Australia membara. Si jago merah yang melalap habis semak belukar di daerah Sydney pada Sabtu (14/4/2018) lalu berimbas pada timpangnya aktifitas warga yang tinggal di sekitaran lokasi kebakaran. Tidak hanya itu, jika ditinjau lebih jauh, beberapa moda transportasi seperti kereta dan pesawat pun menjadi imbas dari kebakaran yang disinyalir terjadi karena adanya faktor kesengajaan ini.
Baca Juga: Terjebak Kebakaran di Kendaraan, Jangan Panik, Ini Cara Gunakan APAR
Seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman nzherald.co.nz (15/4/2018), seorang warganet berhasil mengabadikan betapa dahsyatnya kebakaran yang terjadi di Negeri Kangguru tersebut. Dapat dilihat kepulan asap membumbung tinggi, seolah menelan jalur kereta bandara Sydney.
Kebakaran yang semula terjadi di wilayah Casula pada Sabtu sore ini dengan cepat menyebar melalui Moorebank, Wattle Grove, Holsworthy, Menai dan Heathcote. Rural Fire Srevice New South Wales (RFS NSW) pun bergerak cepat untuk memadamkan api yang dengan cepat melalap semak belukar ini.
Diketahui, pada hari Minggu (15/4/2018), lebih dari 500 petugas pemadam kebakaran dengan hampir 100 mobil pemadam kebakaran, bersama dengan 15 pesawat, berusaha menjinakkan api sepanjang hari.
Sebenarnya, Australia sempat meminjam DC10 Nancybird dan C130 Hercules “Thor” yang biasa digunakan untuk pengeboman air melalui udara, namun sayangnya, Rob Rogers selaku akil Komisaris dari RFS NSW mengatakan bahwa dua pesawat raksasa itu sudah dikembalikan ke empunya, Amerika Serikat.
Kecepatan angin yang mencapai 40 km per jam ini membuat api lebih cepat menyambar wilayah di sekitarnya. Tak pelak, Komisaris RFS NSW, Shane Fitzsimmons pun mengutuk siapapun yang sudah menyebabkan kebakaran ini. “Beraninya mereka sengaja menyalakan api serta menyebabkan petugas pemadam kebakaran dan makhluk lain di sekitarnya dalam bahaya,” ujarnya, dikutip dari laman BBC.
Baca Juga: Sejumlah Fakta dari Proses Emergency di Pesawat Terbang
Kendati api sudah berhasil dipadamkan dan tidak ada korban jiwa dari bencana masif ini, namun Shane tetap menghimbau kepada warga yang tinggal di sekitaran lokasi kebakaran untuk tetap bersiaga. Dikhawatirkan musim panas yang kini tengah melanda Australia dapat memicu kebakaran susulan.
Salah satu mesin pesawat Southwest yang berangkat dari Bandara LaGuardia menuju Texas tiba-tiba meledak di ketinggian 38 ribu kaki (11.500 meter) sekitar pukul 11.20 waktu setempat dan menewaskan satu orang penumpang. Insiden ini membuat seluruh penumpang ketakutan dan pesawat tersebut mau tak mau harus mendarat darurat di Philadelphia.
Baca juga:Tidak Ada Korban Jiwa Dalam Insiden Jatuhnya Pesawat Piper PA32KabarPenumpang.com melansir dari laman nypost.com (17/4/2018), bahwa penumpang yang panik kemudian mengirimkan pesan kepada orang-orang terkasih mereka saat bersiap untuk hal terburuk. Padahal pesawat Boeing 737-700 tersebut yang beroperasi sejak tahun 2000 baru saja menjalani pemeriksaan pada Minggu (15/4/2018).
“Saya tidak tahu ada masalah dengan pesawat itu, masalah apa pun dengan mesin yang terlibat. Mesin, General Electric CFM 56-7, adalah mesin yang sangat andal,” kata Chief executive maskapai penerbangan, Gary Kelly.
Penumpang Southwest mengenakan masker saat salah satu mesin pesawat meledak (New York Post)
Seorang penumpang Matt Tranchin mengatakan, pesawat langsung jatuh dan masker oksigen langsung turun ke atas penumpang. Tak hanya itu, abu juga mengepung sekitaran para penumpang.
“Penumpang yang duduk tepat di sebelah jendela yang meledak dalam kondisi kritis berlumuran darah,” ujar Matt.
Dia mengatakan, seorang penumpang wanita setengah badannya tersedot keluar jendela dan untungnya ada seorang penumpang lain yang langsung menangkapnya dan membawa kembali ke dalam kabin. “Saya menghabiskan 15 menit berikutnya dengan mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga saya,” ujar Tranchin.
Timothy Bourman, seorang pendeta yang terbang bersama istrinya mengatakan, tiba-tiba mereka merasakan seperti jatuh dari ketinggian 100 kaki. Dia menambahkan, banyak orang mulai panik dan berteriak.
“Kami agak tidak terkendali untuk sementara waktu. Sepertinya pilot kesulitan mengendalikan pesawat. Sejujurnya saya pikir kita hanya akan jatuh,” ujar Bourman.
Namun, untungnya penerbangan 1380 tersebut bisa mendarat di Philadelphia dengan selamat meski ada satu orang yang meninggal dengan tujuh orang dirawat karena luka. Pesawat yang mengangkut 143 penumpang dengan lima orang awak kabin tersebut di piloti oleh Tammie Jo Shults seorang perempuan yang juga pilot Angkatan Udara Amerika Serikat.
Banyak penumpang yang memposting akan keberanian pilot tersebut di akun media sosial mereka, baik itu Facebook maupun Instagram.
Baca juga: Muncul Asap di Kabin, 129 Penumpang Globus Airlines Turun Lewat Slide Darurat
“Terimakasih yang sebesar-besarnya Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Southwest Crew dan Pilot Tammie Jo Shults atas pengetahuan dan keberanian mereka dalam situasi seperti ini. Tuhan memberkati mereka masing-masing,” kata penumpang Diana McBride Self di aku Facebooknya.
“Pilotnya, Tammy Jo sangat luar biasa! Dia mendaratkan kami dengan selamat di Philly,” tulis pengguna Instagram, Amanda Bourman.
Salah satu perusahaan yang mengembangkan moda futuristik berbasis tenaga magnetik levitasi (maglev), Hyperloop Transportation Technologies (HTT) diketahui mulai menurunkan tensi berburu partner untuk mengeksplorasi potensi rute di seluruh dunia. Startup yang berdiri sejak November 2013 lalu ini dikabarkan baru saja melangkah maju dengan menghadirkan puluhan tabung yang nantinya akan digunakan sebagai jalur uji cobanya.
Baca Juga: Hyperloop One Ganti Nama Setelah Virgin Group Tanam Saham
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman newatlas.com (16/4/2018), tabung-tabung tersebut tampak memasuki kawasan Toulouse, Perancis beberapa waktu yang lalu. Dengan perkembangan semacam ini, maka HTT mulai mendekati salah satu rival terberatnya yang juga baru menjalin kerja sama dengan perusahaan milik Sir Richard Brenson, Virgin Hyperloop One.
Terakhir, Virgin Hyperloop One telah berhasil mendatangkan Putra Mahkota Arab Saudi guna meninjau armada khusus yang rencananya akan dipasang di negara berbentuk kerajaan tersebut. Seperti yang sudah pernah diberitakan sebelumnya, antara HTT dan Virgin Hyperloop One memang terjadi persaingan yang sangat ketat, namun jalan yang ditempuhnya berbeda.
Jika Virgin Hyperloop One lebih menitikberatkan kepada uji coba moda secara terus menerus, berbeda dengan HTT yang lebih memfokuskan diri pada peninjauan regulasi dan menjalin kerja sama dengan beberapa otoritas terkait di seluruh dunia.
Nantinya, tabung-tabung yang dibawa menggunakan truk pengangkut ini akan disambung menjadi satu kesatuan jalur uji coba fase satu sepanjang 320m dimana salah satu sumber dari HTT mengatakan bahwa jalur tersebut akan diupayakan untuk beroperasi pada tahun ini. “Sementara itu pembangunan jalur fase dua sepanjang 1km diperkirakan akan rampung pada tahun 2019 mendatang,” tulis HTT di laman resminya.
Baca Juga: Beda Strategi Dengan Rival, Hyperloop Transportation Technology Utamakan Studi Lapangan
“Lima tahun lalu kami berangkat untuk memecahkan masalah transportasi yang paling mendesak; efisiensi, kenyamanan dan kecepatan,” ungkap Direktur HTT, Dirk Ahlborn. “Hari ini kami mengambil langkah penting untuk mulai mencapai tujuan tersebut. Hyperloop lebih dari sekedar moda dengan akselerasi yang luar biasa, namun ini merupakan satu peluang nyata untuk menciptakan sistem transportasi yang efisien dan aman dengan mengutamakan pengalaman penumpang yang tak tertandingi.” tutupnya.
Sering kali ancaman bom hadir di dalam sebuah penerbangan. Bahkan beberapa di antaranya membuat panik seluruh isi pesawat. Belum lama pun ada ancaman bom dii pesawat Scoot tujuan Thailand dan pilot menerbangkan kembali pesawat ke Singapura tanpa memberitahukan penumpang agar tidak terjadi kepanikan.
Baca juga: Akibat Ancaman Bom Palsu, Pesawat Scoot Dikuntit F-15SG dan Tunda Penerbangan Ke Thailand
Namun, bagaimana jika bukan hanya sekedar ancaman bom, melainkan bom itu sendiri berada di dalam kabin pesawat yang tengah mengudara menuju suatu tempat? KabarPenumpang.com melansir dari laman news.com.au (15/4/2018), tahun 2015 lalu diketahui sebuah ledakan dalam pesawat Rusia menewaskan 224 orang didalamnya.
Hal ini, membuat maskapai penerbangan memiliki rencana kontijensi jika ada bom ditemukan di salah satu pesawat mereka. Setiap pesawat memiliki lokasi bom dengan risiko rendah yang dipilih, ini merupakan tempat yang paling aman jika terjadi ledakan onboard.
Menurut seorang pilot berpengalaman, lokasi teraman adalah berada di sebelah salah satu pintu kabin paling belakang pesawat.
Ilustrasi bagian aman pesawat tempat bom di letakkan sebelum di ledakkan (The Sun)
“Jika alat peledak ditemukan dalam pesaat dan bisa dibawa, maka alat peledak tersebut akan dipindahkan ke tempat itu dan ditutupi dengan bahan atau perabot seperti koper atau apapun yang bisa mengurangi efek ledakan,” ujar seorang pilot.
Bom yang tertutup dengan koper serta material berat lainnya akan mendorong gaya ledakan keluar lebih kuat dibandingkan di dalam pesawat.
“Para pilot juga akan menurunkan ketinggian pesawat dan kemungkinan besar akan menurunkan tekanan dalam kabin. Bom yang ditemukan, tidak akan dengan sengaja diledakkan. Idenya adalah mendarat dan mengevakuasi penumpang secepat mungkin,” kata pilot tersebut.
Departemen Perhubungan atau Department Of Transportation (DOT) Amerika Serikat menerbitkan beberapa makalah tentang lokasi bom dengan risiko terkecil. Mereka mengatakan, bahwa lokasi di pesawat untuk meletakkan bom tersebut harus bisa melindungi struktur kritis dan sistem penerbangan dari kerusakan jika seandainya terjadi ledakan.
Baca juga: Antisipasi Bom Sepatu Terulang, Perusahaan Asal Inggris Kembangkan Sistem Pemindai Revolusioner
Prosedur lokasi bom dimulai secara sukarela oleh produsen pesawat sekitar tahun 1972 silam. Menurut DOT, mereka telah membuktikan secara signifikan tempat di dalam kabin pesawat yang mengurangi efek ledakan. Untuk lebih jelasnya, lokasi tersebut tidak diketahui masyarakat umum dan di tempat tersebut tidak ada tanda yang menunjukkanya.
Sempat mati suri dan hanya digunakan untuk berolahraga serta bersantai, sepeda kini kembali merajai dunia transportasi. Terbukti beberapa platform ride sharing menambahkan sepeda dalam moda transportasinya selain mobil dan motor.
Baca juga:‘Ojek Sepeda’ Kembali Hidup, Grab Menjadi Yang Kedua Beredar
Beberapa diantaranya yang sudah memasukkan sepeda dalam platform ride sharingnya yakni Uber dan Grab. Uber hadir di Amerika dan Grab di Singapura, dua platform ini menempati urutan pertama dan kedua yang memberdayakan sepeda di jalur transportasi dunia.
KabarPenumpang.com melansir dari laman globes.co.il (16/4/2018), bahwa Israel Railways baru-baru ini berencana menyewakan sepeda di stasiun-stasiunnya. Adanya rencana ini untuk mengatasi masalah akses dan parkir di stasiun kereta api.
Israel Railways sudah membuat skema percontohan yang akan diluncurkan untuk menghadirkan sepeda di stasiun kereta api Israel. Rencana ini akan dimulai dalam dua bulan kedepan sehingga memungkinkan penumpang yang turun dari kereta bisa menyewa sepeda tersebut.
Namun, saat ini belum jelas diketahui perusahaan sepeda mana yang akan menyediakan layanan tersebut. Kementerian Transportasi dan Israel Railways akan membuka penerimaan proposal bagi perusahaan yang ingin berpartisipasi dalam skema pembagian penyewaan sepeda tersebut.
Baru-baru ini, dua perusahaan sepeda dari Cina tiba di Israel untuk bekerja sama terkait skema yang dibuat Israel Railways tersebut. Ofo dan Mobike dua perusahaan ride sharing yang beroperasi menggunakan aplikasi ponsel.
Kedua aplikasi ini memberikan keuntungan dimana sepeda yang mereka sediakan memiliki kunci yang terpasang. Mobike sendiri jika pengguna akan mengakhiri penggunaan sepedanya bisa meninggalkan sepeda di beberapa tempat parkir yang disediakan dan sudah memiliki izin kerja sama.
Israel Railways sendiri diketahui juga menawarkan lahan untuk docking sepeda gratis ke perusahaan penyewa sepeda. Tetapi perjanjian terkait ini masih harus dibicarakan dengan otoritas lokal.
Adanya pemberian proposal sangatlah penting, sebab dalam hal ini pihak Israel Railways tidaklah menggunakan proses tender. Sehingga para operator yang berminat akan di undang dan bisa menempatkan sepeda mereka di stasiun kereta api untuk kepentingan penumpang.
Dengan hadirnya sepeda di stasiun, penumpang akan mendapatkan potongan sepuluh persen jika menggunakan sepeda dan memesannya melalui aplikasi. Tujuan utama Israel Railways sebenarnya untuk mendorong penumpang menggunaan transportasi umum dan mengurangi masalah akses parkir di beberapa stasiun kereta api.
Tahun 2017 lalu, Kementerian Transportasi melakukan survei dan mendapatkan hasil lima ribu penumpang kereta api menggunakan sepeda pada jam sibuk setiap harinya. Ini lebih tinggi 35 persen dari tahun 2014.
Baca juga: Hadirkan Layanan Sepeda Listrik di Negeri Paman Sam, Uber Akuisisi JUMP
Jika sudah selesai semua terkait masalah operator sepeda, jalur dan lainnya, pembagian sepeda tersebut akan dimulai pada stasiun Beersheva North. Tak hanya itu, nantinya akan berkembang sesuai dengan tingkat kerja sama yang diterima dari pemerintah setempat.
“Ketika skema percontohan meluas, setiap penumpang akan dapat melakukan perjalanan ke dan dari stasiun kereta api dengan mudah dan bebas,” kata Menteri Transportasi Yisrael Katz.
Seolah tidak ada habisnya ketika kita membahas tentang dunia aviasi secara keseluruhan. Sebut saja dari yang paling sederhana seperti nomor penerbangan. Ya, bisa dibilang, nomor penerbangan ini semacam identitas setiap armada dari berbagai maskapai yang ada di dunia. Kombinasi huruf dan angka yang tertera pada nomor penerbangan ini sendiri memiliki makna tersirat di dalamnya.
Baca Juga: Sebelum “Mengudara”, Kenali Dulu Yuk Kode Penerbangannya!
Sebelum melangkah lebih jauh, patut diketahui bahwa nomor penerbangan yang tercantum di setiap armada ini dikeluarkan oleh International Air Transport Association (IATA). Untuk beberapa kasus, biasanya ada satu huruf yang mewakilkan nama maskapai terkait, seperti contohnya QF untuk Qantas, VA untuk Virgin Australia, VS untuk Virgin Atlantic, JQ untuk Jetstar Australia, AA untuk American Airlines, BA untuk British Airways, NZ untuk Air New Zealand, GA untuk Garuda Indonesia, dan seterusnya.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman news.com.au (16/4/2018), tidak semua huruf yang tertera di nomor penerbangan terkandung inisial dari maskapai terkait, seperti WN untuk maskapai Southwest Airlines, AY untuk maskapai Finnair, QG untuk maskapai Citilink, JT untuk maskapai Lion Air, dan seterusnya.
Sedangkan untuk masalah angka yang tertera setelah dua huruf di awal nomor penerbangan, memiliki banyak informasi tersirat. Seorang pilot yang juga merangkap sebagai penulis, Patrick Smith mengatakan bahwa semakin kecil nomor penerbangan, maka semakin bergengsi rute penerbangannya. “Maskapai penerbangan kerap memberikan nomor yang lebih kecil apabila mereka melakukan penerbangan jarak jauh dan destinasi bergengsi,” tutur Patrick. “Jika ada penerbangan 001 di jadwal, itu artinya penerbangan dari London ke Sydney atau Paris ke New York,” imbuhnya.
Patut dijadikan catatan, kebanyakan maskapai menggunakan nomor ganjil untukmenandakan penerbangan menuju arah Timur atau Utara, sedangkan untuk penerbangan menuju arah Barat atau Selatan menggunakan nomor genap.
Lain cerita dengan Flag Carrier Negeri Kangguru, Qantas Airlines yang menggunakan nomor ganjil untuk menandakan penerbangan internasional keluar Australia, dan nomor genap untuk menandakan penerbangan masuk menuju Australia. Contohnya QF1 (ganjil) untuk penerbangan Sydney – London, dan QF44 (genap) untuk penerbangan Denpasar – Sydney.
Baca Juga: Mengenal Arti Kode “PK” di Badan Pesawat Penumpang
Qantas sendiri menggunakan deret angka dari 1 sampai 399 untuk rute penerbangan internasional (termasuk codeshare), sedangkan deret angka di atas 400 dipergunakan sebagai identitas armadanya yang mengudara dengan rute penerbangan domestik.
Umumnya di sebagian besar maskapai, nomor penerbangan empat digit yang diawali dengan 3 atau angka lebih tinggi menunjukkan penerbangan codeshare yang dioperasikan oleh mitra. Misalnya, penerbangan British Airways BA7420 adalah penerbangan codeshare dari Auckland ke Sydney yang dioperasikan oleh Qantas.
Masih ingatkah Anda tentang sebuah hotel di Negeri Paman Sam menawarkan sensasi menginap di dalam gerbong tua yang sudah lama tidak terpakai? Jika Anda terpesona dengan tema yang diambil oleh hotel tersebut, mungkin Anda akan menarik kata-kata Anda kembali dan berpaling menuju sebuah hotelyang menawarkan sensasi bermalam di luar angkasa. Wow!
Baca Juga: Lama Tak Terpakai, Gerbong Tua Ini Disulap Jadi Kamar Hotel Mewah
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman news.com.au (11/4/2018), adalah Aurora Station, hotel mewah pertama yang bertempat di antariksa siap untuk kedatangan tamu pertamanya dalam beberapa tahun ke depan. Aurora sendiri pada dasarnya merupakan stasiun ruang angkasa modular yang didesain sedemikian rupa sehingga nyaman untuk dihuni maksimal empat orang tamu.
Dalam paket perjalanan plus menginap selama 12 hari yang ditawarkan oleh pihak Orion Span, selaku pengembang hotel luar angkasa pertama ini, nantinya para tamu akan merasakan sensasi terombang-ambing pada ruang anti gravitasi. Aurora juga akan membuat satu orbit penuh pada ketinggian 322km di atas Bumi setiap 90 menit, yang berarti para tamu mendapatkan pemandangan dari 16 matahari terbit dan terbenam setiap 24 jam, keren bukan?
Hotel yang kini masih dalam proses pengembangan di bawah naungan Orion Span ini rencananya akan diluncurkan ke ruang angkasa pada tahun 2012 mendatang, dan siap menjadi menyambut tamu pertamanya setahun berselang. “Inti dari misi kami sebenarnya sangat sederhana, yaitu kami berharap akan ada lebih banyak orang yang berkunjung ke luar angkasa. Bukan tidak mungkin jika mereka (para tamu) berubah pikiran dan ingin hidup di luar angkasa,” ungkap CEO Orion Span, Frank Bunger.
Berbeda dengan kebanyakan hotel yang ada di bumi, Anda akan melewati sejumlah tes kesehatan dan proses sertifikasi selama kurang lebih tiga bulan lamanya sebelum menginap di Aurora Station. Nanti setelah calon tamu sudah lolos tahap pendaftaran dan pemeriksaan kesehatan, mereka akan diberangkatkan menuju Aurora Station dengan menggunakan roket. Sayangnya, Orion Span hingga saat ini masih mencari rekanan yang tepat dalam urusan menerbangkan calon tamu.
Baca Juga: Setelah Pesawat dan Kereta, Kini Giliran Bus Tingkat yang’ Disulap’ Jadi Hotel
Sehubungan dengan serangkaian proses yang tidaklah murah, maka tidak heran jika harga yang ditawarkan oleh Orion Span pun bisa dibilang spektakuler. Harga perjalanan selama 12 hari tersebut dimulai pada angka US$12,34 juta atau yang hampir setara dengan Rp170 miliar! Fantastis, bukan?
Uber mundur di dunia aplikasi ride sharing Asia Tenggara. Mundurnya Uber dan bergabung dengan Grab dikeluhkan oleh para pengguna aplikasi ride sharing tersebut. Pasalnya, pengguna mengatakan, tarif menjadi lebih tinggi dari biasanya sebelum Uber hilang dari dunia ride sharing.
Baca juga: Diakuisisi Grab, CEO Uber: “Ini Taktik Untuk Tingkatkan Profit”
Namun, perusahaan jaringan transportasi atau The transport network company (TNC) tersebut menekankan bahwa itu tidak mengambil keuntungan dari situasi dan menjelaskan bahwa tarif mereka masih dalam batas yang disetujui oleh pemerintah. KabarPenumpang.com melansir dari laman inquirer.net (17/4/2018), bahwa kenaikan tarif Grab pada jam sibuk di Filipina pada Senin (16/4/2018) pagi sangat mengejutkan banyak pengguna yang terpaksa mencari transportasi lain. Joyce Yu salah satu pengguna akhirnya memilih bus dari North Avenue ke Ortigas karena Grab mengenakan tarif P450 atau sekitar Rp118 ribu untuk perjalanan saat itu, yang biasanya hanya P250 atau Rp66rb.
Beberapa warganet yang menggunakan Twitter menuliskan kekecewaan mereka atas tarif Grab yang tinggi berkisar P300 hingga P600 atau Rp79 ribu sampai Rp158 ribu. Contohnya seperti perjalanan yang menempuh jarak 6,5 km dari Makati ke Manila pada pukul 08.00 pagi waktu setempat membuat tarif melambung hampir P300 yang biasanya hanya P150.
Pada Minggu lalu, the Land Transportation Franchising and Regulatory Board (LTFRB) meminta Grab untuk segera menurunkan batas harga dari dua kali tarif reguler menjadi hanya 1,5 kali saat memproses TNC baru yang akan menggantikan Uber. Manager Komunikasi Grab Filipina, Fiona Nicolas mengatakan, sementara mereka telah menerapkan laju lonjakan baru yang dikenakan oleh LTFRB dan tarif mungkin tetap tinggi karena terbatasnya jumlah pengemudi.
“Onboarding untuk TNVS (transport network vehicle services) belum mencapai 100 persen, sementara sebagian besar, penumpang Uber sudah mengunduh aplikasi Grab. Transfer pengemudi dari Uber ke Grab masih berlangsung,” ujar Fiona.
Kepala Bagian Grab Filipina, Brian Cu sebelumnya telah menjelaskan, bahwa sementara ada peningkatan hingga 70 persen dalam pemesanan penumpang mereka dan pengemudi yang ada hanya bertambah sekitar 30 persen saat ini.
Uber sendiri diketahui sudah mengofflinekan aplikasinya di Filipina setelah Grab mengakuisisi operasi di Asia Tenggara pada 25 Maret 2018 lalu. Langkah Uber sendiri sesuai dengan instruksi LTFRB agar berhenti sebagai TNC mulai 16 April 2018 kemarin, meskipun ada perintah dari Philippine Competition Commission untuk melayani publik sambil menunggu peninjauan kembali kesepakatannya dengan Grab.
Untuk melindungi masyarakat dari kenaikan tarif Grab, the National Center for Commuter Safety and Protection (NCCSP) meminta LTFRB untuk mempercepat akreditasi TNC baru Lag Go, Hype dan Owto.
Baca juga: Hadirkan Layanan Sepeda Listrik di Negeri Paman Sam, Uber Akuisisi JUMP
“Ini adalah kewajiban pada LTFRB untuk menyetujui aplikasi ini. Kami berpikir bahwa LTFRB harus cepat sehingga akan ada persaingan,” kata kepala NCCSP, Maricor Akol.
Pada saat yang sama, LTFRB meminta publik untuk melaporkannya kepada pengemudi Grab yang pemilih, termasuk mereka yang memaksa penumpang untuk membatalkan pemesanan mereka. Dikatakan bahwa menunjukkan perintah penyebab akan dikeluarkan terhadap driver ini yang harus menjelaskan mengapa waralaba mereka untuk beroperasi tidak boleh dicabut.
Kejadian ini juga terjadi di Indonesia, seorang penumpang yang berangkat dari sekitaran Cilandak menuju Bandara Halim Perdanakusuma yang awalnya di aplikasi hanya Rp48 ribu, namun saat tiba menjadi Rp69 ribu. Beberapa pengemudi Grab car baik Jakarta maupun luar Jakarta mengatakan, hingga saat ini belum merasakan dampak akuisisi Grab pada Uber tersebut.
Teror yang terjadi di dalam perjalanan udara kembali terjadi baru-baru ini. Kali ini, bukan penumpang yang menjadi sandera, melainkan awak kabin. Akibat insiden yang dilakukan oleh seorang penumpang ini, akhirnya maskapai Air China yang tengah berada dalam perjalanannya menuju Beijing terpaksa melakukan pendaratan darurat di kota Zhengzhou. Uniknya, si penumpang tidak menggunakan senjata tajam atau benda berbahaya lainnya untuk menyandera korban, melainkan dengan sebuah pena.
Baca Juga: Pembajakan Pesawat Terlama, 39 Hari Kelam Penumpang El Al Flight 426
Seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman independent.co.uk (16/4/2018), Administrasi Penerbangan Sipil China membenarkan bahwa seorang penumpang berjenis kelamin laki-laki telah menyandera seorang awak kabin maskapai Air China dengan nomor penerbangan CA1350 dengan menggunakan sebuah pena. Si penumpang beraksi tak lama setelah maskapai tersebut lepas landas dari Changsha Huanghua International Airport, pada Minggu (15/4/2018) pagi.
Pihak kepolisian yang menangani kasus ini pun mengidentifikasi tersangka sebagai seseorang yang memiliki riwayat penyakit mental. “Secara tiba-tiba ia menangkap seorang pramugari dan menyanderanya dengan menggunakan pena,” ungkap salah seorang petugas kepolisian. Karena kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan, akhirnya kapten pesawat memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di kota Zhengzhou.
Civil Aviation Authority mengatakan masalah ini berhasil ditangani oleh kepolisian tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Banyak saksi yang mengatakan bahwa penumpang mulai disiagakan ketika mendengar salah seorang awak kabin mulai menangis karena drama penyanderaan ini.
“Suara tangisan membangunkan saya dan sebagian penumpang lain yang tengah tertidur. Kami tidak mengetahui sumber tangisan tersebut,” ungkap salah seorang saksi mata kejadian tersebut. Penumpang lain yang juga berada di dalam penerbangan tersebut mengatakan drama penyanderaan ini terjadi antara di kelas bisnis atau First Class, ia tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi karena tirai pemisah kelas tertutup rapat.
Baca Juga: Neerja Bhanot – Mengenang Tameng Hidup Tragedi Pan Am Penerbangan 73
Setibanya di darat, para penumpang sudah melihat kerumunan petugas darat, ambulans, dan juga petugas kepolisian yang siap ‘menyambut’ kehadiran si penyandera. Untungnya, tidak ada yang terluka dalam insiden ini. Hingga kini, pihak kepolisian masih belum merilis hasil pemeriksaan lebih lanjut dari tersangka yang disinyalir berusia 41 tahun ini.
Rangkaian kereta Light Rapid Transit (LRT) Jakarta yang didatangkan dari Korea Selatan, tiba pada Jumat (13/4/2018) kemarin. Rangkaian ini nantinya akan digunakan untuk membawa para kontingen Asian Games 2018 yang akan di selenggarakan di Jakarta Agustus hingga September mendatang.
Baca juga: Kebut Persiapan Asian Games 2018, PT INKA Mulai ‘Cicil’ Pengiriman LRT Palembang
Direktur Utama PT Jakpro, Satya Hergandhi mengatakan, LRT rute Kelapa Gading-Veledrome bisa digunakan sebelum Asian Games 2018. “Saya optimis sebelum Agustus kereta dan jalur sudah siap melayani main line,” ujarnya yang dikutip KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber.
Satya mengatakan, proses pembangunan fisik termasuk depo LRT di Jalan Pegangsaan II sudah mencapai 70 persen hingga awal April 2018. Dia menambahkan pihaknya akan mengupayakan segala cara untuk mempercepat penyelesaian fisik serta prasarana yang menunjang.
“Pemasangan rel sudah selesai. Saat ini kami tengah memasang persinyalan dan sistem telekomunikasi. Mudah-mudahan sebelum Agustus sudah selesai,” ucapnya.
Pernyataan Satya ini seperti berbanding terbalik dengan ucapan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. “LRT tidak bisa di Asian Games itu, tersisa empat bulan. Venue-nya kan banyak, ada di Senayan, Kemayoran, Sunter. Ada enam tempat di Jakarta ini. Ini tidak mungkin (menunggu LRT selesai),” ujar JK.
Dengan hal ini, JK menyarankan agar dibuat jalur khusus bus bagi kontingen dan pemangku kepentingan saat Asian Games 2018 mendatang untuk menggantikan tidak siapnya LRT. Adanya permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan LRT, JK menambahkan, hal tersebut perlu koordinasi dengan pemerintah pusat yakni Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta beberapa BUMN.
“Ini semua harus terkoordinasi. Kalau LRT tidak terkoordinasi dengan MRT, tidak terkoordinasi dengan busway (Transjakarta), itu nanti orang akan bingung. Oleh karena itu, harus ada otoritasnya. Tapi yang soal ini, yang terjadi di kota ini selalu bermasalah,” kata JK.
Tak hanya itu, Budi Karya juga mengatakan, LRT yang dibangun di Jakarta tidak akan selesai untuk mendukung pelaksanaan Asian Games 2018. Budi Karya mengatakan karena LRT tidak bisa menjadi transportasi bagi peserta Asian Games, maka Kementerian Perhubungan akan menyediakan bus yang akan mengantar para peserta dari tempat penginapan menuju ke lokasi perlombaan dan pertandingan. Namun, dia mengatakan untuk LRT Palembang diyakini bisa beroperasi sebelum perhelatan olahraga terbesar se-Asia tersebut.
Baca juga: LRT Kelapa Gading-Velodrome Progress Pengerjaan 67 Persen
“LRT Jakarta tidak selesai untuk Asian Games. Ini pengamatan saya. Saya tidak tahu ada masalah apa. Bisa juga masalah tanah. LRT Palembang bisa beroperasi saat Asian Games sehingga semua atlet akan menggunakan LRT,” kata Budi Karya.
Diketahui panjang jalur LRT Jakarta dari Kelapa Gading Hingga Veledrome adalah sembilan kilometer. Nantinya jika selesai akan dilanjutkan dengan Veledrome-Dukuh Atas sehingga terhubung dengan kereta bandara dan KRL di Dukuh Atas serta MRT. Sedangkan jalur LRT Palembang kurang lebih sekitar 23,5 km yang akan dilayani 14 rangkaian ketera dengan tiga kereta per rangkaian.