dikenal dengan PO jumlahnya cukup banyak. Meski begitu, tak banyak yang namanya cukup dikenal, dan salah satu yang terbilang dikenal banyak orang adalah PO Sinar Jaya. Baca juga: Sejarah ALS, Perusahaan Otobus dengan Trayek Terjauh Lintas Jawa-Sumatera PO Sinar Jaya hadir sejak tahun 1982 saat berkembangnya era layanan transportasi darat seperti layanan bus antar kota. Selama 36 tahun menyusuri jalur darat dengan layanannya, PO Sinar Jaya selalu konsisten dalam menjaga inti serta integritasnya menjadi pelopor di bidang bisnis jasa transportasi. KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, awalnya PO ini menggunakan bus model kapsul. Dimana saat mengawali karir di layanan jasa, bus model tersebut sedang tren baik di masyarakat maupun kalangan PO sendiri. PO Sinar Jaya sendiri sempat dikenal dengan sorot lampu dim berwarna kuning saat meminta jalur. Tak hanya itu, bus PO ini dikenal dengan kecepatan lajunya. Namun, seiring berjalannya waktu seturut perubahan orientasi Sinar Jaya lebih mementingkan kenyamanan dibandingkan kecepatan. Meski begitu, PO Sinar Jaya tetap mengutamakan kenyamanan penumpang dengan harga yang ramah di kantong. Sebab, jika dibandingkan dengan PO lain dengan kelas yang sama, Sinar Jaya tetap bersahabat. Kini , PO Sinar Jaya sudah menggunakan sistem yang terintegrasi dan komputerisasi sehingga memudahkan pelanggan dalam layanan yang diberikan. Armada yang digunakan Sinar Jaya sendiri menggunakan sasis bus dari Hino seperti seri RG dan berganti dengan seri RK8, kemudian kelas premium RN 285 dan RK Turbo. Meski mungkin sudah kalah dengan kereta, tetapi PO Sinar Jaya sendiri memiliki beberapa rute bus favorit yakni Jakarta-Cilacap dan Jakarta-Yogyakarta. Tak hanya itu, berikut ini juga ada harga serta kelas bus tiap rute yang dilalui Sinar Jaya. a. Jakarta – Solo Patas AC: Rp 110.000 b. Jakarta – Purwodadi Bisnis AC: Rp 90.000 c. Jakarta – Gemolong Patas AC: Rp 100.000 d. Jakarta – Cibitung – Tegal Ekonomi: Rp 50.000 Bisnis AC: Rp 65.000 Eksekutif: Rp 75.000 e. Jakarta – Cibitung – Slawi Ekonomi: Rp 50.000 Bisnis Non AC: Rp 60.000 Bisnis AC: Rp 65.000 Eksekutif: Rp 75.000 f. Jakarta – Cibitung – Pekalongan Ekonomi: Rp 55.000 Bisnis AC: Rp 70.000 Eksekutif: Rp 80.000 Double Decker: Rp 150.000 g. Jakarta – Cibitung – Karang Pucung Ekonomi: Rp 50.000 Bisnis Non AC: Rp 60.000 Bisnis AC: Rp 65.000 Eksekutif: Rp 75.000 h. Jakarta – Cibitung – Purwokerto Ekonomi: Rp 60.000 Bisnis Non AC: Rp 70.000 Bisnis AC: Rp 75.000 Eksekutif: Rp 85.000 i. Jakarta – Cibitung – Cilacap Ekonomi: Rp 65.000 Bisnis Non AC: Rp 75.000 Bisnis AC: Rp 80.000 Eksekutif: Rp 90.000 j. Jakarta – Cibitung – Bobotsari Ekonomi: Rp 65.000 Bisnis AC: Rp 80.000 Eksekutif: Rp 90.000 k. Jakarta – Cibitung – Wonosobo Ekonomi: Rp 75.000 Bisnis Non AC: Rp 85.000 Bisnis AC: Rp 90.000 Eksekutif: Rp 100.000 l. Jakarta – Cibitung – Purworejo Ekonomi: Rp 80.000 Bisnis Non AC: Rp 90.000 Bisnis AC: Rp 95.000 Eksekutif: Rp 110.000 m. Jakarta – Cibitung – Yogyakarta Ekonomi: Rp 85.000 Bisnis Non AC: Rp 100.000 Bisnis AC: Rp 105.000 Eksekutif: Rp 120.000 n. Jakarta – Cibitung – Wonosari Bisnis Non AC: Rp 110.000 Bisnis AC: Rp 115.000 Eksekutif: Rp 125.000 o. Cibitung – Bekasi – Lampung Eksekutif: Rp 160.000 p. Kali Deres – Lampung Eksekutif: Rp 160.000 q. Merak – Yogyakarta Eksekutif: Rp 135.000 r. Lampung – Yogyakarta Eksekutif: Rp 280.000 s. Wonosobo – Lampung Eksekutif: Rp 270.000 Baca juga: Jauh Sebelum Motobus, Ternyata Sudah Ada Jasa Kirim Motor via Bus AKAP! Seiring perkembangan, PO Sinar Jaya kini tak hanya melayani bus antar kota melainkan kini menjadi sebuah group perusahaan. Berikut ini ada beberapa unit dari bagian Sinar Jaya Group: 1. PO. SINAR JAYA MEGAH LANGGENG: bergerak dalam bidang Transportasi Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). 2. DMI (PT DAYA MELATI INDAH): anak perusahaan Sinar jaya yang bergerak di bidang Transportasi Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) meliputi wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. 3. SJLU/STARBUS: memberikan pelayanan wisata dan antar jemput karyawan yang terbaik, ramah, profesional, lengkap dan terpadu. 4. SINAR SHUTTLE: bergerak dalam jasa pelayanan travel Jakarta-Bandung. 5. SINAR EXPRESS: merupakan anak perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Pengiriman Barang dengan area kiriman meliputi wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. 6. DGMI: Disributor Total Oil Lubricants.

Terlalu Banyak Pekerja, Pembangunan Jaringan Subway New York Jadi yang Termahal di Dunia

Setelah membocorkan perkiraan biaya pengadaan Fase II MRT Jakarta yang menghubungkan Bunderan HI – Kampung Bandan yang mencapai angka Rp25,1 triliun, PT MRT Jakarta (MRTJ) mengatakan bahwa pembengkakan tersebut terjadi karena pembangunan fase II ini seluruhnya berada di bawah tanah. Belum lagi ada sekitar 40 meter jalur berada di bawah sungai yang tentunya memiliki kedalaman lebih dibanding di bawah tanah. Baca Juga: TSA Kembangkan Alat Pendeteksi Bom di Stasiun Kereta Bawah Tanah New York Jika mendengar nominal yang cukup fantastis di atas, akankah Anda berpikiran bahwa pembangunan Fase II PT MRTJ merupakan yang termahal di dunia? Jika termahal di Indonesia, mungkin iya, tetapi tidak dengan di dunia. Dikutip KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, proyek pembangunan jalur bawah tanah di New York-lah yang memegang rekor sebagai yang termahal di dunia saat ini. Ditengarai, hal tersebut dilatarbelakangi oleh kesalahan manajemen secara keseluruhan oleh pejabat transit, favoritisme terhadap kepentingan khusus yang kuat seperti serikat pekerja dan perusahaan bangunan, staf yang tidak efisien, dan birokrasi yang membengkak. Ketika biaya rata-rata konstruksi di seluruh dunia adalah USD$500.000 per mil untuk terowongan bawah tanah baru, tidak dengan New York yang menelan tiga kali lipat dari jumlah tersebut. Dari sini, para peneliti mengerucutkan bahwa jumlah pekerjalah yang menjadi masalah utama membengkaknya dana pembangunan tersebut. “Di New York, konstruksi bawah tanah mempekerjakan sekitar empat kali lebih banyak dari jumlah personel di Asia, Australia, atau Eropa untuk proyek serupa” tulis Arup, sebuah perusahaan konsultan yang bekerja untuk Metropolitan Transportation Authority (MTA) selaku agen yang bertanggung jawab atas kereta bawah tanah New York. Dikutip dari laman dailymail.co.uk, seorang akuntan memperhatikan bahwa proyek pembangunan jaringan kereta bawah tanah New York membutuhkan sekitar 700 pekerja, namun pada kenyataannya, proyek ini memperkejakan sekitar 900 pekerja yang dibayar dengan tarif USD$1.000 per hari. Dengan kata lain, sekitar 200 pekerja dibayar untuk sesuatu yang tidak terlalu dibutuhkan, bukan? Baca Juga: Dibalik Sengkarut Jadwal Kereta Bawah Tanah di New York Diketahui, fase pertama pembangunan subway Second Avenue di Upper East Side of Manhattan, menelan biaya US$2,5 miliar atau setara dengan Rp34,8 triliun per milnya. Adapun proyek lain yang dikenal sebagai East Side Access, yang menghubungkan Long Island Rail Road dan Grand Central Terminal via terowongan bawah tanah sepanjang 3,5 mil ini tengah dalam pengembangan yang menelan dana sekitar USD3,5 miliar atau Rp48,6 triliun per milnya.

Adopsi Gerbong Bertingkat dan Tarif Lebih dari Rp900 Ribu, Inilah Kereta Sleeper PT KAI

Meski dari segi kecepatan, layanan kereta api di Indonesia belum bisa menyaingi kecepatan pesawat, namun dari segi layanan PT KAI punya strategi yang mumpuni untuk memanjakan penumpang, terutama segmen penumpang kelas premium. Tidak cukup dengan menghadirkan kereta eksekutif dan kereta priority, maka BUMN Trasportasi ini tengah bersiap untuk menghadirkan suguhan baru yang mampu membetot perhatian pasar dengan rangkaian sleeper train. Baca juga: Tak Lagi Gunakan Format Bilik, PT KAI Siap Luncurkan Layanan Sleepers Train Lebaran 2018 Mendatang! Kereta sleeper ini akan dipesan sebanyak empat gerbong yang akan membantu perjalananan mudik pada Lebaran 2018 ini. Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro mengatakan, kereta sleeper bentuknya seperti kabin kelas satu pesawat. Dimana tempat duduk bisa digunakan untuk tempat tidur penumpangnya. Namun, meski sudah jelas ada empat gerbong yang dipesan, Vice President Corporate Communication KAI Agus Komarudin mengatakan, kereta sleeper ini belum tentu bisa langsung digunakan pada Lebaran 2018 mendatang. Sebab pihak KAI juga tengah memesan sepuluh kereta untuk digunakan pada Lebaran 2018 dan baru selesai enam. “Kereta sleeper kita pesan empat tapi masih dalam tahap pembuatan. Nanti kalau sudah jadi kita test on the water dulu. Jadi, nanti kalau sudah siap kita akan gunakan untuk Lebaran,” ujar Agus saat dihubungi KabarPenumpang.com, Senin (23/4/2018). Baru memesan tetapi, di jagat maya kini beredar foto kereta seleeper tersebut dan pihak KAI mengatakan foto itu mungkin hanya gambaran kereta baru ini. “Kereta saja belum ada, foto pasti belum ada, nanti kalau sudah ada pasti kita publikasi,” ujar Agus lagi. Diketahui, kereta sleeper sendiri nantinya hanya akan diisi 18 penumpang per gerbongnya. Sehingga tarif yang ditawarkan akan lebih mahal dari kelas eksekutif bahkan kelas priority. “Tarif kereta sleeper ini yang jelas di atas Rp900 ribu dan di atas kelas eksekutif. Dengan kereta sleeper ini, sebenarnya ingin membuat penumpang bisa tidur di dalam kereta jika perjalanan jarak jauh dari Surabaya bisa tidur di kereta tanpa harus mencari hotel,” kata Agus. Baca juga: Hadirkan Sleeper Train, Siapkah PT KAI Hapus Bayangan “Masalah” Sosial KA Bima? Tak hanya itu, Edi Sukmoro menambahkan, pihaknya akan membuat kereta sleeper menjadi dua tingkat per gerbongnya. Penambahan tingkat ini juga sudah dipastikan tidak akan menabrak terowongan yang sudah ada di jalur kereta sekarang. Sebab tingginya gerbong tidak akan bertambah terlalu banyak meski dibuat bertingkat. “Tidak kena terowongan, kan terowongan itu empat meter lebih, kalau gerbong bertingkat paling nambah menjadi 3 meter sekian. Jadi masih bisa masuk,” ujar Edi.

Tawarkan Integrasi Trafik dan Sistem Pembayaran, NEC Hadir di Jaringan Bus India

Antara Indonesia dan India punya banyak kesamaan, terkhusus di segmen transportasi bus, dimana kedua negara sedang beranjak menuju transformasi dari sistem konvensional menuju sistem otomatis. Salah satu yang dipandang krusial dalam pembenahan adalah metode pembayaran yang menyangkut keberadaan ratusan armada bus. Baca juga: Demi Aman dan Nyaman, Bus di India Ini Gunakan Teknologi Pemindai Wajah Ini terbukti dengan Jepang sebagai salah satu negara maju memasarkan sistem kendali lalu lintas dan membuat kartu tarif dengan basis teknologi IC (Interated Circuit) yang modern. KabarPenumpang.com melansir dari laman asia.nikkei.com (2/4/2018), NEC salah satu perusahaan elektronik Jepang memperkenalkan sistem kontrolnya ke India untuk membantu mengatasi jaringan bus di sana. NEC mulai mengirimkan sistem pengumpulan tarif otomatis menggunakan kartu sirkuit terpadu pada Januari 2018 lalu ke perusahaan bus di kota Surat di negara bagian Gujarat, India. Sistem ini akan kompatibel dengan sistem pembayaran RuPay India dan akan mulai tersedia di gerbang tiket bus ekspres untuk 650 rute bus. NEC hadir di India setelah memenangkan kontrak pada Juli 2017 untuk sejumlah proyek di kota Ahmedabad, Gujarat. Salah satu proyeknya adalah sistem penagihan tarif secara otomatis. Perusahaan Jepang ini memasarkan sistemnya juga pada beberapa layanan transportasi dan melalui pembayaran di pengecer. Tak hanya itu, NEC juga mendapatkan kontrak untuk proyek stasiun telepon seluler di luar negeri. Penjualan sistem luar negeri tersebut kumulatif untuk kartu transportasi IC dengan jumlah beberapa miliar Yen. Diketahui, NEC sendiri memiliki tujuan penjualan kumulatif sebesar 10 miliar Yen (US$94 juta) yang akan dimulai April 2020 mendatang melalui pesanan di India dan pasar negara berkembang lainnya. Pada Januari 2018, NEC ternyata juga memenangkan pesanan sistem manajemen transportasi lanjutan di kota Pune negara bagian midwestern Maharashtra. NEC akan mengembangkan sistem administrasi bus termasuk untuk penyesuaian interval (jarak kedatangan) dan rute bus tergantung pada lalu lintas serta penutupan jalan. Selain itu, kontrak tersebut juga untuk membantu sistem manajemen depot bus di Pune. Saat ini pengoperasian telah dilakukan secara manual atau berdasarkan pengalaman karyawan dan kedepannya akan dikelola secara online. Operasional tersebut termasuk mengamankan bus cadangan, mengelola inventaris komponen dan kehadiran awak bus serta pencatatan penjualan. Baca juga: Tekan Jumlah Kendaraan Pribadi, India Hadirkan Bus Berbasis Aplikasi Sistem ini sendiri banyak di gunakan di negara-negara maju dan harus membantu meningkatkan operasi di negara-negara dimana belum diperkenalkan. Pune telah mencoba untuk merampingkan layanan transportasi dengan menyediakan informasi kedatangan di halte bus melalui sistem manajemen bus yang menggunakan GPS yang diperkenalkan pada tahun 2015.

2020: Airbus Sulap Ruang Kargo Pesawat Jadi Kamar Tidur

Interior kabin pesawat sudah sedemikian rupa diolah oleh para desainer agar mampu memuaskan kebutuhan penumpang dan kepentingan bisnis maskapai. Namun toh pada akhirnya interior kabin pesawat ada batasannya, terutama soal ukuran dan kapasitas. Ketika ruang dalam kabin sudah ‘mentok’ untuk diolah, maka bukan berarti terobosan para perancang berhenti disitu. Baca juga: Lebih Mewah dan Super Mahal, Singapore Airlines Sulap Suite Kelas Satu di Airbus A380 Apa jadinya jika kursi kabin tetap ada di tempatnya, namun bagian kargo pesawat tempat barang bawaan penumpang menjadi kamar tidur bahkan tempat bermain anak-anak? KabarPenumpang.com melansir dari laman thesun.co.uk (11/4/2018), baru-baru ini Airbus berencana untuk membuat zona tidur di ruang kargo pesawat mereka.
Modul rencana Airbus gunakan ruang kargo pesawat (Airbus)
Rancangan pesawat tersebut, Airbus bekerja sama dengan Zodiac Aerospace dalam desain tempat tidur datar yang akan mengisi area bawah pesawat. Modul yang akan di muat dalam ruang kargo pesawat nantinya adalah jika tidak ingin ruang tidur bisa kembali menjadi sebuah ruang kargo lagi. Lantai dan sistem pemuatan kargo pesawat tidak akan terpengaruh karena dalam modulnya, penumpang akan langsung duduk dan menggunakannya. Ruang kargo ini juga selain zona tidur dibuat juga lounge dengan area tempat duduk serta televisi, ruang rapat, area bermain anak hingga pusat medis. Nantinya modul seperti ini akan hadir dipesawat berbadan lebar milik Airbus dan tahapan awal pada A330 serta akan mulai dihadirkan tahun 2020 mendatang. “Pendekatan ini untuk perjalanan udara komersial adalah langkah perubahan menuju kenyamanan penumpang. Kami telah menerima umpan balik yang sangat positif dari beberapa maskapai penerbangan pada mock-up pertama kami. Kami senang bermitra dengan Zodiac Aerospace pada proyek ini yang akan memperkenalkan pengalaman penumpang baru dan menambah nilai bagi maskapai penerbangan,” ujar Kepala Kabin dan Kargo Program Airbus. Baca juga: Kreatif! Pilot ini Sulap Bangkai Airbus A330 Menjadi Sebuah Museum Pada bulan lalu, maskapai Qantas juga mengumumkan untuk menempatkan penumpangnya di dalam palka atau ruang kargo. Rencana maskapai penerbangan milik Australia tersebut bernama Project Sunrise. Hal ini akan memungkinkan wisatawan untuk berolahraga dan beristirahat pada setiap penerbangan jarak jauhnya dengan rute Australia menuju ke London.

Koneksikan Gedung dan Stasiun, Akankah Interkoneksi MRT Jakarta ‘Secanggih’ di Singapura?

Ditengah kesibukan menangani armada rolling stock yang baru tiba dari Jepang dan penuntasan intergasi jaringan rel, PT MRT Jakarta (MRTJ) diketahui kini juga tengah bersiap untuk mengkoneksikan sejumlah gedung di Jalan Sudirman – Thamrin. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu langkah mereka untuk memanjakan para calon penumpang dari Mass Rapid Transit (MRT) kelak. Baca Juga: MRT Jakarta Adopsi Teknologi CBTC, MRT di Jepang Justru Belum Dikutip KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, Corporate Secretary dari PT MRTJ, Tubagus Hikmatullah mengatakan bahwa sudah ada 45 gedung yang telah menandatangani nota kesepakatan dengan pihak MRTJ. “Sampai saati ini sudah kurang lebih 45 gedung yang sudah mempunyai MoU (Memorandum of Understanding) dengan kami di MRT Jakarta,” tutur Tubagus, dikutip dari laman detik.com (18/4/2018). Ketika ditanya soal detail dari MoU tersebut, Tubagus masih enggan membeberkannya. Namun satu yang pasti dari terjalinnya hubungan tersebut, interkoneksi antara gedung dan stasiun MRT pun secara otomatis akan terjalin. Namun apakah interkoneksi tersebut akan secanggih jaringan MRT di Singapura, dimana ada tunnel yang dibuat khusus dan saling terhubung antara gedung perkantoran atau mall dengan stasiun SMRT? Belum ada yang dapat memastikan hal tersebut. “Masih interkoneksi ya, belum sampai ke lebih detail. Tapi kami di Pergub 140/2017 sudah mendapat kewenangan ditunjuk sebagai operator utama. Di dalam Pergub itu juga operator utama untuk membangun kawasan berorientasi transit (Transit Oriented Development/TOD)” tambah Tubagus. Dalam Pergub yang disebutkan oleh Tubagus di atas, maka PT MRTJ memiliki kewenangan untuk mengelola paling tidak sebanyak delapan stasiun untuk dikonsep TOD sehingga ada delapan stasiun yang bisa terinterkoneksi dengan gedung-gedung di sekitarnya. Baca Juga: Tiga Tes Siap Dilakukan Pada Dua Rangkaian Kereta MRT Jakarta Sementara itu, dikutip dari sumber lain, Direktur Utama PT MRTJ William P. Sabandar mengatakan bahwa jajarannya tengah berupaya untuk memfasilitasi gedung-gedung di kawasan Sudirman – Thamrin dengan interkoneksi menuju stasiun MRTJ. “Sekarang sedang difasilitasi. Kami akan buat interkoneksi dengan gedung-gedung tersebut. Misalnya, di Stasiun Bundaran Hotel Indonesia ada konektivitas dengan Hotel Kempinski, Grand Indonesia, dan Plaza Indonesia,” ujar William. “Daya tariknya ada dua. Kami akan mendapat penumpang. Sementara, pemilik gedung nilai bisnisnya bisa naik juga. Aspek komersialnya sedang kami bicarakan karena pasti ada biaya interkoneksi.” tutupnya.

Hanya dengan Lima Stasiun Utama, LRT Palembang Siap Beroperasi Saat Asian Games 2018

Ada kesamaan moda transportasi yang bakal diusung dalam perhelatan Asia Games 2018 yang akan berlangsung Agustus mendatang. Baik di Jakarta dan Palembang sama-sama akan mengusung LRT (Light Rapid Transit). Namun ada perbedaan ‘nasib’ antara dua LRT tersebut, bila LRT di Jakarta statusnya belum jelas, apakah bisa beroperasi sesuai event, maka LRT di Palembang dipastikan sudah mampu beroperasi pada hajatan olah raga terbesar di Asia tersebut. Baca juga: Di Tengah Pesimisme, Dirut Jakpro Optimis LRT Jakarta Bisa Digunakan Saat Asian Games 2018 Saat ini diketahui, kereta untuk LRT sudah tiba baik yang digunakan di Palembang buatan PT INKA maupun di Jakarta buatan Korea Selatan. Kali ini, KabarPenumpang.com akan membahas LRT Palembang yang akan digunakan pada perhelatan akbar nantinya. LRT Palembang sendiri saat ini masih dalam tahap penyelesaian dengan 13 stasiun yang dipersiapkan untuk memudahkan lalu lintas kontingen. Sayangnya pada Agustus 2018 mendatang hanya akan ada lima stasiun yang akan beroperasi. Wakil Ketua Komisi V DPR RI Ibnu Munzir mengatakan masih ada delapan stasiun yang belum beroperasi dan di prediksi pada Agustus mendatang belum selesai pengerjaannya. Tetapi Ibnu mengatakan, target penyelesaian kedelapan staisun tersebut pada tahun 2018 ini juga. “Lima stasiun yang nantinya beroperasi yaitu Stasiun Bandara SMB II, Palembang Icon, Ampera, Jakabaring dan OPI Mall,” ujarnya yang dikutip KabarPenumpang.com dari dpr.go.id, Senin (23/4/2018). Manager Proyek Waskita Karya Pembangunan LRT Sumatera Selatan Mashudi mengatakan pihaknya saat ini tengah fokus menyelesaikan Depo Jakabaring untuk menampung kereta yang bakal dilakukan perangkaian (assembling). “Untuk uji coba depo belum bisa dilakukan karena kereta kolong masih harus diselesaikan hingga awal Mei. Sementara dua kereta yang ada saat ini di Palembang bisa menggunakan trek 1 dan 2 untuk stabling kereta,” kata Mashudi. Dia menambahkan, saat ini ada beberapa kendala, tetapi tidak terlalu menghambat dalam penyelesaian proyek LRT. Tak hanya itu, Ibnu mengatakan salah satu masalah adalah terkait pembiayaan yang sedang didiskusikan oleh Kementerian Keuangan karena bunga bank yang telat pembayarannya. Selain itu, Ibnu menambahkan, ada dua titik girder yang sedang dilakukan. Kemudian perbaikan serta pemasangan listrik di jalur LRT yang masih menyisakan utang, sehingga penyelesaian pembayaran proyek diundur hingga 2020 mendatang. Baca juga: Untuk Asian Games 2018, Jembatan Ampera Punya ‘Teman,’ Musi IV dan VI “Tadinya mau dibayar pada 2018, tetapi pemerintah meminta pengunduran hingga 2020. Sebetulnya itu teknis saja dan tidak ada pengaruhnya dengan penyelesaian proyek. Intinya tidak akan ada hambatan operasional LRT yang ditargetkan Juli 2018. Stasiun tetap kami selesaikan.,” jelas Mashudi. Diketahui peluncuran dua trainset LRT ini dilakukan pada Jumat (20/4/2018) kemarin di pelabuhan Boom Baru, Palembang.

Untuk Rute Jarak Pendek, Low Cost Carrier Tawarkan Konsep “Standing Seat”

Bagi maskapai dengan biaya penerbangan murah atau low cost carrier, urusan seat pitch alias jarak antar kursi masih menjadi dilema. Bagi LCC prinsipnya semaksimal mungkin menggunakan konfigurasi kelas ekonomi pada armadanya. Sementara keinginan maskapai berbanding terbalik dengan kenyamanan penumpang. Baca juga: Dilema Seat Pitch, Maskapai Tambah Untung Penumpang Merana Walau dilema seat pitch belum tuntas, namun pihak maskapai pada dasarnya berusaha untuk memecahkan solusi tersebut. Sebagaimana yang diwartakan KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, ada satu jenis bangku yang diusulkan supaya penumpang dapat merasakan kenyamanan lebih, yaitu standing seat. Sesuai dengan namanya, standing seat memiliki bentuk seperti bangku jemuran yang biasa ditemui di stasiun-stasiun. Adalah Chief Executive dari Ryanair, Michael O’Leary yang pertama kali mengajukan ide ini pada tahun 2010 lalu. Michael mengusulkan untuk mengganti kursi konvensional dengan standing seats pada penerbangan jarak pendek. Namun publik menanggapinya hanya sebatas lelucon semata, mengingat beberapa waktu sebelumnya, RyanAir baru saja menelurkan isu akan mengenakan biaya penggunaan toilet pesawat. Setelah sempat hilang, kini isu penggunaan standing seat kembali mencuat setelah salah satu perusahaan desain asal Italia, Aviointeriors Group, kembali ‘menggodog’ ide bangku berdiri cetusan Michael O’Leary tersebut. Aviointeriors Group, kembali membawa standing seats pada pagelaran Aircraft Interiors Expo 2018 yang diadakan di Hamburg, Jerman, beberapa waktu yang lalu. Selain mampu menampung penumpang 20 persen yang lebih banyak dalam sekali penerbangan, bobot dari bangku yang diberi nama SkyRider 2.0 ini sendiri relatif lebih ringan ketimbang bangku pesawat konvensional (sekitar 50 persen lebih ringan). Namun sayangnya, dengan segala kelebihan yang dimilikinya, sudah delapan tahun dapur Aviointeriors ‘tidak ngebul’. Baca Juga: Ini Dia Jurus Jitu Atasi ‘Beser’ Selama Perjalanan Jarak Jauh Dikutip dari laman sumber lain, sayangnya, hingga saat ini, belum ada nama maskapai atau produsen aircraft beken yang mendaftarkan namanya di buku pemesanan SkyRider 2.0. Kendati dipercaya memberikan kenyamanan lebih kepada para penumpang, namun tidaklah mudah untuk mengubah regulasi yang sudah mengakar, bukan?

Dibalik Manfaatnya, Kereta Cepat Juga Membawa Dampak Pada Ekologi

Hadirnya teknologi kereta cepat memang didaulat sebagai evolusi masif di dunia transportasi jalur rel, bahkan sebagian pengamat mengatakan bahwa bukan tidak mungkin jika kecepatan dan estimasi perjalanannya akan menurunkan pamor dari perjalanan udara. Namun pernahkah Anda memikirkan dampak negatif dari hadirnya moda semacam ini? Baca Juga: Fenomena Kereta Tabrak Burung Jadi Dampak Ekologi Kehadiran Bullet Train? Seperti yang pernah diberitakan sebelumnya, sebuah studi yang dilakukan di Spanyol menyebutkan bahwa hadirnya kereta cepat memiliki dampak ekologi, seperti banyaknya burung yang mati akibat ‘tersambar’ kecepatan si ular besi yang bisa melebihi angka 200 km per jam. Kendati modern dan menawarkan banyak keuntungan, namun ada saja pihak yang secara vokal menentang kehadiran kereta cepat. Seperti yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman kitchener.ctvnews.ca (19/4/2018), adanya jalur kereta cepat InterCity Rail yang menghubungkan tujuh kota di Inggris ini mendapat tentangan dari masyarakat yang daerahnya dilewati oleh kereta tersebut. Salah seorang pejabat dari InterCity Rail mengatakan bahwa warga di tujuh provinsi tersebut tetap bertahan dan enggan daerahnya dilintasi oleh kereta InterCity Rail. “Hingga saat ini, provinsi-provinsi tersebut tetap tidak goyah,” ungkap Kelly Elliot, seorang anggota dewan Thames Center dan anggota InterCityRail. Jaringan kereta berkecepatan tinggi ini sendiri nantinya akan berhenti di Union Station di Toronto, Bandara Internasional Pearson, Guelph Central Station, pusat transit baru di Kitchener dan stasiun di London hingga tahun 2025. Enam tahun berselang, jaringan tersebut akan diperluas ke Chatham-Kent dan Windsor. “Kelompok tersebut tetap menentang rencana yang sudah kami ‘masak’, dan meminta untuk mempertimbangkan rute dan teknologi alternatif lainnya,” tandas Kelly. Guna mencari titik terang dari permasalahan ini, Kelly dan sejumlah pejabat lain dari InterCity Rail pun melakukan pertemuan khusus dengan para warga yang menentang keberadaan jalur kereta cepat ini. Baca Juga: Bullet Train Siap Mengular di Ujung Barat Daya Inggris Pada pertemuan yang dilakukan secara tertutup ini, Kelly mengatakan bahwa warga mengeluhkan soal lahan pertanian mereka yang nantinya akan berubah menjadi jalur kereta cepat, dan mereka tidak menginginkan itu. Kelly menambahkan bahwa pihaknya akan segera mencari jalan keluar terbaik untuk permasalahan lahan ini.