Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) atau biasa disebut Serambi Makkah, merupakan provinsi paling Barat Indonesia yang memiliki Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda. Bandara ini berada di kecamatan Blang Bintang di Aceh Besar dan melayani kota Banda Aceh serta sekitarnya.
Nama Bandara ini sendiri di ambil dari seorang pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Aceh. Saat ini bandara Sultan Iskandar Muda melayani rute domestik dan internasional.
Baca juga: Sumatera Utara Ternyata Punya 10 Bandara
Tapi tahukah Anda, sampai saat ini belum banyak maskapai yang memiliki penerbangan langsung ke Aceh dari Jakarta? Nah, KabarPenumpang.com merangkum bahwa untuk sampai ke Aceh dari Jakarta hanya ada dua maskapai yakni maskapai plat merah Garuda Indonesia dan Batik Air.
Penerbangan Garuda Indonesia dulunya hanya ada dua kali ke Aceh yakni pagi dan sore hari, tetapi saat ini maskapai Garuda sudah memberikan layanan hingga tiga kali sehari keberangkatan dari Jakarta menuju Aceh dengan durasi penerbangan kurang dari tiga jam. Sedangkan untuk Batik juga memberikan perjalanan sehari tiga kali untuk sampai ke Banda Aceh dengan jarak tempuh yang sama.
Garuda Indonesia keberangkatan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sedangkan Batik Air melalui penerbangan dari Bandara Halim Perdana Kusuma begitupun sebaliknya. Tapi tenang, jika Anda sebagai pelancong yang tidak mendapatkan tiket langsung Jakarta menuju Aceh, maskapai-maskapai ini juga memberikan jalur transit serta maskapai lainnya seperti Citilink dan Lion Air.
Biasanya untuk perjalanan transit waktu tempuh menuju Aceh sekitar empat sampai enam jam tergantung berapa banyak maskapai tersebut transit. Tahun 2015 lalu, diketahui maskapai Garuda memiliki tujuan Aceh yang transit hingga enam jam dengan dua tujuan transit yakni di bandara Sibolga dan Kualanamu.
Diketahui dari beberapa penumpang, keberangkatan Jakarta tujuan Aceh menggunakan pesawat Garuda jenis ATR yang singgah di Sibolga dan menuju Kualanamu. Di Kualanamu, penumpang tujuan akhir Aceh akan berpindah ke pesawat berbodi besar sebelum akhirnya tiba di Sultan Iskandar Muda.
Baca juga: Dibalik Insiden Jet Blast Garuda Indonesia, Senantiasa Waspada Saat Berada di Apron!
Sayangnya, hingga saat ini untuk penumpang setia maskapai Citilink harus bersabar, karena penerbangan menuju Aceh baru ada satu kali penerbangan pergi dan pulang dalam sehari, itupun pesawat transit tak langsung menuju Aceh. Tak hanya untuk penerbangan domestik saja, kota yang terkenal dengan kopi dan mienya ini, juga melayani penerbangan internasional tujuan Kuala Lumpur dan Penang.
Penerbangan tujuan Kuala Lumpur menggunakan maskapai milik AirAsia dan Penang menggunakan FireFly. Tetapi kedua penerbangan ini hanya ada satu hari sekali.
Terlepas dari maskapai penerbangan dari dan ke Banda Aceh, bandara Sultan Iskandar Muda juga mendapatkan penghargaan sebagai Bandara Terbaik Dunia untuk Wisatawan Halal di Dunia Halal Tourism Awards 2016 lalu. Saat ini, Bandara Sultan Iskandar Muda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II (Persero).
Jika kini nama-nama seperti Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, I Gusti Ngurah Rai di Bali, dan beberapa nama bandara besar lainnya kerap menghiasi pemberitaan, pernahkah terpikirkan oleh Anda, kira-kira dimana ya letak bandara pertama di Indonesia? Apakah dewasa ini lokasi tersebut masih berfungsi sebagai bandara? Jika Anda pernah memiliki pemikiran seperti itu, KabarPenumpang.com akan membahas mengenai lima bandara pertama di Indonesia.
Lapangan Terbang Kemayoran, Jakarta
Selain menjadi bandara kelima yang dibangun di Indonesia, bandara yang sudah tidak beroperasi lagi ini juga diketahui sebagai bandara internasional pertama di Indonesia. Memulai konstruksi pada tahun 1934 dan secara resmi dibuka pada tanggal 8 Juli 1940.
Baca juga: Menara ATC Tintin – Cagar Budaya yang Tergerus Modernisasi Ibu Kota
Bandara ini perlahan mulai berhenti beroperasi pada tanggal 1 Januari 1983 dan secara resmi berhenti pada tanggal 31 Maret 1985. Sementara itu, semua penerbangan menuju Bandara Internasional Kemayoran ini dipindahkan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang kala itu baru saja diresmikan.
Lapangan Terbang Darmo, Surabaya
Bandara pertama di Surabaya ini kini tinggal kenangan, bahkan rekam jejaknya pun sudah tertimbun modenisasi. Lapangan Udara Darmo dibangun pada masa Hindia Belanda di kawasan Goenoeng Sarie Weg (Jalan Gunung Sari) dan diberi nama “Vliegveld Darmo”. Lokasi landasan pacu lapangan terbang yang dibangun pada 1920 itu kini menjadi Jalan Raden Wijaya dan bekas lokasi lapangan terbang menjadi Komplek Makodam V Brawijaya.
Walaupun tidak ditemukan adanya literature mengenai catatan penerbangan dari lapangan terbang militer ini, namun ada satu momen bersejarah yang tersisa dari bandara ini. Tanggal 10 November 1934, “Uiver”, pesawat DC-2 milik maskapai penerbangan Belanda KLM, dalam penerbangan Brisbane, Australia, ke London, Inggris, sempat singgah di Lapangan Terbang Darmo.
Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma (d/h Lapangan Terbang Tjililitan)
Pada abad ke-17, daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir bernama Tandjoeng Ost milik Pieter van der Velde. Kemudian sekitar tahun 1924, sebagian tanah tersebut dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia. Pada awalnya, lapangan terbang tesebut dinamakan Vliegveld Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan).
Sejarah lain tercatat di tahun yang sama, dimana lapangan terbang ini menerima kedatangan pesawat Fokker dari Amsterdam yang kemudian menjadi penerbangan internasional pertama di Indonesia. Bertepatan dengan HUT RI yang ke-7, lapangan terbang ini kemudian berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.
Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara (d/h Lapangan Terbang Andir)
Bandara yang dibangun pada tahun 1920 ini pada awalnya dinamai Lucthvaart Aflending atau Vliegveld Andir. Nama Husein Sastranegara diambil dari nama seorang pilot militer AURI yang telah gugur pada saat latihan terbang di Yogyakarta tangal 26 September 1946.
Baca juga: Husein Sastranegara – Perintis TNI AU Yang Gugur Karena Kecintaannya Pada Dunia Dirgantara
Sempat terjadi perebutan antara Jepang dan pasukan pribumi, dimana Jepang pernah menguasai Lapangan Udara Andir pada 1942 hingga 1945. Lapangan udara tersebut juga sempat mengalami keadaan vakum dari tahun 1945 hingga tahun 1949. Sampai akhirnya tahun 1973 lapangan terbang tersebut boleh dipergunakan untuk penerbangan komersial.
Pangkalan Udara Kalidjati, Subang
Ini merupakan bandara pertama yang dibangun di Indonesia, tentu saja tanpa campur tangan Belanda, mungkin bandara ini tidak akan pernah ada. Dibangun pada 30 Mei tahun 1914, bandara ini juga sekaligus menjadi pangkalan udara leluhur bagi TNI AU. Selain lapangan udara, di tempat yang berusia lebih dari satu abad ini juga Belanda pernah mendirikan sekolah penerbangan.
Pembangunan bandara ini berbarengan dengan dibentuknya PVA (Proef Vlieg Afdeling), yaitu suatu Bagian Penerbangan Percobaan dari Pasukan Hindia Belanda (KNIL). Lapangan Terbang Kalidjati pada awalnya hanya berupa lapangan rumput sederhana digunakan untuk lepas landas dan pendaratan pesawat. Sementara pesawatnya ditempatkan di bangsal yang terbuat dari bambu. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan pesawat cepat rusak. Perlahan, Belanda pun mulai melengkapi Lanud Kalijati berikut fasilitas pendukungnya seperti landasan yang lebih kokoh, tower, hanggar, perkantoran, dan pemukiman personelnya.
Bandara Dubai di Uni Emirat Arab tak hanya memperkenalkan terowongan pintar atau Smart Tunnel saja, bandara super sibuk ini malahan turut memperkenalkan mobil yang dilengkapi dengan pengecekan imigrasi. Kedua proyek masa depan tersebut kini tengah ditampiklan dalam Pekan Teknologi Gitex 2017, yang berlangsung di Dubai World Centre, 8 – 12 Oktober ini.
Baca juga: Mudahkan Identifikasi Penumpang, Bandara Dubai Rencanakan Bangun Smart Tunnel
Dengan mobil cek imigrasi, nantinya para pelancong hanya akan menggunakan smartphone saja tanpa perlu membawa paspor maupun boarding pass. Kapten Amer Rashed Almheiri, Direktur general directorate of residency and foreign affairs (GDRFA) dari Departemen Aplikasi Pintar mengatakan, kedua hal tersebut sebagai bagian dari prakarsa Dubai 10X, dimana para pelancong akan menaiki mobil elektronik yang dilengkapi cek imigrasi.
“Ada kamera di dalam mobil yang menggunaan teknologi pengenalan wajah dan terhubung dengan gerbang imigrasi pintar di area check in. Semua informasi yang didapat termasuk rincian paspor dan tiket akan dikirim ke konter, sehingga pelancong tidak lagi harus melalui imigrasi dan bisa langsung ke lounge atau gate tunggu,” ujar Amer yang dikutip KabarPenumpang.com dari khaleejtimes.com (10/10/2017).
Alur keimigrasian Bandara Dubai (www.khaleejtimes.com)
Dia mengatakan, hal yang lebih menakjubkan lagi adalah pada mobil ini bisa menimbang berat barang bawaan Anda sehingga barang yang dilarang untuk dibawa bisa langsung terlihat dan setelah melewati alat pemindai akan langsung menuju area muatan pesawat. GDRFA untuk mobil elektronik pintar ini bekerja sama dengan Tesla.
Sedangkan untuk gerbang elektronik saat ini hanya bisa digunakan oleh penumpang yang menggunakan maskapai Emirates. Di gerbang ini penumpang hanya perlu memindai kode batang atau barcode di ponsel pintar untuk membuka gerbang dan sidik jari untuk dipindai dan menyelesaikan check ini selama 15 detik.
Baca juga: Bandara Dubai Gunakan Bahasa ‘Jawa Halus’ Untuk Pemeberitahuan Penerbangan
“Begitu mereka menyelesaikan cek imigrasi, mereka bisa langsung masuk ke gerbang,” tambahnya.
Tak hanya itu, ada pula Smart Wallet yang akan menggantikan gerbang elektronik secara bertahap. Amer mengatakan, pemerikasaan keberangkatan dan kedatangan akan dilakukan kurang dari 15 detik dengan menggunakan Smart UAE Wallet ini. Dimana sebuah aplikasi yang berisi semua rincian paspor dan boarding pass pelancong.
Smart Wallet ini bisa di unduh pengguna smartphone baik iOS maupun Android di iTunes dan Play Store yng sudah diluncurkan pada MEi 2017 kemarin dan telah memberikan kemudahan pada pelancong di berbagai titik bandara. GDRFA yakin bahwa aplikasi tersebut aman dan memiliki pemeriksaan keamanan.
Hal ini sangat nyaman karena penumpang tidak perlu membawa paspor dan boarding pass mereka, karena semua data yang terdaftar di sistem, termasuk nama, nomor kursi dan nomor penerbangan terkait dengan dompet cerdas. Sebab penumpang dapat melepaskan diri dari pemeriksaan manual oleh petugas imigrasi, selain itu juga bisa membarikan pengalaman yang lebih baik pada pelancong.
Bagi Anda para penggila musik pop Korea (KPop), mungkin pernah melihat video klip dari Blackpink yang berjudul As If It’s Your Last. Di dalam video klip tersebut, ada beberapa scene yang mempelihatkan island platform dan sebuah tangga menuju ke atas yang diapit oleh dua buah tembok porselen berwarna pink, lengkap dengan kereta yang hilir mudik di sebelah kiri dan kanannya. Sepintas, latar video klip ini sama dengan apa yang ada di Stasiun MRT Redhill di Singapura. Apakah benar stasiun MRT ini pernah dijadikan lokasi syuting Girlband Blackpink?
Baca Juga: Intip Langsung Kungstradgarden, Stasiun Bawah Tanah Paling Keren di Dunia
Sebelum membedah kasus ini lebih dalam, lansiran KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, Stasiun Redhill sendiri merupakan salah satu stasiun upper-ground MRT Singapura yang terletak di East West Line, berlokasi di Bukit Merah, Singapura. Stasiun nyentrik berwarna pink ini pertama kali dibuka pada 12 Maret 1988. Pada awal pengoperasiannya, stasiun ini bernama Alexandra, namun diganti karena takut membingungkan penumpang. Pasalnya, di West East Line juga terdapat stasiun bernama Alexandra.
Sumber: mothership.sg
Kembali pada kasus di atas, ternyata Stasiun Redhill ini bukanlah lokasi pengambilan gambar untuk video klip As If It’s Your Last milik girlband, Blackpink. Terdapat beberapa perbedaan yang mencolok dari keduanya. Seperti tangga, papan penunjuk arah yang terletak di atas tangga, hingga plat penunjuk arah yang tertempel di tembok sebelah kiri. Lagi pula, tembok yang ada di Stasiun Redhill bukan terbuat dari porselen seperti yang ada di video klip tersebut.
Namun walaupun lokasi ini bukanlah tempat pengambilan gambar dari video klip As If It’s Your Last, tidak sedikit pelancong yang mengabadikan momen berada di stasiun unik tersebut, bahkan sampai ada yang mengabadikannya dalam bentuk video, menirukan aksi sang Girlband.
Stasiun Kungstradgarden. Sumber: kensaysgotravel.com
Sebenarnya, ini bukanlah satu-satunya stasiun unik yang ada di dunia, di Swedia, ada stasiun bawah tanah Kungstradgarden yang berlokasi di kota Stockholm. Menurut laman Huffington Post pada 23 Desember 2013 yang lalu, stasiun ini dijadikan sebagai salah satu stasiun bawah tanah paling ciamik di dunia. Temboknya terdiri dari bebatuan alami, karena sebagian besar kontur tanah di Stockholm berada dalam struktur tanah bebatuan, dan mengharuskan para pekerja untuk bekerja lebih keras.
Baca Juga: Akhir 2017 Proyek MRT Jakarta Ditargetkan Rampung 93%
Tidak hanya di luar negeri, PT MRT Jakarta sendiri rencananya akan membuat suatu stasiun yang memiliki tema unik. Pernyataan tersebut dilontarkan langsung oleh Direktur PT. MRT Jakarta, William P Sabandar. “Di Stasiun Haji Nawi ada tema khusus. Ada kisahnya, dulu Haji Nawi itu adalah tokoh masyarakat Betawi yang disegani di kawasan ini. Maka dari itu, kami memutuskan untuk membawa kultur Betawi di Stasiun Haji Nawi,” ungkap William, sebagaimana yang dikutip dari laman Kompas.com, Rabu (25/1/2017). Kita nantikan saja hadirnya stasiun MRT unik ini!
Walaupun Jepang terkenal sebagai salah satu kiblat perkembangan teknologi dunia, bukan berarti Negeri Matahari Terbit tersebut lantas berada di atas awan. Mereka selalu menciptakan inovasi terbaru yang siap digunakan di masa yang akan datang. Seperti contohnya kereta peluru di sana, Shinkansen yang baru saja meluncurkan preview armada terbarunya yang siap mengular di masa depan. Tentu saja, ada beberapa perubahan yang akan menghiasi tubuh dari Shinkansen sendiri.
Baca Juga: Inilah 10 Kereta Tercepat di Dunia
Seperti yang KabarPenumpang.com himpun dari laman asahi.com (2/10/2017), hanya bagian kerangka depannya saja yang dipertunjukkan di depan awak media setempat. Pada momen tersebut, Central Japan Railway Co. (JR Central) yang bertindak sebagai tuan rumah mengumumkan bahwa hanya ada dua varian dari kereta N700S baru ini, kecuali bagian kepala depan dan ekor belakang. Sebagai perbandingan, N700A yang kini beroperasi memiliki enam varian yang berbeda.
Sumber: asahicom.jp
Sedikitnya varian ini dikarenakan adanya penyederhanaan pada bagian bawah lantainya. Dalam acara yang digelar pada 1 Oktober 2017 kemarin di Aichi Prefecture, pihak JR Central berharap berkurangnya varian ini akan meningkatkan penjualan Shinkansen ke operator kereta lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Ini dikarenakan pengaturan yang lebih fleksibel, seperti kereta 8 gerbong dan kereta 12 gerbong, tidak seperti pengaturan 16 gerbong seperti yang ada saat ini.
Rencananya, armada anyar tersebut akan diluncurkan di Tokaido Shinkansen Line yang menghubungkan Tokyo dan Osaka pada tahun fiskal 2020 mendatang. Sedangkan untuk peresmiannya sendiri, kereta peluru asli Jepang tersebut akan dilakukan di Pabrik Nippon Sharyo di Toyokawa. Dari segi fisik, tampilan bagian depan kereta peluru N700S sedikit lebih tajam daripada model N700A, pendahulunya. Perubahan desain tersebut akan berdampak pada berkurangnya osilasi horizontal yang dirasakan penumpang dengan cara mengubah aliran udara.
Baca Juga: Kereta Cepat Bi-Mode Shinkansen Siap Dirakit di Tanah Britania Raya
Tidak hanya itu, kereta baru ini juga disinyalir lebih ramah lingkungan, dengan konsumsi listrik yang lebih rendah 7 persen dari model sebelumnya. Sistem pengereman darurat otomatis di N700S juga berubah, jika N700A membutuhkan jarak 3.000 meter untuk berhenti sempurna, lain cerita dengan N700S yang hanya membutuhkan 2.800 meter untuk berhenti sempurna.
Sepertinya terlalu muluk-muluk bagi Indonesia jika hendak mengaplikasikan kereta peluru seperti di Jepang, mengingat banyaknya kekurangan yang mesti diperbaiki terlebih dahulu, seperti menutup perlintasan sebidang, hingga penggantian rel secara menyeluruh.
Siapa yang tak kenal Bandara Husein Sastranegara? Bandara terbesar di wilayah Bandung ini terletak di tengah kota dan menyuguhkan pemandangan apik ketika hendak mendarat. Sebagai salah satu destinasi wisata yang memiliki banyak akses masuknya, tidak jarang juga wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang ke Kota Kembang melalui jalur udara. Tapi tahukah Anda siapa itu Husein Sastranegara? Apa yang membuat namanya diabadikan sebagai salah satu nama bandar udara?
Baca Juga: Igor Sikorsky, Kini Jadi Nama Bandara di Dua Negara
Lansiran KabarPenumpang.com dari berbagai sumber menyebutkan bahwa, Husein Sastranegara merupakan salah satu perintis TNI AU, selain Agustinus Adisucipto, Halim Perdanakusuma, Abdulrahman Saleh dan Iswahyudi. Pria kelahiran Cilaku, Cianjur pada 20 Januari 1919 ini merupakan anak ke 8 dari 14 bersaudara. Anak dari pasangan Raden Demang Ishak Sastranegara dan Raden Katjih Lasminingrum ini menghabiskan bangku pendidikannya di HBS KW III Jakarta pada tahun 1938.
Saat bersekolah di sana, Ia bertemu dengan Koriyati Mangkuatmaja, seorang wanita kelahiran Bandung, 5 Mei 1923, yang kemudian diperistri oleh Husein Sastranegara. Pecahnya perang Dunia II pada tahun 1939 sedikit banyaknya berdampak langsung pada nasib, pendidikan, dan perjalanan hidup Husein. Kala itu Jerman sukses menduduki sebagian besar wilayah Eropa, termasuk Belanda. Tak hanya di Eropa, wilayah jajahan Belanda di Asia juga banyak direbut Jepang, dan saat itu Belanda membutuhkan banyak “amunisi hidup”, oleh karenanya pemerintah Hindia Belanda yang tengah berjaya di Indonesia membuka peluang bagi anak bangsa untuk mencoba karir di dunia penerbangan militer.
Tanpa pikir panjang, Husein langsung mencoba kesempatan itu. Ia rela meninggalkan bangku kuliahnya dan mendaftarkan diri ke Militare Luchvaart School atau yang akrab disebut Luchtvaart di Kalijati, Subang pada tahun 1939. Keseriusan Husein membuahkan hasil mana kala ia menjadi salah satu dari lima murid yang mendapatkan lisensi menerbangkan pesawat. Bersama dua rekannya, Sujono dan Sulstiyo, Husein berhasil meraih Kleine Militaire Brevet atau lisensi menerbangkan pesawat-pesawat bermesin tunggal, sedangkan dua lainnnya, yaitu Agustnus Adisucipto dan Sambudjo Hurip mendapatkan lisensi menerbangkan pesawat yang lebih bergengsi.
Ternyata lisensi yang Husein dapatkan tidak melulu melancarkan pendidikan Husein, terbukti ia gagal meneruskan pendidikan lanjutannya di Sekolah Pengintai yang terletak di Lapangan Andir, Bandung. Kegagalan ini lantas menjadi batu sandungan Husein untuk masuk ke Sekolah Penerbang Darurat di Bandung. Tidak hilang semangat, ia lalu banting stir dan masuk Sekolah Inspektur Polisi di Sukabumi pada tahun 1941.
Kondisi tanah air yang mulai tidak kondusif akibat menyerahnya pasukan Jepang kepada Belanda yang disusul oleh serangkaian revolusi fisik, memaksa Husein yang diketahui pula sebagai mantan anggota Pembela Tanah Air (PETA) mempelopori pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Bogor. Bersama Ibrahim Adjie, Husein membangun BKR pada bulan Oktober 1945.
Monumen Husein Sastranegara di Bandung. Sumber: istimewa
Kembali, nasib belum menjodohkan Husein dengan BKR, mana kala ia kembali dipanggil ke dunia penerbangan oleh Suryadi Suryadarma, yang waktu itu menjabat sebagai ketua BKR sektor udara. Pemanggilan tersebut sehubungan dengan kurang staf ahli untuk mengurus Lapangan Udara Andir, yang kini dikenal sebagai Bandara Husein Sastranegara. Pada saat itu, para pejuang berhasil merebut kembali lapangan udara tersebut dari tangan penjajah, dan Husein dipercaya untuk menjaganya.
Sayangnya, belum sempat Husein mengurus lapangan udara tersebut, laporan menyebutkan bahwa lokasi tersebut kembali diambil alih oleh penjajah, bahkan dengan skala yang lebih besar. Akibatnya, para pejuang harus meninggalkan kota Bandung dan mengungsi ke daerah lain yang lebih aman. Husein pun turut mengungsi ke daerah Yogyakarta.
Baca Juga: Gottlieb Wilhelm Daimler – Serap Ribuan Ilmu Jadi Kunci Kesuksesan Bapak Otomotif Asal Jerman Ini
Hijrahnya Husein ternyata mendekatkannya kepada Sang Khalik. Opsir Udara I Husein Sastranegara gugur bersama ahli tehnik pesawat, Sersan Mayor Udara Rukidi saat latihan dengan menggunakan pesawat Cukiu yang jatuh di kampung Gowongan Lor, Yogyakarta pada 26 September 1946. Pesawat tersebut sedianya disiapkan sebagai pesawat cadangan untuk menjemput Perdana Menteri kala itu, Sutan Sjahrir. Sejatinya, pesawat tersebut jatuh karena kerusakan pada bagian mesin yang mengakibatkan pesawat terbakar dan terjun bebas.
Kepergian Husein menuju Sang Pencipta meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, mengingat Ia masih memiliki tiga anak balita dan seorang istri. Ia lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Berdasarkan Keputusan Kasau No. 76 Tahun 1952, namanya kini diabadikan di Bandara Internasional Husein Sastranegara & Pangkalan Udara Husein Sastranegara, Bandung, untuk menggantikan nama Pangkalan Udara Andir.
Selain itu, atas jasanya terhadap negara, Husein Sastranegara juga dinaikkan pangkatnya menjadi (Anumerta) Komodor Udara atau yang kini setara dengan Kolonel Udara. Tidak berhenti sampai di situ, Husein pun mendapat sejumlah anugrah tanda jasa dari pemerintah, seperti Bintang Garuda, Bintang Satyalencana Perang Kemerdekaan RI, Piagam Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI Tahun 1957.
Kombinasi nama untuk kereta di Inggris ini memang terasa unik, Azuma Virgin. Azuma menyiratkan nama asal Jepang, karena Azuma sendiri memang diambil dari Bahasa Jepang yang berarti “Timur”. Penamaan Azuma Virgin tentu bukan tanpa alasan, pasalnya kereta ini merupakan buah kerjasama antara Virgin Railway dengan Hitachi. Azuma memiliki arti mendalam bagi perkeretaapian di Inggris, yakni selayaknya matahari yang terbit dari timur. Selain itu nama Azuma sendiri juga dipilih karena kereta ini akan beroperasi di lintas pesisir timur Britania.
Baca juga: Richard Branson – Sosok Pengidap Disleksia di Balik Nama Besar Virgin Ltd
Kereta api Azuma Virgin 800 baru akan beroperasi di jalur utama Pantai Timur Inggris tahun 2018 mendatang. Kereta ini merupakan bagian dari jaringan Intercity Express dengan nilai produksi 5,7 miliar Poundsterling atau sekitar US$7,71 miliar.
KabarPenumpang.com merangkum dari railway-technology.com, kereta ini diresmikan pada Maret 2016 dan uji coba pertama Azuma ini pada 16 Agustus 2017 kemarin di Skotlandia sebagai bagian dari program peningkatan konektivitas kereta api antara Edinburgh dan London. Nantinya armada Azuma Virgin ini akan terdiri dari 65 kereta dan diharapkan bisa mengurangi perjalanan anatara Edinburgh dan London selama 22 menit, sehingga jaraknya hanya empat jam perjalanan.
Dari 65 kereta ini akan dikombinasi dengan kereta diesel dan listrik dual mode. Dengan menawarkan 12.200 kursi tambahan dan menyediakan rute langsung ke destinasi baru seperti London – Middlesbrough dan juga meningkatkan layanan dari London ke Bradford, Harrogate dan Lincoln. Kereta ini nantinya akan menjadi armada lintas batas pertama yang melewati stasiun-stasiun di utara dan timur Inggris. Kerangka kereta ini dibuat di Kasado Jepang dengan rumah produksi Hitachi dan fasilitas manufaktur kendaraan rel berlokasi di Newton Aycliffe County Durham.
Azuma Virgin ini akan menjadi yang pertama beroperasi di bawah IEP (Intercity Express Programme) pemerintah Inggris dimana menjadi salah satu kereta penumpang paling maju di jaringan kereta api Inggris. Kereta baru ini akan menawarkan kecepatan dan lebih banyak keamanan dan ruangan.
Baca juga: Inilah 10 Kereta Tercepat di Dunia
Awalnya, Azuma Virgin akan beroperasi dengan kecepatan 201 km per jam dan bisa meningkat hingga 225 km per jam. Kecepatan 205 km per jam dapat ditempuh dalam waktu 4,5 menit. Diharapkan, kereta Azuma menghasilkan emisi lebih sedikit dan menjadi salah satu kereta paling ramah lingkungan di Inggris.
Nantinya setelah diluncurkan Azuma Virgin akan menawarkan fasilitas WiFi lebih cepat dan gratis, soket listrik di setiap tempat duduknya, kompartemen lebih besar di atas tempat duduk. Untuk interior Azuma, pihak Hitachi bekerja sama dengan DCA Design yang berbasis di Warwick.
Kursi yang ergonomis di rancang pada kelas pertama dan standar, karpet hingga ruang kaki juga lebih besar dari biasanya. Untuk tempat duduknya juga diberi lampu, jika lampu tempat duduk berwarna merah maka dicadangkan dan saat berwarna kuning tempat duduk tersebut saat ini tersedia, namun telah di pesan untuk stasiun berikutnya dalam perjalanan. Sedangkan jika lampu di tempat duduk berwarna hijau tandanya tempat duduk ini tersedia hingga tujuan akhir.
Hadirnya toilet yang layak dan bersih tentu menjadi kebutuhan esensial di pra sarana transportasi, khususnya di halte bus di Jakarta yang selama ini terlanjur identik dengan kesan kotor dan kumuh. Dan untuk pertama kali dalam sejarah, pada Senin 9 Oktober lalu, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meresmikan beroperasinya Smart Toilet di dua halte TransJakarta.
“Smart Toilet ini sudah ada di halte TransJakarta Monas dan Balai Kota,” ujar Humas TransJakarta, Wibowo yang dihubungi KabarPenumpang.com (11/10/2017).
Baca juga: TransJakarta Perkenalkan 3 Varian Bus Baru, Lebih Bersahabat Bagi Penyandang Disabilitas dan Lansia
Smart Toilet ini merupakan toilet umum yang lebih higienis dibanding toilet umum lainnya dan bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat. Nantinya Smart Toilet ini bukan hanya ada di dua halte melainkan di 33 halte TransJakarta lainnya. “Toilet ini selain di halte TransJakarta juga akan ada di pasar, taman kota dan ruang terbuka lainnya,” ujar Djarot.
SIstem tapping untuk membayar dan membuka pintu (Transjakarta.co.id)
Disebut Smart Toilet lantaran fasilitas buang hajat ini dilengkapi dengan teknologi tinggi guna meningkatkan kualitas dan efisiensi. Smart Toilet memiliki tangki air dan septic tank yang mampu mengolah air limbah dari toilet sehingga efluennya aman untuk di buang ke pembuangan air.
Untuk tiga bulan pertama, pengguna toilet ini tidak dikenakan biaya dan selanjutnya akan dikenakan Rp2 ribu untuk sekali menggunakan. Smart Toilet di halte TransJakarta ini menggunakan sistem tapping dalam pembayarannya.
Selain sebagai alat pembayaran, kartu tapping (emoney) ini juga untuk membuka pintu toilet ini. Di dalam toilet ini dilengkapi dengan lampu dan exhaust fan untuk menghemat listrik.
Sistem toilet ini juga bisa mengumpulkan data pemakaian toilet seperti jumlah pengguna, tren penggunaan dan durasi pemakaian. Dengan adanya sistem identifikasi tersebut, maka akan memudahkan fungsi pemeliharaan dan dukungan logistik lain. Penggunaan air di toilet ini juga sudah diatur dengan teknologi khusus, pasalnya air yang dikeluarkan per flush-nya hanya 2-4 liter dan menggunakan sistem keran. Uniknya, Smart Toilet ini diterapkan dengan konsep anti vandalisme, yakni sanitary ware–nya yang tidak mudah rusak.
Baca juga: Polemik Biaya Ekstra di Top Up Kartu Uang Elektronik, Setujukah Anda?
Seperti keran air, dispenser sabun, tempat tisu dan tempat sampah berada di dalam tembok yang tidak langsung tersentuh tangan, sehingga meminimalisir kerusakan yang disebabkan oleh interaksi pengguna dengan sanitary ware yang ada.
Sistem pintu Smart Toilet (Transjakarta.co.id)
Bagi penyandang disabilitas, toilet ini juga sangat ramah, sebab ada tempat atau ruang kosong untuk kursi roda. Toilet ini juga dilengkapi dengan hand rail serta tombol SOS yang disambungkan ke petugas kasir di halte TransJakarta.
Untuk mempertahankan kebersihan Smart Toilet di halte Transjakarta, sarana ini didukung petugas cleaning service, serta dilengkapi dengan pewangi ruangan. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) Budi Kaliwono memastikan bahwa PD PAL Jaya akan melakukan pengawasan secara berkala. “Pemeliharaan fungsi mekanis toilet dilakukan oleh tenaga professional,” ungkapnya.
Anda mau menjajal Smart Toilet? Yuk melipir ke halte Monas atau Balai Kota, Smart Toilet siap melayani kebutuhan biologis Anda setiap hari, mulai dari pukul 07.00 sampai 18.00 WIB.
Beberapa waktu yang lalu, Bandara Detroit Metropolitan di Amerika Serikat tengah ramai diperbincangkan oleh banyak orang. Bukan karena masalah penerbangannya, melainkan sabun yang terdapat di toilet mereka. Alih-alih membersihkan tangan, para pengunjung malah mendapati tangan mereka menjadi lengket setelah cairan yang dikeluarkan dari dispenser sabun memiliki tekstur yang sedikit aneh. Sontak, insiden ini menjadi viral dan dibicarakan oleh banyak pihak.
Baca Juga: Kalahkan Changi, Fort Smith Regional Airport Menangkan Kontes Toilet Terbaik di Dunia
Seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, tidak semua kamar kecil atau toilet di bandara ini berisikan cairan menjijikan tersebut, hanya beberapa di North Terminal, dan tidak ada sama sekali di McNamara Terminal. Mendapati keluhan dari “para korban”, petugas bandara langsung melakukan pengecekan ke lokasi kejadian dan mendapati laporan tersebut benar adanya.
Dari insiden yang terjadi pada pertengahan bulan September kemarin ini, para petugas bisa menyimpulkan bahwa cairan tersebut bukanlah air ludah, melainkan cairan lain yang dikeluarkan dari tubuh manusia. “Bagian keamanan publik kami tengah menyelidiki zat yang tidak biasa tersebut,” ungkap salah satu pihak bandara dalam sebuah pernyataan.
Zat yang tidak biasa tersebut belum diuji karena sumber mengatakan bahwa isinya cukup jelas, dan mengerucut kepada sperma. Tapi pihak bandara tidak mau sesubar dan lebih memilih untuk bungkam sampai hasil uji coba keluar. Pertanyaan lain muncul, mengapa sampai ada orang yang tega melakukan hal seperti itu? Pihak bandara melihat bahwa ini merupakan suatu tindakan balas dendam yang dilakukan oleh seseorang, yang mungkin merasakan adanya ketidakadilan.
Baca Juga: Tangki Toilet Kosong Saat Mendarat, Patut Diduga Pesawat Buang Kotoran di Udara
Sejak kejadian tersebut, pihak bandara lantas mencopot semua dispenser sabun yang ada di setiap kamar kecil dan menggantinya dengan yang baru. “Terkait insiden yang berhubungan dengan kesehatan ini, kami akan lebih meningkatkan pelayanan dan lebih sering untuk melakukan pemantauan ke setiap kamar kecil, agar insiden serupa tidak terjadi di masa yang akan datang,” imbuh salah satu otoritas di Bandara Detroit Metropolitan.
Sejatinya, toilet merupakan sarang dari kuman yang dapat menimbulkan masalah serius terhadap kesehatan seseorang. Dapat dibayangkan, berapa banyak orang yang mengakses keran wastafel, handle pintu kamar kecil, hingga tombol dispenser sabun setiap harinya? Sudah barang tentu, mereka yang menyentuh benda-benda tersebut, tidak hanya menambah koleksi kuman di tangan mereka, tapi juga turut berperan serta menyimpan kuman yang selama ini ada di tangan mereka di setiap benda yang mereka sentuh di toilet. Hiii!
Dewasa ini, banyak perusahaan kedirgantaraan yang berlomba untuk menghadirkan inovasi yang berdampak positif bagi penumpangnya hingga lingkungan sekitar, tidak terkecuali sebuah startup yang berbasis di Seattle, Zunum Aero. Firma ini mendapatkan dukungan langsung dari Boeing dan JetBlue Airways untuk meluncurkan pesawat komuter bermesin hybrid dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
Baca Juga: Bukan Sekedar Isapan Jempol, Dubai Mulai Uji Coba Taksi DroneKabarPenumpang.com melansir dari laman dezeen.com (9/10/2017), Zunum Aero telah mengumumkan rencana peluncuran pesawatnya yang menggunakan dua motor listrik dan baterai yang terintegrasi dengan sayap, ditambah dengan mesin jet-fuel tambahan. Zunum Aero sendiri yakin model pesawat tersebut akan mengisi celah di pasar penerbangan Low Cost Carrier (LCC). Moda udara bertenaga hybrid ini sendiri rencananya akan mulai dipasarkan pada tahun 2022 mendatang.
Zunum Aero pun memprediksi bahwa perkembangan teknologi dan jaman tidak menutup kemungkinan pesawat terbang dengan menggunakan daya baterai. “Pesawat ini akan mengubah cara kita hidup dan bekerja,” kata pendiri Zunum Aero, Matt Knapp. “Kami memastikan diri untuk menentang kebijaksanaan konvensional dan batasan teknik untuk menghadirkan pesawat terbang yang sangat kita banggakan. Selain menawarkan efisiensi, pesawat ini juga menampilkan kinerja yang optimal,” imbuhnya.
Zunum Aero juga mengatakan bahwa dengan kapasitas 12 orang tersebut juga akan mengurangi biaya dan durasi perjalanan dengan jarak di bawah 1000 mil. Setiap pesawat akan emiliki kecepatan jelajah maksimum hingga 340 mil per jam, dengan jangkauan terbang maksimum 700 mil. Startup tersebut mengatakan bahwa rute regional seperti dari Bandara Republik di Suffolk County, New York ke Bandara Cleveland Burke Lakefront, bisa ditempuh hanya dengan 2 jam 36 menit dengan biaya USD$ 160.
Sebagai perbandingan, penerbangan dari Bandara John F. Keneddy, New York menuju Bandara Internasional Cleveland Hopkins saat ini memakan waktu penerbangan 4 jam 23 menit dengan biaya penerbangan USD$ 288. “Kami ingin mendemokratisasikan akses terhadap perjalanan berkecepatan tinggi dengan harga yang terjangkau,” ungkap pihak Zunum Aero.
Baca Juga: CityAirbus, Prototipe Taksi Drone Lansiran Airbus, Mengudara di Akhir Tahun Depan
Sebagai informasi tambahan, bulan lalu, EasyJet mengumumkan rencananya untuk mengembangkan pesawat bertenaga baterai , hasil kerja samanya dengan perusahaan AS Wright Electric. Sementara itu, perusahaan seperti Lilium, Airbus, Uber Technologies Inc., dan Kitty Hawk semuanya seolah terburu-buru mengembangkan pesawat listrik untuk pertama kalinya di pasar penerbangan.
Dalam pengembangan terpisah namun terkait, Boeing mengumumkan pada awal bulan kemarin, mereka baru saja mengakuisisi Aurora Flight Sciences, sebuah perusahaan yang berfokus pada sistem penerbangan otonom yang dirancang untuk membuat pesawat dan kendaraan nirawak.